Sesuai dengan sebutannya, anak berkebutuhan khusus memang membutuhkan penanganan khusus agar anak bisa terus belajar dan berkembang. Tentu saja untuk itu dibutuhkan juga sekolah yang mampu memberikan pelayanan terbaik pada anak-anak ini.
Gapey Sandy menuliskan reportasenya kala merayakan Hardiknas di salah satu sekolah berkebutuhan khusus di kawasan Tangerang Selatan, Banten.
Sekolah Kebutuhan Khusus (SKh) Sahabat Kita telah berlangsung selama tiga tahun. Murid-murid di sekolah ini berasal dari leingkungan sekitar. Berdasarkan laporan Gapey, kebanyakan anak-anak adalah penderita autisme, mood disorders, tunarungu, cerebral palsy atau kelumpuhan otak besar yang berakibat pada buruknya pengendalian/kekakuan otot, juga down syndrome yang merupakan kelainan genetik sehingga berakibat pada keterbelakangan fisik dan mental
Di sekolah, guru-guru SKh ‘Sahabat Kita’ menerapkan dua program: Class Programme dan Individual Programme. Untuk program kelas lebih ditujukan kepada upaya membangun kemandirian mereka. Misalnya, mencuci piring bersama, memakai kaos kaki bersama, berwudhu bersama, sholat bersama dan sebagainya.
Sedangkan Individual Programme dilaksanakan karena setiap anak punya kurikulum sendiri-sendiri. Harapan kedepan, SKh ‘Sahabat Kita’ dapat semakin melengkapi piranti atau media pembelajarannya.
5. Pil Pahit Hari Pendidikan Nasional
Hari Pendidikan Nasional tahun 2016 ini terasa pahit. Ya, pada hari tersebut bukan berita positif yang marak beredar di media, namun berita negatif tentang kejadian yang melibatkan institusi pendidikan dan peserta didik.
Ada beberapa kasus yang menyeruak. Pertama, adalah soal pembunuhan dosen oleh mahasiswa kependidikan. Menurut Susy Haryawan ini adalah ironi. Bagaimana mahasiswa calon guru membunuh gurunya hanya karena alasan sering ditegur soal kedisiplinan.
Kedua, kasus pemerkosaan dan pembunuhan siswi. Anak sekolah, siswa, dan generasi muda yang menjadi korban kebejatan sesamanya. Ketiga lagi-lagi soal pembunuhan. Seorang jenazah mahasiswi ditemukan di kampusnya. Ironis bahwa tempat pendidikan yang harusnya menjadi tempat mengembangkan ilmu malah jadi tempat menyembunyikan jenazah.
Lalu apa yang bisa kita pelajari dari hal ini?