Indonesia tidak lagi diragukan kemampuannya dalam cabang olah raga bulu tangkis. Negeri ini memiliki segudang nama anak bangsa yang siap harumkan nama Indonesia. Banyaknya nama-nama atlit bulu tangkis berkualitas ini membuat PBSI harus memikirikan matang-matang formasi baru yang akan diturunkan.
Bukan hanya kabar dari bulu tangkis, sepak bola negeri ini pun punya kabar tentang nama calon pelatih yang akan menakhodai timnas Indonesia, juga ke arah mana gaya bermain akan berkiblat. Semua ini terangkum dalam headline pilihan hari ini.
1. Ahsan/Rian Mulai Bertaji, Menanti Racikan Baru Tontowi/Gloria
Pasangan ini mengalahkan unggulan kedua dari Thailand dengan memenangkan tiga set dari sistem angka sebelas poin. Selain Ahsan/Rian, pasangan senior Tontowi/Lilyana juga dipecah sementara. Tontowi dipasangkan dengan Gloria di nomor ganda campuran.
Tentu saja hal ini sesuai dengan tujuan PBSI agar pemain senior juga turut memberi masukan pada pemain junior agar terus berkembang. Meski demikian, pemasangan ini tidak berlangsung secara permanen melainkan hanya dalam kurun waktu tertentu. Di Asia Games tahun depan, Tontowi dipastikan akan kembali berpasangan dengan Lilyana Natsir.
2. Gagalnya Komponen Sekolah, Sebab Utama Penganiayaan di Sekolah
Jika ditilik lebih dalam, faktor penyebab terjadinya kekerasan ini salah satunya adalah kegagalan komponen sekolah seperti kepala sekolah, guru dan komite sekolah yang lain. Harus ada pendidikan karakter di sekolah yang menuntut siswa untuk mengejar prestasi lebih baik.
Pasalnya seiring dengan waktu karakter generasi bangsa pun sedikit demi sedikit terkikis. Dan dari situlah benih-benih kekerasan muncul bahkan harus mengorbankan jiwa orang lain.
3. Gempanesia, Negeri Gempa di Khatulistiwa
Ada yang menarik dari buku The Geology of Indonesia, buku ini mendokumentasikan tentang beberapa kejadian gempa bumi yang pernah terjadi di tanah Hindia Belanda. Distribusi beberapa kejadian gempa bumi kuat yang berdampak pada munculnya gelombang besar, kemudian dikenal dengan istilah tsunami. Selain itu, Van Bemmelen sudah memetakan peta gempa (seismic map) setelah gempa Jawa pada 23 Juli 1943. Gempa Jawa tahun 1943 merupakan salah satu gempa yang merusak, terdokumentasikan dengan baik. Peta gempa ini menjadi penting bagi pemerintah Hindia Belanda untuk merancang infrastruktur yang tahan gempa seperti jembatan, waduk, terowongan dan rel kereta.
Selain gempa yang terjadi di Jawa pada 1943, buku ini juga mencatat frekuensi kejadian gempabumi yang terjadi pada tahun 1936 sebanyak 490 kejadian. Terdiri dari Sumatra 149 kejadian, Jawa 128, Kepulauan Sunda (Nusa Tenggara) 27, Sulawesi 79, Maluku 81 dan New Guinea 26 kejadian.
4. "Benteng Takeshi", Tujuan Wisata Baru di Yogyakarta
Nama bangunan tersebut adalah “The Lost World Castele”, namun dari beberapa pembicaraan yang saya dengar banyak yang lebih suka menyebutnya dengan istilah “Benteng Takeshi”. Lokasi bangunan tersebut terletak di sekitar Jl kaliurang KM 23, atau persis timur TPR Kaliurang.
tempat ini sangat ideal sekali karena merupakan perpaduan bagi orang yang ingin melepaskan kepenatan dengan melihat cakrawala luas semacam di pantai sekaligus melihat disertai melihat keindahan Gunung Merapi. Terlebih adalah sangat ideal bagi penggemar fotografi yang ingin mengabadikan gambar-gambar terbaiknya, baik saat awan siang yang cerah maupun saat matahari terbenam.
5. Spanyolisasi Era Edy Rahmayadi
Ada keputusan yang mengundang pembahasan menarik lainnnya, salah satunya penunjukan pelatih Tim Nasional Indonesia. Dari semua kandidat kita bisa menyaksikan dengan seksama bahwa seluruhnya memiliki identitas permainan sepakbola khas Spanyol. Dari senior ada Luis Milla Aspas dan Luis Fernandez. Sedangkan di senior ada nama Indra Sjafri yang mengagungkan permainan ala Spanyol.
Sepakbola Indonesia sedikit banyak memiliki kecocokan dengan sepakbola Spanyol, dari segi postur, dan cara bermain. Bukan hanya internal PSSI yang menginginkan Indonesia bermitra dengan Spanyol namun juga pemerintah melalui Kemenpora RI, beberapa waktu lalu, ketika Indonesia sedang di banned FIFA, pihak Kemenpora sempat bertemu dengan pihak La Liga untuk studi banding. Namun, harapan untuk mengadopsi sepak bola Spanyol lewat kompetisi La Liga harus dipikir secara masak karena terbentur biaya.
(YUD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H