Anak tunggal atau anak satu-satunya kerap mendapat pandangan negatif. Tidak sedikit yang mengatakan bahwa Anak tunggal sifatnya manja, egois, dll. Tapi sebenarnya tidak. Tidak semua anak tunggal memiliki sifat seperti itu.
Selain itu ada juga artikel tentang modus penipuan yang biasa digunakan melalui telepon. Semua artikel ini terangkum dalam headline pilihan hari ini.
1. Anak Tunggal Tak Selamanya Negatif
Jawabannya: tidak. Anak tunggal tak selamanya harus disandingkan dengan image negatif. Mari kita cermati dari sudut pandang berbeda. Sejak kecil, anak tunggal terbiasa hidup sendiri. Ia tidak punya saudara kandung maupun saudara angkat. Praktis, ia dituntut untuk mandiri.
Ia tidak punya teman curhat di rumah, tidak bisa meminta bantuan pada saudaranya saat ada problem. Anak tunggal diajarkan menyelesaikan permasalahannya sendiri. Mereka terbiasa mengerjakan segala sesuatunya sendiri.
Anak tunggal adalah satu-satunya harapan dalam keluarga. Merekalah kebanggaan orang tua, buah hati orang tua yang paling istimewa, dan anak satu-satunya yang bisa diharapkan. Dengan demikian, mereka akan berusaha menjadi yang terbaik.
2. Apakah Kita Orang yang Akan Diburu atau Dibuang oleh Singapura?
Negeri kecil ini membuat lompatan perkasa. Ia seketika menjadi negara termaju, tersukses dan paling makmur di dunia. Negeri ini memang nihil sumber daya alamnya, tapi mampu mengekspor keunggulan strategi manajemen pengelolaan kotanya ke sejumlah negara maju.
Singapura memiliki sebuah program strategis bernama Contact Singapore yang telah dijalankan secara sistematis sejak 1998. Tujuan besarnya adalah menarik sebanyak – banyaknya – lebih tepatnya memburu – manusia berkualitas tinggi dari luar, terutama dari negara – negara tetangganya untuk datang, belajar, bekerja dan bahkan tinggal menjadi warga negara Singapura. Pastikan posisi kita, apakah kita bagian dari orang yang akan diburu atau justru dibuang oleh Negeri Singa ini.
3. Potensi Bahaya di Balik Baterai Lithium-Ion
Sebuah baterai Lithium-ion memiliki kepadatan energi hingga sekitar 160 watt jam per kilogram (Wj/kg), kira-kira dua kali lipat dari baterai alkalin baru atau baterai isi ulang NiCad. Untuk menghasilkan tenaga, baterai Lithium-ion bergantung pada tiga komponen utama, yaitu: katoda bermuatan positif (yang terbuat dari oksida logam), anoda bermuatan negatif.
Ketika pemisah plastik dilanggar atau mengalami kebocoran, maka hal itu akan menyebabkan arus pendek, yang memicu proses yang disebut pelarian termal (thermal runaway). Peristiwa inilah yang membuka jalan utama mulai terjadinya kebakaran.
4. Belajar Hidup Teratur dari Negeri Matahari Terbit
Contohnya mengenai pandangan orang Jepang terhadap waktu. Mereka sangat menghargai waktu yang ada. Dari penyusunan jadwal acara sampai hal sekecil apapun. Acara di sana dimulai tepat sesuai dengan jadwal, bahkan di beberapa sesi beberapa menit sebelum jadwal sudah dimulai.
Pelajaran berikutnya mengenai sabar dan tertib dalam antrian. Tanpa membedakan status dan kedudukan seseorang. Tidak ada istilah kata menyela atau menyerobot dalam sistem antrian di sana. Mereka sangat menghargai dan menghormati sesama apapun itu statusnya. Mereka saling mengantri dengan sabar untuk menunggu giliran mereka. Dalam hal menghormati sesama, Jepang sangat menghormati orang-orang yang berkebutuhan khusus, cacat, orang tua, hamil akan mendapatkan fasilitas khusus dari pemerintah.
5. Begini Modus yang Biasa Digunakan Penipu Melalui Telepon
Tidak hanya perseorangan. Bahkan institusi gereja pun pernah jadi sasaran penipuan. Usai gempa tqhun 2006, ada orang yang mengaku dari pejabat di Departemen Agama. Dia menyebutkan bahwa Departemen Agama berjanji akan memberikan bantuan kepada gereja-gereja yang rusak karena digoyang gempa. Namun dia meminta uang lebih dulu agar bantuan itu dapat dicairkan.
Dari hari ke hari, penipu berusaha mencari cara-cara baru untuk memperdaya masyarakat. Mereka semakin menyempurnakan tekniknya sehingga orang yang waspada sekali pun dapat terjerat masuk perangkap. Tentu ini menggelisahkan. Meski polisi sudah berkali-kali membongkar sindikat penipuan ini, tapi jumlahnya seolah tak berkurang. Lalu bagaimana menyikapi situasi ini?
Hendaknya kita tidak mengumbar data atau informasi pada orang asing. Jangan sembarangan memberikan data tentang nomor telepon, nama lengkap, tanggal lahir, nama ibu kandung, alamat, dan juga kode rahasia (PIN, password, nomor ID) pada orang yang tidak terpercaya karena rentan untuk disalahgunakan.
(YUD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H