Aksi demo yang dilakukan di depan rumah presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang terjadi pada Senin (6/2/2017) menimbulkan berbagai pertanyaan. Belum diketahui secara pasti siapa sebenarnya dalang dibalik aksi demo ini, apakah ditunggangi elite politik tertentu atau tidak.
Karena aksi yang viral ini, Kompasiana mengangkatnya sebagai topik pilihan. Berikut beberapa artikel Kompasianer terpilih yang membahas mengenai demo di rumah SBY ini.
1. Janganlah Cuitan Bapak SBY Dijadikan Olok-olok, Lihatlah Substansinya
Menurut Thamrin, di luar dari sisi politik dan hukum, ada baiknya kita melihat substansi dari tweet yang diposting oleh SBY karena bagaimanapun beliau merupakan sosok yang masih harus dihormati. "Seorang mantan Presiden saja bisa diseruduk dengan semena-mena bagaimana pula dengan nasib rakyat biasa, Â Dimana rasa aman dan nyaman berkehidupan di negeri yang katanya menjunjung demokrasi." tulis Thamrin.
Ia melanjutkan bahwa berbagai guyonan yang mengarah atau menghujat SBY sebaiknya dihentikan. Sebagai rakyat yang berbudaya sebaiknya kita membangun pola pikir yang cerdas sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Selain itu, penghormatan terhadap seorang tokoh negarawan besar seperti SBY tentunya masih harus diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Pak SBY, Saya Hanya Bisa Turut Prihatin
Bagaimanapun perilaku SBY, sudah seharusnya beliau tetap dihormati sebagai orang tua. Dengan adanya unjuk rasa yang katanya tanpa izin dari pihak kepolisian tersebut seharusnya SBY mawas diri. Namun, alasan bisa terjadinya unjuk rasa depan rumah SBY ini adalah sesungguhnya karena bisa jadi rakyat sudah jengah dengan sikap dan pernyataan kontroversial SBY.
Selain itu, Adjat melanjutkan bahwa rakyat menilai ungkapan seorang SBY melalui status atau postingan yang ditulisnya sama sekali tidak mencerminkan bahwa ia adalah seorang negarawan. Beliau sering disebut cengeng, lebay, dan caper. Dan itulah masalahnya, rakyat jarang menaruh hormat lagi pada mantan presiden ini karena beliau sendiri sudah tidak memiliki wibawa lagi. Jika SBY bijak dan berwibawa, mungkin sindiran atau umpatan itu tidak akan terjadi.
3. Mantan Curhat, Mantan Pun Didemo
Setelah itu mereka pun mengadakan rapat pleno untuk membahas banyaknya kasus korupsi yang masih tidak belum terbongkar. Kemudian merekapun berinisiatif untuk melakukan aksi dan tidak ditunggangi oleh faktor politik. Namun, tidak seluruh peserta Jambore mengikuti aksi ini.
Aliem melanjutkan bahwa kasus korupsi yang belum tuntas di kepemimpinan sebelumnya memang perlu diselesaikan. Tetapi, sasaran demo juga harus diperhatikan agar tidak salah sasaran. Ia melanjutkan bahwa sesungguhnya yang harus didemo adalah yang memiliki kewenangan dalam penegakkan hukum. Sehingga aksi ini bisa jadi hanya sia-sia dan menjadi "blunder" semata karena "salah sasaran".
4. Siapa yang Mendemo SBY?
Fotarisman menjawabnya dengan melihat dari sudut pandang lapangan. Ada politisi Partai Demokrat yang menuding bahwa demo di Kuningan (markas Agus-Sylvi) jangan dibalas dengan demo ke rumah Lembang (markas Ahok-Djarot). Tetapi, mungkin saja demo di rumah SBY ini juga dipandang sebagai playing victim oleh pihak yang dituduh. Pendapat lain mengatakan bahwa demo mungkin digerakkan oleh Partai Demokrat sendiri.
Sangkaan lain oleh Fotarisman adalah mungkin saja demo ini dilakukan untuk memperkeruh suasana. Mereka yang ingin memperburuk atau pengalihan situasi adalah yang ingin mendapapatkan keuntungan dari pro-kontra antara pihak Agus-Sylvi dengan Ahok-Djarot.
(FIA/yud)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H