Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Semua Bisa Belajar, Pendidikan Bukan Privilege

21 Agustus 2024   16:05 Diperbarui: 22 Agustus 2024   07:41 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap wilayah, menurut pemaparan Sekretariat Negara , memang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sesuai kondisi demografi, ekonomi, politik, sosial budaya dan geografis, terutama 3T. Buruknya akses transportasi, listrik, dan koneksi internet menghambat pemerataan kualitas pendidikan. 

Pemerataan dan Kesejahteraan Guru

Kesejangan pendidikan tidak hanya dirasakan sebagai peserta didik, melainkan juga guru. Ironisnya, menurut data Kompas.id, masih ada guru di Papua yang belum lancar membaca dan belum mampu mengajar secara komprehensif. Hal ini tentu memperparah ketertinggalan pendidikan di Papua dan menjadi tantangan besar bagi pemerintah dan dalam mewujudkan masyarakat pendidikan yang merata.

Selain soal kualitas pendidik, kesejahteraan guru juga jadi salah satu pilar yang kerap terabaikan. Kesenjangan profesionalitas guru, yakni yang berstatus ASN, pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), dan honorer, berkaitan erat dengan kesejahteraan dan kualitas mengajar. 

Nadiem Makarim mengakui hingga kini masih terus menyempurnakan tata kelola guru dan dosen. Penyempurnaan dilakukan dengan fokus pada peningkatan kompetensi, distribusi, kesejahteraan, hingga pengembangan karier guru. Nadiem dan Kemenpan-RB juga berkonsolidasi untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru, salah satunya dengan target 1 juta guru honorer diangkat menjadi PPPK hingga 2024. 

Game Changer: Wujudkan #SemuaBisaBelajar

Di balik semua tantangan pendidikan ini, terdapat peluang besar bagi kita untuk memperbaiki dan bergerak bersama. Kita sepakat bahwa pendidikan bukan hanya tentang konsep mengajar dan belajar, tetapi juga memaksimalkan potensi setiap individu.

Pendidikan inklusif adalah aksi terdekat kita untuk mengamalkan sila kedua Pancasila, yakni menjunjung manusia adil dan beradab; memastikan semua orang punya hak yang sama, semua berhak dihargai, semua punya kesempatan.

#SemuaBisaBelajar adalah cerita baru di Kompasiana yang masuk ke dalam edisi pertama payung program Game Changer. Kompasiana mendukung perubahan nyata untuk Indonesia dengan mengedepankan aksi kolaboratif.

Game Changer akan berkolaborasi bersama para Kompasianer yang memiliki kapasitas sebagai agen perubahan di komunitasnya. Inisiatif ini juga melibatkan optimalisasi sumber daya dan ekosistem di Kompasiana dengan partisipasi aktif dari para Kompasianer .

Edisi pertama The Game Changer mengusung kampanye sosial yang mengangkat isu "aksesibilitas pendidikan di Indonesia" . Dalam edisi pertama ini, Kompasiana telah berkolaborasi dengan Kompasianer Dayu Rifanto ( selengkapnya bisa baca di sini ).

Wujudkan #SemuaBisaBelajar bersama Game Changer. Cerita Baru Dimulai di sini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun