"Tapi aku mau belajar sendiri..." sergahnya.
"Nanti saja, kalau kamu sudah pulih, lakukan sendiri, apa saja maumu, asalkan itu membahagiakanmu," kataku tanpa rasa
Sammy memandangku lama.Â
Diambilnya tanganku.Â
"Maafkan, aku Dinda," kata itu tak pernah bosan dinyatakannya sejak kesalahan fatal yang pernah dilakukannya.Â
Kupalingkan wajah. Aku tak pernah bisa lagi memiliki perasaan yang sama.Â
"Sudahlah..." kutepiskan tangannya.
"Din..."
"Sudahlah. Aku buatkan secangkir kopi untukmu." kutinggalkan Sammy.
Masuk ke dapur dengan air mata yang tertahan. Perempuan mana yang dapat menerima jika akhirnya mengetahui pasangan hidupnya menjalin kisah cinta lagi?Â
Hampir dua bulan sejak kejadian sore itu, yang membuka tabir gelap kehidupan rumah tanggaku. Tak pernah kutemukan jawaban mengapa Santi, tega melakukan semua ini pada hidup kami, tepatnya hidupku.Â