Ilustrasi - keluarga bahagia (Shutterstock)
Bagi orangtua, anak adalah anugerah terindah dan terbaik yang pernah diberikan Sang Pencipta. Kehadiran anak di tengah keluarga bahkan disebut mampu membuat kehidupan rumah tangga berjalan lebih harmonis. Selain sebagai penerus keturunan, anak juga merupakan investasi masa depan kedua orang tuanya, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat.
Namun, apa jadinya jika orang tua yang diberi amanat untuk menjaga anugerah Tuhan tersebut justru menyia-nyiakan bahkan menelantarakannya? Bulan Mei 2015 publik dibuat terhenyak dengan terungkapnya kasus penelantaran anak yang terjadi di Jatisampurna, Bekasi. Adalah AD yang baru berumur 8 tahun harus merasakan tidur di pos keamanan komplek perumahannya karena ditelantarkan oleh kedua orang tuanya. Tidak hanya AD saja yang mendapatkan perlakuan tidak manusiawi tapi juga keempat saudara perempuan AD yang harus hidup di dalam rumah yang berantakan dan tidak layak untuk kelangsungan tumbuh kembang mereka.
Masyarakat terutama mereka yang juga berstatus sebagai orangtua miris bahkan tidak sedikit pula yang menghujat atas apa yang dilakukan pasangan suami-istri T (45) dan N (42) terhadap kelima anaknya. Meski berdalih untuk mendidik sang buah hati agar menjadi mandiri tetap saja hal alasan tersebut tidak dapat diterima akal sehat.
1. Tingginya Angka Kekerasan terhadap Anak-anak
Phadli Hasyim Harahap menjelaskan bahwa kasus demi kasus kekerasan pada anak masih kerap terjadi. Bahkan, jumlahnya tergolong banyak terjadi di negeri ini. Pelanggaran terhadap hak anak tidak pada tingkat kuantitas jumlah saja, tapi juga terlihat semakin kompleks dan beragamnya modus pelanggaran.
2. Standar Ganda Kita Semua
Penelantaran yang terjadi pada lima anak di Jatisampurna, Bekasi jelas meyentak banyak pihak terutama para orangtua. Namun, kita seolah lupa pada apa yang terjadi dengan anak-anak kecil yang berkeliaran di jalan sebagai pengamen dan pengemis yang juga memiliki hak untuk hidup layak.
Dalam guratannya Mike Reyssent mempertanyakan mengenai standar ganda yang diterapkan oleh masyarakat kita dalam menilai suatu berita yang sering kali terjadi. Kita jadi terbawa opini media dan tidak berpikir bahwa banyak kejadian yang serupa terjadi di sekeliling, tanpa kita disadari.Â
3. Orangtua AD Bersaudara Kena Efek Narkoba
Dari hasil penyelidikan pihak berwajib dan pengakuan pelaku, T dan N mengakui jika mereka sudah hampir 6 bulan terakhir menjadi pecandu narkoba. Mungkin itu jugalah yang menjadi salah satu sebab hilangnya akal sehat pasangan suami-istri tersebut hingga tega menelantarkan kelima anaknya.
Lewat tulisannya Kompasianer Indria Salim tak lupa mengajak dan mengingatkan kita untuk pentingnya mewaspadai ancaman bahaya narkoba, mulai dari komunitas terkecil kita, dalam keluarga, di lingkungan tempat tinggal, di kampus, di tempat kerja, dan bahkan komunitas media sosial.Â
4. Ketika Perilaku Pendidik Tak Sesuai Harapan
Nahariyha Dewiwiddie mengungkapkan kekecewaannya pada apa yang dilakukan oleh T, ayah AD bersaudara yang juga berprofesi sebagai pendidik di salah satu Sekolah Tinggi. Kelakuan T yang  mengonsumsi miras, narkoba, mengganggu ketenangan tetangga dengan mendengarkan musik, hingga berujung pada penerlantaran anak seolah tamparan sekaligus peringatan bagi sistem pendidikan kita untuk lebih ketat lagi dalam melakukan seleksi dan pengawasan terhadap guru maupun dosen, karena tidak bisa dipungkiri dari para pendidik itulah hadir sosok yang patut dicontoh oleh generasi bangsa, baik bagi para peserta didik maupun anak-anaknya di rumah.Â
5. Penelataran Anak dan Retaknya Kesehatan Mental Masyarakat
Kompasianer M.Lutfi Mustofa mengibarat kasus penelataran anak yang dialami AD bersaudar ini sebagai salah satu di antara sejumlah serpihan gambar lainnya, seperti korupsi, prostitusi, peredaran dan penyalahgunaan narkoba, kemiskinan, perempuan maupun anak-anak dalam situasi berisiko, dan seterusnya yang tidak lain merupakan refleksi dari terpuruknya kesehatan masyarakat kita.Â