Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ibu Purwanti, Melawan Kanker dan Menyayangi dengan Rasa Sakit

25 Februari 2017   16:00 Diperbarui: 26 Februari 2017   20:00 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ungkapan yang menyesakkan dada memang. Tapi begitulah adanya. Hati seorang ibu pada anak yang diasuhnya bertahun tahun memang jauh lebih kuat dari apapun. Sebuah ketulusan telah mendarah daging dalam tubuh Ibu Purwanti dan itu dirasakan oleh anak-anaknya.

Gunawan adalah salah satu anak yang diasuh sepenuh hati oleh Ibu Pur. Sejak usia Sekolah Dasar, Gunawan harus berpisah dengan keluarganya karena kondisi ekonomi dan sang ibu kandung tak bisa lagi bekerja karena sakit.

Gunawan mengenang ketika kecil Ibu Pur selalu memberi waktunya untuk bercerita, mendongeng menceritakan kisah-kisah yang sangat berkesan bagi anak-anak seusia Gunawan kala itu. Ibu Pur juga yang mengajari anak-anak itu berhitung meski tak semahir guru di sekolah.

"Ia mencatat setiap tanggal ulang tahun kami dan merayakannya dengan kue kecil bersama," kenang Gunawan.

Gunawan yang kini telah menjadi Mayor di TNI AD mengenang bagaimana ketika ia mendapat kasih sayang dari Ibu Pur. Bersama adik laki-lakinya, Gunawan diasuh dengan sepenuh hati oleh Ibu Pur, sang Ibu asuh yang mengantar Gunawan menjadi laki-laki yang mandiri.

Ibu Pur kini terbaring sakit karena kanker di usia pensiunnya. Meski sudah diangkat, tapi kankernya kini merambat ke otak. Hidupnya pun harus bergantung pada pertolongan orang lain. Ia saat ini dirawat oleh Sisilia, anak asuhnya dulu di tahun 1985. Kini sosok yang biasa "mengasuh" itu pun harus diasuh, ditemani mengobrol setiap hari untuk sekadar melupakan rasa sakit atas kanker yang dideritanya.

Tubuh yang dulu perkasa itu kini terbaring lemah, badannya kurus namun bibirnya tetap mengembang. Ditemani senyum dan pelukan anak-anaknya Ibu Pur tetap kuat menjalani hari-harinya. Bibirnya memang tak bisa lagi menjawab celotehan riang anak-anaknya, tetapi matanya tak lelah memancarkan perhatian dan kasih sayang. Ingatannya pun tetap kuat menyimpan segala kenangan indah kala menjadi ibu bagi anak-anak asuhnya.

Tinggal kita, sebagai pembaca, apakah akan peduli, ikut membantunya dan menyebarkan kebaikan. Atau hanya tertarik dan peduli pada cuitan-cuitan politis yang hanya membakar emosi sesaat. Mungkin sudah saatnya kita menyebarkan kebaikan melalui jari kita ini. 

Tautan untuk yang ingin membantu. 

(yud)

--------------

“Barang siapa mempunyai sumbangan pada kemanusian dia tetap terhormat sepanjang jaman, bukan kehormatan sementara. Mungkin orang itu tidak mendapatkan sesuatu sukses dalam hidupnya, mungkin dia tidak mempunyai sahabat, mungkin tak mempunyai kekuasaan barang secuwil pun. Namun umat manusia akan menghormati karena jasa-jasanya.”  
  ―    
Pramoedya Ananta Toer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun