Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Melawan Kanker Payudara Tidak Pernah Semudah Itu

13 Oktober 2016   17:06 Diperbarui: 13 Oktober 2017   23:01 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pita merah muda, simbol perlawanan penyakit kanker. Sumber: alodokter.com

Beberapa tahun belakangan, setiap tanggal 13 Oktober dunia dihebohkan dengan perayaan No Bra Day atau Hari Tanpa Bra. Mulai populer di Amerika, No Bra Day ini diadakan bukan tanpa alasan, tetapi awalnya digalakkan sebagai bentuk solidaritas untuk para penderita kanker payudara yang rentan dialami oleh kaum wanita.

Semakin populer di sosial media, kegiatan No Bra Day ini mengajak kaum wanita untuk tidak memakai bra selama seharian penuh. Kampanye ini dimaksudkan agar wanita sadar terhadap ancaman kanker dan melakukan pemeriksaan rutin pada kesehatan payudaranya sendiri.

Kanker payudara merupakan salah satu dari penyebab kematian tertinggi pada wanita setelah kanker serviks. Pencegahan terhadap kanker payudara dapat dilakukan sedini mungkin, yakni dengan melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri). SADARI bisa mulai dilakukan sejak wanita mendapatkan haid dan rutin sebulan sekali (Kompas.com).

Jika sudah terjangkit, membagi kisahnya pada orang lain pun tidak akan terasa mudah. Lalu, bagaimana Kompasianer membagi pengalamannya dalam berjuang melawan kanker payudara ini?

Cerita pertama datang dari Kompasianer Irda Handayani. Irda divonis terkena kanker payudara stadium dini. Namun hal itu tak lantas ia langsung bersyukur karena masih "dini" seperti yang orang lain pikirkan. Vonis ini membuatnya semakin rajin untuk mencari informasi kesana kemari demi kesembuhan yang ia harapkan.

Pada awalnya ia mengetahui ada sesuatu yang aneh pada payudaranya. Terdapat benjolan kecil saat ia melakukan SADARI. Kemudian ia langsung memeriksakan benjolan tersebut dan ditemukan bahwa benjolan sebesar kelereng itu termasuk FAM (Fibroadenoma Mammae). Jika tidak ditangani lebih lanjut akan menyebabkan kanker payudara yang sangat berbahaya.

Irda sangat menganjurkan agar para wanita harus rutin dalam melakukan SADARI. Selain itu jika sudah divonis terkena kanker payudara, lantas jangan langsung berhenti melakukan aktivitas keseharian.

Di samping itu, penting untuk memberitahu pada keluarga mengenai kondisi kita yang sebenarnya karena dari sanalah kita mendapatkan dukungan moril utama. Mengubah gaya hidup dan pola makan juga hal yang harus sangat diperhatikan dalam usaha penyembuhan kanker payudara.

Survivor wanita lain yang siap melawan kanker payudara adalah Kompasianer Popy Indriana. Popy membagikan kisahnya di Kompasiana agar semua wanita bisa lebih aware dan bukan menjadi phobia terhadap kesehatan payudaranya. Karena ketakutan yang berlebihan tidak akan membuat seseorang tergerak untuk melakukan pencegahan.

Setelah sadar mempunyai benjolan padat (tumor) di kedua bagian payudara, Popy masih melakukan USG Mamae setiap enam bulan sekali. Poin penting yang diungkapkan Popy adalah untuk memastikan kita sehat, tidak ada jalan lain selain melakukan pengecekan secara akurat dan bukan sekadar mengandalkan perasaan karena tidak ada keluhan.

"Orang yang perlu dikasihani bukanlah para survivor kanker payudara, melainkan orang yang tidak pernah memeriksakan diri tetapi merasa yakin dirinya sehat," tulis Popy.

Alasan lain mengapa Popy melakukan pemeriksaan mamografi adalah karena melihat promo mamografi di sebuah rumah sakit swasta. Menurutnya, hal tersebut tentu dapat mendorong wanita untuk memeriksakan kesehatan payudaranya sesegera mungkin.

Namun, ternyata tidak semudah itu memutuskan untuk melakukan mamografi. Mamografi hanya dilakukan untuk wanita yang sudah berusia di atas 40 tahun dan atau mempunyai riwayat kanker payudara di keluarga.

"Saran dokter Onkologi yang menangani saya waktu itu adalah melakukan USG Mamae. USG Mamae harus dilakukan tidak melebihi tujuh hari dari menstruasi terakhir. Karena untuk keakuratan, pemeriksaan USG harus dilakukan ketika kelenjar payudara masih lunak. Kondisi ini terpenuhi ketika berakhirnya periode menstruasi sampai tujuh hari ke depan," lanjutnya.

Di samping itu semua, hal lain yang tak kalah penting adalah second opinion. Setelah divonis mempunyai tumor yang belum ganas, Popy tidak perlu melakukan operasi atau menempuh pengobatan alternatif, melainkan jalur medis. Selain itu ia juga mengubah pola makan sehat dengan food combining.

Pengobatan kanker payudara tidak hanya bisa ditempuh dengan jalur medis seperti operasi atau kemoterapi saja, tetapi juga dengan perubahan gaya hidup sehat. Seperti yang disampaikan oleh Kompasianer dr. Irsyal Rusad, ia menyaksikan sendiri pengalaman seorang ibu pengidap kanker payudara yang rutin berlari kecil.

Sang ibu memutuskan untuk rajin berolahraga karena ketika ia sering tidur dan beristirahat setelah semua terapi medis 10 tahun yang lalu, ia malah merasa mual, muntah, tidak nafsu makan, dan keadaannya semakin lemah. Kemudian ia memutuskan untuk mengubah pola hidupnya dengan rutin berolahraga.

Pertama-tama ia hanya berlari kecil sekitar 10 menit, kemudian lama-kelamaan meningkat 40-60 menit perhari. Setelah 10 tahun mengidap kanker payudara, dokternya berkata keadaannya baik-baik saja dan kondisi tubuhnya semakin stabil.

Irsyad lanjut menuliskan bahwa ia pernah membaca sebuah kisah pengidap kanker payudara lain dari seorang wanita yang tinggal di Amerika Serikat. Wanita berusia 55 tahun tersebut sudah mengidap kanker payudara yang telah mengalami metastase.

Akibat kanker yang dialaminya, ia menjadi stres dan tidak mempunyai semangat hidup. Semain banyak beristirahat, ia malah merasakan hidupnya semakin berat.

Kemudian wanita itu memutuskan untuk rutin berjalan kaki di sekitaran kompleknya. Lama-lama ia merasakan perubahan pada kondisi fisik dan mental yang semakin baik disebabkan oleh semakin rutinnya ia berjoging. Saat merasakan perubahan seperti itu, wanita itu mulai rutin berlari bahkan sampai mengikuti marathon pada usia 80 tahun.

Di samping itu terdapat perbedaan mengenai ciri-ciri tumor dan kanker payudara menurut Kompasianer Muhammad Jundi. Pada tumor payudara, pertama terdapat benjolan di bagian mana saja dari payudara, termasuk di ketiak, dan berukuran kecil hingga mencapai diameter 5 cm atau lebih. Kedua, benjolan tersebut kenyal, terlihat batas tegas dengan daerah di sekelilingnya, tidak sakit jika ditekan, bisa digerakkan (pada FAM). Ketiga, benjolan itu lunak, terasa ada cairan, nyeri bila ditekan, bisa mengecil dan membesar dengan siklus mengikuti siklus haid.

Selain itu, ciri-ciri kanker payudara adalah terdapat benjolan pada payudara maupun di bagian dekat ketiak. Yang kedua benjolan, tersebut keras atau padat, tidak nyeri, batas dengan jaringan sekitar yang tidak jelas, serta tidak dapat digerakkan.

Selanjutnya, benjolan itu biasanya disertai perubahan pada kulit payudara, mengeras, dan berbentuk kulit jeruk bahkan sampai membengkak dan mengeluarkan cairan atau luka dari puting. Sebagai pencegahan, diperlukan tindakan SADARI untuk memeriksa adanya benjolan secara keseluruhan.

Kisah haru mengenai kanker payudara lain datang dari Bakaruddin Is. Dari empat anggota keluarganya yang mengidap kanker, dua orang mengidap kanker payudara. Dua di antara anggota keluarganya sudah meninggal dunia, seorang masih dalam perawatan, dan seorang lagi sudah sehat kembali.

Pertama adalah kakak kandungnya. Dia dioperasi dan sebagian kecil dari payudaranya ikut terangkat. Namun karena sudah termasuk kanker ganas, selanjutnya dilakukan operasi besar. Seluruh bagian payudaranya diangkat sampai bagian dada menjadi "rata".

Namun setelah operasi besar tersebut, yang tadinya diyakini bahwa akan sembuh total, ternyata kankernya sudah menjalar ke seluruh tubuh. Singkat cerita, sang kakak tidak hanya berhenti berjuang sampai di situ. Ketika dirujuk ke rumah sakit di Jakarta, dilakukan pengobatan kanker penuh. Pada akhirnya nyawa sang kakak tidak tertolong lagi.

Yang kedua adalah istri dari Bakaruddin sendiri. Istrinya mengidap kanker payudara stadium satu. Karena terdeteksi sedini mungkin, operasi pengangkatan masih dapat dilakukan dengan baik sehingga kanker belum sampai menjalar kemana-mana. Sang istri pun sudah sehat kembali. Bakaruddin menambahkan bahwa tingkat kesembuhan kanker payudara cukup tinggi apabila dapat terdeteksi sedini mungkin.

Kanker payudara masih menjadi salah satu kanker yang sangat mematikan. Ada baiknya untuk saling mengingatkan satu sama lain untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebagai tindakan pencegahan. Karena dengan melakukan SADARI itulah, gejala awal bisa terlihat agar tumor atau kanker bisa terdeteksi sedini mungkin (sumber). (FIA/YUD)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun