Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Inilah Cerita di Balik Cita Rasa Kuliner Khas Nusantara

20 Januari 2017   21:06 Diperbarui: 21 Januari 2017   09:58 4046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan rempah, tak heran banyak sekali makanan khas di setiap daerahnya. Namun banyak diantaranya terlupakan asal usul maupun cita rasa khasnya akibat munculnya masakan dari belahan dunia lain ke Indonesia. 

Untuk itu, kami mencoba menghadirkan beberapa cita rasa tradisional yang dapat Anda buat dan santap bersama sanak keluarga sambil menikmati libur akhir pekan. Inilah lima artikel terkait cita rasa khas Nusantara yang perlu Anda coba:

1. Asal Usul Wedang Ronde

Dokumentasi Penulis (Cahya Nugraha)
Dokumentasi Penulis (Cahya Nugraha)
Cuaca di Indonesia sedang tak menentu, namun ada satu kudapan asyik yang mampu menemani di kala hujan yaitu wedang ronde. Minuman khas di Pulau Jawa ini merupakan makanan tradisional asal Tiongkok bernama tangyuan.

Di negara asalnya, minuman ini biasa disantap ketika Festival lpion atau Festifal Yuanxiao. Ronde sangat terkenal di Kota Semarang, banyaknya orang Tiongkok di kota tersebut membuat terciptanya akulturasi budaya dan lahirlah wedang ronde. 

Ronde disajikan manis dengan irisan roti tawar, kolang kaling, kacang tanah sangrai, lalu disiram dengan kuah jahe panas. Ronde biasanya dijual pada malam hari, saat tersebut merupakan waktu yang tepat merasakan hangatnya ronde ditengah dinginnya cuaca malam. 

2. Pindang, Kuliner Tradisional yang Kian Langka

dokumentasi penulis
dokumentasi penulis
Yu Sumi, begitulah sapaan akrabnya. Wanita ini berjuang keras melestarikan kudapan langka asal Wonogiri bernama pindang. Menurut pemilik akun bOzz MadYang, hanya dialah satu-satunya penjual pindang di sekitaran Kota Wonogiri seperti penuturannya pada artikelnya tahun 2015. 

Pindang merupakan olahan dari daging dan gajih kambing atau sapi dan dimakan dengan gaplek. Gaplek terbuat dari singkong yang dikeringkan. 

Pindang dimakan dengan dicocol menggunakan ujung jari karena makanan ini mirip bubur. Penyajian makanan khas Wonogiri ini menggunakan daun jati karena daun ini lebar dan memiliki wangi yang khas. Selain itu teksturnya yang kasar membuat pindang tidak mudah tercecer. 

3. Mengecap Kecap Tulen 1882 di Pasar Lama

dokumentasi penulis
dokumentasi penulis
Kecap merupakan salah satu bumbu penyedap dalam banyak masakan di Nusantara. Kompasianer bernama Olive Bandon menuturkan pengalamannya bertemu salah satu kecap tertua di Indonesia biasa disebut kecap cap burung.

Nama asli kecap ini adalah Kecap Benteng No 1 dan telah berdiri sejak 1882. Namanya kecap tersebut berasal dari orang-orang di balik pembuatannya, mereka adalah warga keturunan Tionghoa yang biasa dikenal dengan Cina Benteng.

Selain Kecap Benteng, Olive juga menemukan "adik" dari kecap itu bernama Kecap SH. Kecap ini dirintis oleh Lo Tjit Siong pada 1920. 

4. Memberdayakan Bahasa Jawa di Kota Besar Melalui Kuliner Tradisional

LipsusKOMPAS.com
LipsusKOMPAS.com
Seperti yang kita ketahui bersama, anak-anak yang lahir di kota metropolitan seperti Jakarta sejak kecil telah diajarkan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari, akhirnya bahasa daerah terpinggirkan. Menurut Exti Budihastuti, Wisata kuliner menjadi strategi baru dalam meningkatkan usaha pembelajaran mengenal kembali bahasa daerah khususnya Bahasa Jawa. Nama makanan seperti sego kucing yang berarti nasi dengan lauk pauk. 

Kemudian ada nama makanan lain seperti sego kuning (nasi kuning), sego gurih (nasi uduk Jakarta) , sego goreng (nasi goreng). Sehingga semakin banyak mengenal ragam kuliner Jawa, kosa kata kita akan terus bertambah. Lambat laun masyarakat akan bisa menggunakan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Cara belajar seperti ini amat praktis dan ekonomis untuk mengenal lagi Bahasa Jawa yang kian dilupakan oleh masyarakat. 

5. Maraknya Kuliner (Tidak Khas) Daerah Buatan Para Artis

Sumber gambar: tribunnews.com
Sumber gambar: tribunnews.com
Kemunculan tempat makan yang dimiliki para artis papan atas ibukota sedang marak terjadi. Rumah makan tersebut membawa label kedaerahan sebagai penanda bahwa makanan disana pantas disandang sebagai oleh-oleh khas di sebuah wilayah seperti Medan Napoleon, Makasar Baklave, Surabaya Snow Cake dan lainnya. 

Tampilannya yang lebih menarik dan membawa nama orang terkenal membuat brand-brand tersebut cepat mendapatkan hati masyarakat. Namun dari beberapa brand yang sudah disebutkan, kesemuanya menjual ragam makanan yang hampir sama. 

Dengan kepopuleran para artis dan ditunjang oleh kekuatan media sosial, informasi tentang brand tersebut cepat didapat masyarakat. Semoga nantinya makanan tradisional di satu daerah tetap diingat dan tidak tergantikan oleh makanan dari para artis ini.

(LUK)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun