Miris, mungkin itu kata pertama yang akan terbesit dalam benak Anda jika mengetahui bahwa ada peninggalan sejarah Indonesia yang ditelantarkan oleh Indonesia namun dipelihara oleh negara lain.
Dalam artikel tersebut, dijelaskan bahwa ada sebuah museum di Italia yang mengoleksi kekayaan budaya Nias. Artikel ini merupakan salah satu headline pilihan di Kompasiana hari ini dan berikut ini adalah headline pilihan Kompasiana selengkapnya. Â
1. Indonesia Harus Koleksi Kekayaan Budayanya Sebelum Terlambat
Museum di Storia Naturale di Italia ternyata mengoleksi kekayaan budaya Nias dan beberapa daerah sekitarnya. Museum ini dikelola oleh para ahli dengan kualitas internasional. Ada banyak profesor dari Universitas di Firenze menjadi kurator di dalam museum ini.
Karya Elio sungguh luar biasa. Menyumbang untuk Italia dan Indonesia. Italia menjadi makin kaya dari segi koleksi budaya. Sekaligus ada nilai plus untuk Indonesia. Nama Indonesia muncul di museum ini. Elio sudah membuka jalan, bagaimana mengoleksi budaya Nias. Sekarang, ditunggu giliran Indonesia membuka museum untuk koleksi barang antiknya.
2. 17,8 Juta Bayi Lucu Terlahir di China, Berkah atau Bencana?
Meningkatnya populasi, tentunya bisa meningkatkan angka konsumsi di dalam negeri China. Dampak dari konsumsi tentunya besar karena bisa mendorong roda-roda ekonomi.
Namun perlu dilihat juga, jumlah penduduk banyak bisa menjadi ‘nestapa’ bila lapangan kerja yang tersedia tak sebanding dengan jumlah penduduk siap kerja atau angkatan kerja. Angka konsumsi tentunya mengecil bila angka pengangguran bergerak tinggi.
Melihat data 2016, total unemployment rate atau indeks pengangguran terhadap jumlah angkatan siap kerja mencapai 4,02% versi Pemerintah China atau 4,05% versi IMF. Sedangkan tahun 2016, lapangan kerja baru yang tersedia di dalam negeri China mencapai 13,4 juta. Bila ditarik ke jumlah kelahiran di 2016, Pemerintah harus bekerja keras menggenjot terciptanya lapangan kerja baru agar pengangguran bisa terkendali.
3. Persib Bukan Sekadar Tim Sepak Bola
Sore itu latihan masih dipimpin oleh asisten pelatih Herrie ‘Jose’ Setiawan mengingat pelatih kepala Djanur tengah mengambil lisensi A AFC di Thailand. Terlihat coach Jose begitu bekerja keras dalam latihan yang dilangsungkan dalam durasi dua jam itu, sembari sesekali berintruksi kepada pemainnya, dia memasang keperluan latihan sekaligus menjadi security lapangan mengingat Bobotoh tak bisa dibendung hingga melebar ke pinggir lapangan tempat Hariono dan kolega berlatih.
Pendukung Persib ini memang memiliki fanatisme yang sangat tinggi. Mereka tidak ragu mendukung Persib di manapun berada, baik panas maupun hujan. Antusiasme, bobotoh cilik, dan bertahan ditengah hujan hanyalah sedikit potret kecintaan masyarakat terhadap tim berjuluk Maung Bandung.
4. Politik Dinasti: Antara Boleh dan Tidak
Adanya larangan politik dinasti dari masyarakat bisa jadi sebuah peringatan kepada kita bahwa kita hidup dalam ruang demokrasi. Demokrasi lawan dari monarkhi, oligarkhi, dan feodal. Ketiga pengertian itu menganut pola bahwa kekuasaan hanya dijalankan oleh sekelompok orang, elite di masyarakat.
Politik dinasti ada karena tak selamanya nafsu keluarga atau dinasti itu yang ingin berkuasa namun juga karena dorongan dan dukungan masyarakat. Kita tak bisa menyalahkan masyarakat yang memilih. Menghadapi adanya politik dinasti atau bukan kuncinya adalah adanya penegakan hukum. Politik dinasti berkonotasi buruk sebab biasanya karena hukum tidak menjangkau mereka.
5. Menanti Debut Pasangan Gado-gado Hendra Setiawan/Tan Boon Heong
Di ajang perdana ini, keduanya memulai petualangan untuk menggapai target yakni meramaikan lagi jajaran elit dunia. Meski langkah tersebut tidak mudah mengingat banyak pasangan muda yang sedang on fire,tidak menutup kemungkinan perpaduan keduanya bakal merepotkan dan mengejutkan.
Di India, Hendra/Ahsan akan bertanding tanpa didampingi sang pelatih. Lee yang juga merupakan mantan pemain ganda putra Malaysia baru akan mendampingi pasangan baru ini di turnamen berikutnya di Thailand.Bila mampu melewati hadangan pertama dan babak-babak selanjutnya, terbuka peluang untuk bertemu unggulan pertama.
(YUD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H