Hingga pukul 19.00, acara masih belum juga dimulai, padahal para biksu dan biksuni sudah berkumpul di panggung, siap untuk memanjatkan doa bersama. Hujan turun semakin deras, membuat pengunjung semakin resah.
Ternyata Suryadharma Ali yang kala itu menjabat sebagai Menteri Agama terlambat datang. Kejadian lebih ricuh lagi terjadi saat ritual Pradaksina, yaitu ritual para biksu mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali. Pengunjung semakin mendekat ke arah biksu, mencoba mengikuti mereka melakukan Pradaksina.
Waisak yang seharusnya menjadi momen sakral ibadah umat Buddha justru sebaliknya. Perayaan Waisak 2013 lalu mengalami sedikit kekacauan. Umat Buddha tidak dapat beribadah dengan tenang lantaran para turis penasaran menunggu pelepasan lampion yang perhelatannya diadakan berbarengan.
3. Waisak dan Persoalan yang Tak Kunjung Usai
Dahulu menjelang Waisak, banyak Bhiksu-bhiksu yang berlalu lalang di Muntilan dan Magelang. Penduduk desa juga secara sukarela menyediakan rumahnya untuk menginap bhiksu dan umat budha lainnya.
Masyarakat sekitar Borobudur turut menyambut saudara-saudaranya yang ingin merayakan hari rayanya. Bahkan ada sinkronisasi Budaya dalam rangkaian acara, ada semacam pengobatan gratis dari Walubi adalah semacam ucapan terima kasih kepada penduduk sekitar Borobudur yang sudah menyambut mereka.
Tapi itu dulu, sekarang judulnya lain lagi. Waisak sudah bergeser menjadi pertunjukan wisata dan kemudian lambat laun menjadi objek turisme, turisme yang sekarang menggejala tak terkendali dan liar.
Pengunjung yang bisa memaknai dengan benar apa arti Waisyak dan tak sekadar hanya terpikat dengan ritual di ujung berupa pelepasan lampion. Bukan sekedar pengunjung yang haha-hihi jepret kanan jepret kiri. Beberapa kali sebenarnya Farchan melakukan counter opinion untuk mengingatkan bahwa Waisak adalah perayaan ritual keagamaan, tapi tampaknya tak ada hasilnya, tenggelam dalam antusiasme perayaan Waisak yang hanya dimaknai dari pelepasan lampion.
Waisak adalah hari raya agama, Waisak adalah waktu di mana umat Budha beribadah. Mengganggu hak beribadah mereka berarti anda melanggar hak asasi. Untuk permisalan ketika seorang muslim, jika sedang sholat, disenggol sedikit saja konsentrasi buyar, lha ini difoto dengan flash, banyak lagi flashnya. Bagi yang sudah mengerti harus turut mengingatkan yang belum mengerti.
4. Di Balik Indahnya Perayaan Lampion Waisak 2015, Taman Menjadi Korban
Imam Uddin Hanief menjadi salah satu saksi perayaan ini. Mulai dari prosesi awal berkumpul di Candi Mendut, dan dilanjutkan berjalan menuju Borobudur hanya bisa diikuti oleh umat Buddha dan para undangan.