Mohon tunggu...
Tuan Takurr
Tuan Takurr Mohon Tunggu... -

Senang Mengekpresikan Segala Sesuatu Dengan Hasil Karya Nyata.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menolak Lupa : Sejarah Kejamnya PKI Mengukir Sejarah Indonesia

29 September 2015   22:02 Diperbarui: 29 September 2015   22:02 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Amelia Yani, Putri Alm. Jenderal Ahmad Yani kembali menceritakan kembali betapa kejamnya Partai Komunis Indonesia (PKI) yang melakukan pembunuhan tujuh jenderal.

Dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC) menghadirkan anak-anak Pahlawan Revolusi Amelia Yani, yang merupakan putrid Almarhum Jenderal Ahmad Yani, dan Chatherine Panjaitan. Hadir pula Ilham Aidit, anak kandung Aidit, tokoh PKI.

Amelia Yani bercerita soal pembunuhan ayahnya oleh PKI :

Bapak saya mandi tidak boleh, dan ganti baju tidak boleh.

Saya sudah 15 tahun, dan kami mengejar Bapak karena Bapak diseret-seret, dan kami menangis dan menjerit-jerit tidak ada yang menolong. Yang datang itu ratusan dengan kendaraan Tjakrabirawa.
Mereka tidak pakai sepatu dan memakai pita merah di sini.

Itu luka lama dan puluhan tahun luka itu tidak sembuh. 20 tahun saya mengungsi ke Desa dan baru kembali lagi ke sini Jakarta.

Kalau saya bisa bilang.

Kalau ini, dia datang pagi-pagi Subuh masuk ke rumah. Menculik dan membunuh. Ayah saya itu seorang prajurit dan seorang politisi.

Saya merasakan simpati saya muncul bersama-sama teman-teman saya yang bersebrangan.

Kalau minta maaf?

Minta maaf ke siapa. Kalau saya dari pihak yang melakukan kudeta ada yang masih hidup, dan anak-anaknya masih ada.

Saya sudah pergi dan ada anak yang terisolir sama saja anak-anak sama sakitnya. Kalau ingat itu sakit rasanya. Harus sembuh, namun saya rasa minta maaf itu sudah bisa memahami satu sama lain.

Kalau mereka yang berperan dan di penjara itu mereka sudah meninggal, dan sepuh.

Ayo kita sama-sama kalau mati jangan dibuang, dan dihargai.

Chatherine Panjaitan, anak dari Mayjen D.I. Panjaitan pun bercerita  seperti dibawah ini :

Ada fight waktu itu juga. Mereka ratusan dan loncat semuanya masuk rumah kita suruh keluar, dan buka pintu.

Sekarang ini saya trauma bila sekelompok tentara masuk dan berteriak.. teriak Bapak jenderal. Bapak jenderal turun. Lalu pembantu saya tidak mau turun, dan dibawah ada sepupu saya tanpa ditanya langsung ditembak saja.

Akhirnya mereka masuk dan memberondong masuk rumah dan sampai sekarang masih ada lobangnya. Mereka itu tidak naik tangga, dan karena Ayah saya sering berburu.

Itu Ayah saya masuk kamar dan ganti baju. Dan saya mau ikut, dan tidak boleh ikut.

Saya lihat ayah saya dari atas. Mereka bilang beri hormat. Ayah saya tidak butuh, masa hormat sama kopral.

Mereka ikat ayah saya, dan mereka tidak punya Tuhan, dan ayah saya jatuh lalu diberondong senjata, dan saya turun.

Dan saya lihat otaknya putih, dan saya bisa ambil darahnya dan usap saya tidak bisa tolong. Walaupun saya sedikit trauma. Saya melihat dan memaafkan putra-putri bersebrangan dengan saya.

Saya melihat dan mendengar mereka sangat menderita. Saya berbagi perasaan kami, dan maunya kita bergandengan tangan kita maju ke depan. Buat apa mendendam.

Kita negara Pancasila.

Joseph Blasius Bapa, Mantan Pimpinan Harian Pusat Pemberitaan ABRI bercerita dan saksi mata dalam penggalian Pahlawan Revolusi di Lobang Buaya. Saat itu umurnya baru 27 tahun. Joseph berkata :

Jenazah sudah rusak sama sekali. Seluruh kepala itu dimasukkan semua. Dan saya menyaksikan betapa kejinya apa yang kita saksikan itu. Ini adalah satu kegiatan yang dilakukan institusi politik. Tahun 1948, dan diulangi lagi 1965.

Inilah kisah kejamnya G 30 S/PKI. Betapa kejamnya. Karena itulah kita harus menolak lupa kekejaman PKI.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun