Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengintip Cerita Puasa Bulan Ramadan di Negeri Orang

6 Juni 2016   19:37 Diperbarui: 6 Juni 2016   20:31 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gagan mengatakan, pada hari pertama itu tidak begitu berat. Matahari tidak seterik di Indonesia. Dingin agak lembab, sedikit hujan dan matahari tidak tampak bersinar. Rasa haus yang biasanya menyerang saat puasa tidak begitu terasa. Rasa lapar juga tidak. Namun tentu saja suasana Ramadan di Jerman tidak sekental di Indonesia.

5. Berpuasa di Kutub Utara

Bangunan masjid di Kutub Utara. Sumber: Igloo.us
Bangunan masjid di Kutub Utara. Sumber: Igloo.us
Dibandingkan berpuasa di Indonesia, berpuasa di kutub pada musim panas memang penuh cobaan. Di Indonesia puasa dimulai dari fajar sekitar pukul 04.50 hingga Maghrib sekitar pukul 17.50 untuk wilayah Jakarta, total berdurasi 13 jam.

Sementara itu di belahan bumi utara, durasi berpuasa di Kopenhagen, ibukota Denmark, adalah sekitar 19 jam, dimulai dari fajar pukul 02.30 hingga terbenamnya matahari pukul 21.50

Menurut Dhany Saputra itu karena waktu berbuka di Denmark adalah pukul 10 malam di mana mayoritas supermarket dan tempat makan sudah tutup beberapa jam sebelumnya, dan Isya’ dimulai menjelang pukul 12 malam.

Selama menjalankan puasa pun banyak sekali godaan. Godaan bukan lagi berupa rasa lapar dan haus atau melihat pegawai kantor di kursi sebelah minum air dengan nikmatnya dan makan buah untuk mengurangi dehidrasi musim panas.

Tapi godaannya adalah rusaknya siklus jam tidur dan keinginan untuk minum kopi demi menyamakan produktivitas dengan rekan kerja yang tidak berpuasa semua.

Dengan berpuasa, rusaklah siklus jam biologis dan kesehatan. Namun menurut Dhany, ia menjadi semakin paham bahwa puasa itu dilakukan bukan karena menyehatkan. Tapi karena takut akan neraka dan semata-mata menjalankan perintahNya.

-----------------------

Itulah beberapa cerita dari mereka yang menjalankan ibadah puasa di negeri orang. Cerita lainnya akan kami rangkum pada ulasan-ulasan berikutnya. (YUD)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun