Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Refleksi Kompasianer di Hari Kebangkitan Nasional

25 Mei 2016   10:36 Diperbarui: 26 Mei 2016   07:28 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Kebangkitan Nasional Harus Jadi Momentum Konsolidasi. Kompas.com

Menurutnya, Kesadaran Nasional mungkin lebih pas. Mengingat banyak orang Indonesia hari ini yang "kurang sadar", "belum sadar" atau "kelebihan sadar" dalam hal apapun, urusan apapun. Walau banyak juga yang sudah "cukup sadar" tentang dirinya, tentang sekitarnya.

sebagai bangsa, saat ini kita tengah dirundung berbagai urusan yang sedikit banyak dapat mencederai jati diri bangsa Indonesia. Kesadaran nasional berangkat dari keprihatinan kita terhadap masalah dan fenomena yang terjadi di Indonesia.

Dengan kesadaran nasional, kita diingatkan untuk melakukan refleksi diri terhadap perilaku, aturan, dan kebijakan masa lalu yang barangkali salah.

Sadar akan pilihan yang sudah diambil. Sadar akan tantangan yang ada. Sadar bahwa potensi baik jauh lebih penting dari masa lalu yang buruk. Sadar bahwa kita tidak hidup sendirian. Sadar akan pentingnya menyiapkan hari esok yang lebih baik dari hari kemarin.

3. Kebangkitan Bangsa Tidak Terlepas dari Teknologi

Salah satu perusahaan teknologi Indonesia yang mengikuti pameran di Jerman. Timesindonesia.co.id
Salah satu perusahaan teknologi Indonesia yang mengikuti pameran di Jerman. Timesindonesia.co.id
Sebuah artikel menarik ditulis oleh Ki Suki. Ia menghubungkan Hari Kebangkitan Nasional ini dengan penguasaan teknologi di Indonesia. Menurutnya, investasi sains dan teknologi adalah salah satu kunci persoalan untuk membangkitkan bangsa ini dari keterpurukan. Namun, ada empat hal lain yang perlu dilakukan.

Pertama, investasi pada human capital.Human capital bukan hanya bicara tentang manusia sebagai pekerja, tetapi manusia sebagai bagian dari pengambil keputusan dalam meningkatkan kehidupan dirinya dan masyarakatnya. Human capital berkonsentrasi pada pendidikan dan pelatihan manusia untuk bisa bersama-sama mengambil perannya di dalam kemajuan.

Kedua, sains dan teknologi merupakan hal penting yang merubah kehidupan manusia. Siapa yang unggul dalam sains dan teknologi akan mempunyai peluang lebih besar untuk mengalami kemajuan.

Ketiga, inovasi dan kewirausahaan merupakan pendorong kuat dalam kemajuan bangsa. Inovasi tanpa kewirausahaan akan bernama invensi, dan itu belum bisa berdampak apa-apa.

Keempat, kemiskinan yang minimal akan melahirkan keamanan dan kenyamanan dalam masyarakat. Upaya-upaya untuk meminimalkan kemiskinan harus terus-menerus dilakukan oleh semua pihak.

20 Mei ini, kita harus mulai melangkah secara nyata. Masing-masing manusia adalah mahluk yang unik, yang mempunyai keunikan tersendiri untuk melangkah maju. Setiap manusia Indonesia adalah berbeda. Justru perbedaan itu adalah sebuah tenaga yang besar untuk menggerakkan roda kebangkitan bangsa Indonesia.

4. Budaya Feodal di Peringatan 108 Harkitnas

Ilustrasi budaya feodalisme. Wikimedia
Ilustrasi budaya feodalisme. Wikimedia
Susy Haryawan menyoroti kasus yang menjadi viral di dunia maya, yaitu seorang anak sekolah yang menggertak polwan dengan dalih keluarga aparat yang memiliki kedudukan. Hal ini menunjukkan budaya feodalisme masih begitu kuat di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun