Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Muhammad "The Greatest" Ali dalam Kenangan

8 Juni 2016   16:25 Diperbarui: 8 Juni 2016   16:30 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu saja kutipan ini sangat tepat jika ditujukan pada para pebulutangkis muda Indonesia. Pasalnya beberapa waktu lalu Indonesia gagal membawa pulang piala Thomas dan kini partai final Indonesia Open tidak satu pun wakil Indonesia yang melaju.

Kata-kata yang dilontarkan Muhammad Ali ini sejatinya bukan hanya untuk memotivasi, tapi juga memberi keyakinan bahwa seorang juara tidak dibentuk secara instan.

Ada banyak hal yang harus dimiliki dan menjadi syarat sebagai seorang juara seperti visi, mimpi dan gairah.

3. Bagaimana Indonesia Memandang Muhammad Ali

Muhammad Ali melaksanakan ibadah shalat. Kompas.com
Muhammad Ali melaksanakan ibadah shalat. Kompas.com
Muhammad Ali adalah salah satu atlit yang pernah menginjakkan kakinya di Indonesia. Arif Albert mengenangnya dalam sebuah ulasan. Pada tahun 1973, Ali direncanakan bertanding melawan Rudie Lubbers selama 12 ronde di Istora Senayan. Pertandingan ini menjadi yang paling ditunggu kala itu.

Ada sebuah kesan yang Ali rasakan selama di Indonesia. Ia menilai bangsa ini adalah sebuah negara yang unik, di mana penduduknya sangat bersahabat dan selalu tersenyum kepada siapapun.

Indonesia memandang Ali sebagai sosok fenomenal. Ia adalah sosok yang mengedepankan perdamaian, menentang diskriminasi dan peperangan. Ali mengajarkan bahwa siapa pun memiliki harkat dan martabat yang sama, tidak peduli warna kulit atau ras.

Ali pernah menginjakkan kakinya di bumi pertiwi ini. jejak kakinya telah hilang, namun jejak kehidupannya di hati dan ingatan kita takkan pernah hilang. Ia pernah terpatri di sana, hati dan jiwa kita. Ia bukan hanya milik keluarganya, tetapi ia juga milik kita semua sekarang.

4. Ali: Inspirasi dari Dalam dan Luar Ring

Penduduk AS menyambut jenazah Muhammad Ali. Kompas.com
Penduduk AS menyambut jenazah Muhammad Ali. Kompas.com
Ketika Muhammad Ali dinyatakan meninggal dunia, tentu seluruh dunia berduka. Ali menurut Anggaraksa Arismunandar adalah pahlawan, tidak hanya bagi para penggemar tinju tapi juga untuk jutaan manusia lainnya.

Anggaraksa mencatatkan ada beberapa momen paling diingat sepanjang karir Muhammad Ali. Pertama ketika ia merebut gelar juara kelas berat. Kala itu hampir tidak ada yang menjagokan Ali tapi ia kemudian membalikkan kedudukan.

Kedua, ketika dominasi Ali yang dihambat politik. Ali kala itu menolak untuk menjalani wajib militer dengan berperang ke Vietnam atas dasar kemanusiaan. Karena inilah gelar juaranya dicabut dan mendapati larangan bertanding selama tiga tahun.

Ketiga, ketika pertaraungannya dengan George Foreman. Pertandingan ini sebenarnya timpang karena Foreman memiliki kecepatan dan kekuatan yang lebih baik dari Ali. Namun strategi Ali berbuah kemenangan. Ia membiarkan Foreman memukulnya terus menerus hingga kelelahan dan pada akhrinya serangan balik yang dilancarkan Ali membuat Foreman tidak berkutik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun