Kisah fiksi bisa membuat pembacanya hanyut dalam imajinasi. Cerita dan kisah yang tidak nyata membawa pembaca dalam khayalan, membayangkan ia terlibat di dalamnya. Cerita-cerita fiksi seolah bisa mambangunkan daya khayalan pembacanya, tak ayal novel dengan ratusan halaman pun bisa dibaca habis hanya dalam hitungan hari.
Pembaca yang sudah jatuh hati pada karya-karya sang pengarang akan selalu berburu mencari buku baru dan membaca karya-karya yang lainnya. Nama-nama penulis fiksi pun bertebaran. Baik penulis dalam maupun luar negeri.
Kompasianer juga ternyata memiliki pengarang favorit masing-masing. Dan inilah beberapa sosok pengarang yang karya-karyanya menjadi idola Kompasianer.
1. Coretan Tinta Sang Penulis
Karya pertama dari Adam Gottar Parra adalah "Tasbih Tulang Nguk-nguk". Kisah ini menceritakan tentang seorang bernama Togog yang menemukan tulang hewan. Keinginannya yang memiliki tasbih dari tulang unta tidak dapat tercapai karena karakter Togog diceritakan tidak memiliki apa-apa.
Penemuan Togog ini menjadi harta karun dan dijadikannya sebuah tasbih. Tapi ternyata tulang itu adalah tulang babi. Kemudian ada juga beberapa cerpen karya Adam yang menjadi favorit Satria.
Sosok Adam Gottar Parra ini dikatakan oleh Satria adalah orang yang polos dalam memberikan kritikan. Bahkan Satria sendiri pernah dikritik habis-habisan oleh orang ini. Namun itu justru menjadi pelajaran untuk Satria.
Untuk Satria, sosok Adam Gottar Parra adalah pengarang yang layak untuk dijadikan panutan.
2. Masa Kecil Bersama Enid Bylton, Sudah Besar Makna Tertanam Karya Sapardi Djoko Damono
Beranjak dewasa, Tamita jatuh hati pada karya-karya Sapardi Djoko Damono. Menurutnya, novel dan puisi karya Sapardi memunculkan getaran yang mendalam ketika pilihan kata yang digunakan dalam karyanya sarat akan arti pengorbanan.
Salah satu karya yang menjadi favorit Tamita adalah puisi berjudul 'Yang Fana adalah Waktu'. Novel-novel karya Sapardi Djoko Darmono pun begitu realis. Penokohan, setting tempat dan elemen lainnya yang terasa sangat dekat dengan pembaca. Bahasa yang digunakan pun ringan, lugas namun sarat makna. Inilah alasan mengapa Tamita sangat menyukai sosok Sapardi Djoko Darmono sebagai pengarang favorit ini.
3. Kang Maman Suherman, Aku Jatuh Cinta pada Isi Gundulmu
Kompasianer Awan Kumulus merasa jatuh cinta pada sosok Maman Suherman. Kata-kata yang dilontarkan Maman menurutnya begitu jelas, mudah dipahami dan sarat akan pengalaman hidup. Kalimat-kalimat manis pun terucap ringan namun menyentuh.
Bagi pembaca yang pertama kali membaca kutipan rimantis yang dikeluarkan seorang Maman Suherman, pasti tidak akan menyangka jika orang yang sama berhadapan dengan banyak korban kriminal di luar sana.
Maman Suherman memiliki ciri khas kepalanya yang gundul. Namun dari isi kepala yang gundul itu lahir kutipan dan kata-kata romantis yang tidak dapat dielakkan. Salah satu karyanya adalah novel Re: dengan kisah perpaduan keromantisan dan kriminal yang menakjubkan.
4. Dewi Lestari: “Pesona Ledakan Supernova”
Dee Lestari adalah pengarang yang menjadi idola Kompasianer Irvan Sjafari. Menurutnya, Dee Lestari memberikan pengaruh pada kehidupan Irvan melalui novel Supernova.
Setelah membaca novel ini, Irvan memutuskan bergabung dengan sebuah komunitas bernama Truedee dan hingga sekarang masih aktif dalam komunitas tersebut.
Komunitas ini menjadi sarana berdiskusi mengenai berbagai hal. Bahkan beberapa tulisannya di Kompasiana pernah diposting di milis grup Truedee dan menjadi bahan diskusi. Karena novel-novel karya Dee Lestari juga Irvan menjadi lebih aktif dalam diskusi-diskusi. Sosok Dee mengubah kegiatan-kegiatan Irvan di lingkungannya.
5. Merci Beaucoup, Monsieur Verne!
Ada banyak nama pengarang yang diidolakan oleh Ikhwanul. Salah satu yang menjadi favoritnya adalah Jules Verne. Novelnya yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia berjudul 20.000 Mili di Bawah Laut.
Pertama kali mengenal pengarang ini, kala itu Ikhwanul masih duduk di Sekolah Menengah Pertama. Ketika itu sebagai pekerjaan rumah, guru bahasa Indonesia menugaskannya menulis resensi novel dan novel inilah yang dibaca Ikhwanul.
Jules Verne menulis lebih dari 70 judul buku dengan ratusan karakter yang mudah diingat serta inovasi yang tidak terhitung jumlahnya. Bahkan tidak sedikit novelnya yang diangkat ke layar lebar dan pentas drama.
Jules Verne juga dikenal sebagai Bapak Fiksi Ilmiah. Inilah salah satu faktor yang membuat Ikhwanul menyukai karya-karyanya.
--------------------------------
Itulah beberapa nama pengarang favorit yang diidolakan Kompasianer. Lalu siapa pengarang favorit Anda? (YUD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H