Tapi di sinilah hebatnya Indonesia. Masih ada rasa dan sifat kekeluargaan serta gotong royong. Biasanya sekelompok karyawan menyisihkan dan mengumpulkan uang mereka. Kemudian dibelikan sembako dan diberikan pada office boy.
Di lingkungan tempat tinggal pun hal seperti ini bisa saja dilakukan. Misalnya ada tukang angkut sampah di kompleks pun tidak dilupakan. Kita bisa menyisihkan sedikit uang kita untuk memberikan THR pada mereka.
Ini bukan hanya soal kemanusiaan, tapi juga soal budaya dan sosiologi bangsa. Lebaran punya makna spesial bagi masyarakat Indonesia apapun agam dan kepercayaannya. Ini sudah menjadi kearifan bangsa yang berakar sejak dulu.
4. THR dan Mentalitas Meminta
Menurut Idris Apandi pemberiah THR ini sebenarnya sah-sah saja selama si pemberi memiliki anggaran. Selain untuk membantu meringankan beban pengeluaran lebaran, THR juga memberi kebahagiaan untuk pegawai.
Yang kemudian jadi persoalan adalah ketika banyak sekali pihak yang tidak memiliki kaitan dengan kita tapi meminta THR. Tentu saja ini memberatkan si pemberi THR. Di lingkungan sekolah, pemerintah atau instansi lain tidak sedikit yang meminta THR melalui surat resmi. Atau bahkan ada juga yang meminta secara langsung tanpa malu.
Inilah yang menjadi masalah. Padahal tindakan memaksa meminta THR seperti ini adalah sikap yang melanggar hukum. Bahkan jika mau, pihak yang merasa dirugikan ini bisa melapor pada aparat berwajib.
Inilah yang selalu salah. Mental bangsa ini pada umumnya memang lebih senang menerima dari pada memberi.
5. Mengapa Harus THR?
Kemudian ada juga yang mengatakan bahwa orang yang sering meminta THR adalah orang yang bermental pengemis. Tapi sebenarnya memang ada beberapa alasan mengapa sikap menuntut THR ini muncul. Di antaranya adalah: