Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Muhammad "The Greatest" Ali dalam Kenangan

8 Juni 2016   16:25 Diperbarui: 8 Juni 2016   16:30 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3 Juni waktu Amerika Serikat atau 4 Juni waktu Indonesia, salah satu legenda olah raga menutupkan mata untuk selamanya.

Dikenal sebagai "The Greatest" atau "Yang Terhebat," Muhammad Ali meninggal dunia pada usia 74 tahun. Ia dinyatakan meninggal akibat komplikasi penyakit parkinson yang telah lama dideritanya.

Sosok Muhammad Ali adalah sebuah fenomena. Sosok yang dikenal bermulut besar ini memiliki segudang prestasi yang tidak terbantahkan. Bukan hanya prestasi di atas ring, di luar ring pun ia menjelma menjadi fenomena dengan jiwa sosial yang tinggi.

Kini legenda itu telah berpulang, namun sosoknya masih melekat dalam ingatan penduduk dunia. Dan berikut ini adalah ingatan Kompasianer dalam mengenang sosok Muhammad Ali.

1. Muhammad Ali Wafat: “Legacy” Inspirasi Kemanusiaan dan Olahraga

Legenda tinju Muhammad Ali. lipsus.kompas.com
Legenda tinju Muhammad Ali. lipsus.kompas.com
Ninoy N Karundeng mencoba mengingatkan kita kembali akan prestasi dan kisah yang pernah ditorehkan Muhammad Ali dalam sejarah olah raga.

Menurutnya, Muhammad Ali adalah salah satu olahragawan terbesar di dunia abad 20. Ia menginspirasi kemanusiaan dan menyuarakan hak-hak sipil di Amerika. Bahkan di Indonesia pada dekade 70 sampai 80an, pertandingan tinju Muhammad Ali menjadi tontonan yang paling ditunggu.

Bersama Martin Luther King, Ali menyuarakan penentangan perang Vietnam dengan dasar kemanusiaan. Bahkan karena suara penenatangan inilah Ali mendapat hukuman pencabutan gelar dan larangan bertanding selama 3 tahun.

Di luar ring, Ali adalah sosok yang sangat dihormati dunia. Perjuangan kemanusiaannya melampaui ketenaran perjuangannya di atas ring. Ia menjadi sosok dan simbol perdamaian.

Bahkan dalam artikelnya, Ninoy menuliskan pendapat seorang Jerry Izenberg, jurnalis dan rekan Muhammad Ali. Menurut Jerry Ali adalah sosok inspirasi seluruh dunia Barat dan Timur karena dia jujur dan otentik terhadap dunia. Ali tidak pernah membenci kelompok manapun.

2. Final BCA Indonesia Open 2016 dan Pesan Muhammad Ali

Baju yang sering digunakan Muhammad Ali sebelum bertinju. Kompas.com
Baju yang sering digunakan Muhammad Ali sebelum bertinju. Kompas.com
Wafatnya petinju legendaris dunia, Muhammad Ali bertepatan dengan partai final Indonesia Open yang digelar di Istora Senayan. Hendro Santoso melihat ada korelasi menarik dari dua momen ini.

Menurut Hendro, ada kata yang sangat menarik dari Ali. Ia mengatakan, "Juara tidak dibuat di gym. Juara dibuat dari sesuatu yang mereka punya di dalam diri mereka, sebuah gairah, sebuah mimpi, sebuah visi,"

Tentu saja kutipan ini sangat tepat jika ditujukan pada para pebulutangkis muda Indonesia. Pasalnya beberapa waktu lalu Indonesia gagal membawa pulang piala Thomas dan kini partai final Indonesia Open tidak satu pun wakil Indonesia yang melaju.

Kata-kata yang dilontarkan Muhammad Ali ini sejatinya bukan hanya untuk memotivasi, tapi juga memberi keyakinan bahwa seorang juara tidak dibentuk secara instan.

Ada banyak hal yang harus dimiliki dan menjadi syarat sebagai seorang juara seperti visi, mimpi dan gairah.

3. Bagaimana Indonesia Memandang Muhammad Ali

Muhammad Ali melaksanakan ibadah shalat. Kompas.com
Muhammad Ali melaksanakan ibadah shalat. Kompas.com
Muhammad Ali adalah salah satu atlit yang pernah menginjakkan kakinya di Indonesia. Arif Albert mengenangnya dalam sebuah ulasan. Pada tahun 1973, Ali direncanakan bertanding melawan Rudie Lubbers selama 12 ronde di Istora Senayan. Pertandingan ini menjadi yang paling ditunggu kala itu.

Ada sebuah kesan yang Ali rasakan selama di Indonesia. Ia menilai bangsa ini adalah sebuah negara yang unik, di mana penduduknya sangat bersahabat dan selalu tersenyum kepada siapapun.

Indonesia memandang Ali sebagai sosok fenomenal. Ia adalah sosok yang mengedepankan perdamaian, menentang diskriminasi dan peperangan. Ali mengajarkan bahwa siapa pun memiliki harkat dan martabat yang sama, tidak peduli warna kulit atau ras.

Ali pernah menginjakkan kakinya di bumi pertiwi ini. jejak kakinya telah hilang, namun jejak kehidupannya di hati dan ingatan kita takkan pernah hilang. Ia pernah terpatri di sana, hati dan jiwa kita. Ia bukan hanya milik keluarganya, tetapi ia juga milik kita semua sekarang.

4. Ali: Inspirasi dari Dalam dan Luar Ring

Penduduk AS menyambut jenazah Muhammad Ali. Kompas.com
Penduduk AS menyambut jenazah Muhammad Ali. Kompas.com
Ketika Muhammad Ali dinyatakan meninggal dunia, tentu seluruh dunia berduka. Ali menurut Anggaraksa Arismunandar adalah pahlawan, tidak hanya bagi para penggemar tinju tapi juga untuk jutaan manusia lainnya.

Anggaraksa mencatatkan ada beberapa momen paling diingat sepanjang karir Muhammad Ali. Pertama ketika ia merebut gelar juara kelas berat. Kala itu hampir tidak ada yang menjagokan Ali tapi ia kemudian membalikkan kedudukan.

Kedua, ketika dominasi Ali yang dihambat politik. Ali kala itu menolak untuk menjalani wajib militer dengan berperang ke Vietnam atas dasar kemanusiaan. Karena inilah gelar juaranya dicabut dan mendapati larangan bertanding selama tiga tahun.

Ketiga, ketika pertaraungannya dengan George Foreman. Pertandingan ini sebenarnya timpang karena Foreman memiliki kecepatan dan kekuatan yang lebih baik dari Ali. Namun strategi Ali berbuah kemenangan. Ia membiarkan Foreman memukulnya terus menerus hingga kelelahan dan pada akhrinya serangan balik yang dilancarkan Ali membuat Foreman tidak berkutik.

Rekor bertanding Muhammad Ali tercatat 56 kali menang dengan hanya 5 kali kalah. 37 diantaranya kemenangan TKO. Namun kehebatan di atas ring ini hanya bagian kecil jika dibandingkan dengan kontribusinya bagi masyarakat dunia.

5. Mengenang Muhammad Ali Lewat Film "ALI" (2001)

Muhammad Ali memegang Al Quran. Tribunnews.com
Muhammad Ali memegang Al Quran. Tribunnews.com
Himam Miladi memiliki hobi menonton film. Namun ia mengatakan jarang sekali menonton sebuah film biografi.

Peristiwa wafatnya Muhammad Ali menggerakkannya untuk menonton kembali film biografi berjudul "Ali". Film ini dibintangi aktor kawakan Will Smith dan disutradarai Michael Mann.

Film Ali mengisahkan perjalanan karier tinju Muhammad Ali. Tapi, tidak semua kilas balik pertandingan tinju Ali ditampilkan dalam film ini. Sutradara Michael Mann hanya menyoroti 4 pertandingan saja yang memang dianggap paling berkesan dalam perjalanan karir tinju Muhammad Ali.

Himam juga mengatakan bahwa film ini menunjukkan sisi lain Muhammad Ali yang tidak terekspose oleh media. Ali adalah sosok yang mudah jatuh hati pada wanita, juga perjuangannya dikisahkan dalam film ini.

Pertandingan melawan George Foreman menjadi klimaks dari film berdurasi hampir dua setengah jam ini. Film “Ali” ini mendapat 2 nominasi Oscar, yakni nominasi untuk pemeran terbaik (Will Smith/Muhammad Ali) dan nominasi pemeran pembantu terbaik (Jon Voight/Howard Cossel).

--------------------

Itulah beberapa ingatan Kompasianer tentang sosok legenda Muhammad Ali. Kini ia telah pergi namun kisahnya baik di dalam maupun di luar ring akan selalu dikenang dan menjadi cerita turun temurun setiap generasi. (YUD)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun