Ilustrasi May Day. mayday2016.top
Setiap tanggal 1 Mei, para buruh di seluruh dunia merayakan hari besarnya. Hari Buruh Internasional atau yang lebih dikenal dengan sebutan May Day sejatinya sangat lekat pada sebuah peristiwa yang terjadi di lapangan Haymarket, Chicago Illinois Amerika Serikat pada tahun 1886.
Saat itu kaum pekerja melakukan aksi mogok kerja yang sudah berlangsung sejak April 1886. Hal ini dilakukan atas dasar kemuakan para pekerja atas dominasi kelas borjuis yang sampai pada puncaknya.
Hari Buruh Internasional ini seringkali dijadikan ajang untuk menyuarakan aspirasi mereka. Pada 1 Mei lalu mereka melakukan unjuk rasa menuntut kenaikan upah, kesejahteraan, bahkan hingga menolak kriminalisasi dan reklamasi.
Tentu saja peringatan Hari Buruh Internasional ini juga mengundang banyak opini dengan berbagai perspektif. Ada yang memberi dukungan penuh dan ada juga yang sebaliknya. Nah, berikut ini adalah 5 artikel terpilih yang merekam kemeriahan Hari Buruh Internasional tahun ini.
1. Demo Buruh dan Renungan Perburuhan dari Perspektif Sejarah Universal
Di Jakarta dan kota-kota besar penjuru dunia secara universal para buruh turun ke jalan. Mereka menuntut kesejahteraan pada majikan lewat tekanan pada pemerintah. Sejarah buruh selalu menggambarkan perspektif yang bertolak belakang antara buruh dan majikan. Bahkan sejak zaman Mesir Kuno, hal ini telah kontras terlihat.
Itulah yang dikatakan Ninoy N Karundeng dalam ulasannya. Menurutnya jika melihat ke belakang, dalam sejarah panjang umat manusia buruh atau pekerja adalah reinkarnasi dari sistem kapitalisme universal.
Pemilik modal dan kekayaan menguasai sumber daya, yaitu alam, ideologi, penguasa politik dan manusia. Para pemilik modal itu kemudian membangun diri mereka masing-masing dengan berbagai gelar dan kekuasaan yang disahkan oleh penguasa politik. Seperti gelar kebangsawanan.
Bahkan Ninoy mengatakan bahwa penguasa politik berupa raja, ratu, sampai presiden pun bertindak karena dikuasai oleh majikan atau penguasa. Dalam konteks kapitalisme universal, bahwa penguasa sesungguhnya adalah golongan pemilik modal kekayaan.
Kapitalisme juga membangun feodalisme untuk kepentingan penguasaan para pemilik modal dan majikan atas sumber daya. Buruh di Indonesia saat ini terjebak dalam kapitalisme unibersal yang menguasai kalangan buruh. Bahkan secara tidak sadar perjuangan buruh di Indonesia menggambarkan secara gamblang kekuasaan pemilik modal secara universal pada usmber daya.
2. Hari Buruh, Demo, Tenaga Asing, dan TKI di Malaysia
Sebuah artikel menarik ditulis oleh Susy Haryawan. Ia mengatakan demo buruh yang biasanya berpusat pada keinginan peningkatan kesejahteraan, tahun ini tidak seheboh tahun sebelumnya. Kemudian ada beberapa hal yang disorot dalam artikelnya ini.
Pertama, menurutnya gaya hidup pengusaha dan buruh. Buruh adalah mitra yang sepantasnya sejajar. Memang hal ini sangat utopis menurut Susy, namun ketika kemanusiaan hadir tentu pengusaha akan memperlakukan buruhnya dengan sepantasnya.
Kedua, tenaga kerja asing. Momen ini sangat tepat melihat bagaimana reaksi yang sangat berlebihan ketika ada lima tenaga asing ditangkap di kawasan Halim beberapa waktu lalu. Ada dikaitkan dengan mobilisasi masa menjelang pilkada, katanya tenaga kerja kita masih banyak yang nganggur mengapa memakai tenaga asing.
Ketiga, tenaga kerja Indonesia di Malaysia. Mengapa Malaysia? Karena banyak tenaga kerja Indonesia yang gelap dan tidak memiliki ketrampilan di negara ini. Timur Tengah, Asia Timur, relatif lebih baik dan terdidik, paling tidak lebih resmi.
Banyak kisah diuraikan di Kompasiana mengenai hal ini. negara selama ini abai, anak negeri malah harus susah payah ke luar negeri untuk sesuatu yang belum jelas juga. Apalagi yang di dalam sini malah berkutat pada hal yang sudah didapat namun masih kurang.
Susy sepakat bahwa kesejahteraan buruh harus layak dan bisa menjamin kehidupan yang baik. Namun tentu perlu juga realistis dan tidak berlebihan. Pemerintah harus hadir menjembatani sehingga buruh dan pengusaha sama-sama untung dan sama-sama menang.
3. May Day ala Kreuzberg, Berlin
Kompasianer Denina menuliskan sebuah reportase yang menarik. Ia melaporkan bagaimana peringatan Hari Buruh Internasional di Kreuzberg, Berlin Mitte. Menurutnya, ada sekitar 6.000 polisi yang diturunkan di area ini untuk pengamanan.
Denina mengatakan bahwa ada sekitar 20 ribu orang yang turun ke jalan dalam memperingati May Day. Jika melihat dari sejarah, pada 1 Mei tahun 1987 pernah terjadi kerusuhan parah yang melanda Kreuzberg dan polisi Berlin. Namun kejadian ini ditutupi pers dunia lantaran beriringan dengan ketegangan politik sayap kiri pada saat itu.
Dalam merayakan May Day, para buruh justru menikmati cuaca cerah musim semi dengan festival jalanan yang banyak mengangkat tema menarik. Bahkan ada  berbagai makanan dari belahan dunia dengan harga terjangkau, band dan musik gratis, serta kampanye positif.
Dalam reportasenya ini Denina juga menyertakan cukup banyak foto kondisi perayaan Hari Buruh Internasional di Berlin ini. Perayaan terlihat sangat menarik dan tanpa adanya kerusuhan.
4. Hadiah May Day Bagi 5500 Pegawai Outsourcing Pos Indonesia
Ketika ratusan ribu buruh melakukan demo besar-besaran, tanpa banyak gembar gembor PT Pos Indonesia mengangkat sebanyak 5.500 pegawai yang selama ini berstatus outsourcing menjadi pegawai tetap.
Tentu saja untuk para pegawai keputusan ini sangat menggembirakan dan seolah menjadi puncak penantian selama bertahun-tahun. Status pegawai tetap adalah sebuah idaman bagi para pekerja di sebuah perusahaan.
Al Johan menilai hal ini sangat patut diapresiasi. Menurutnya keputusan ini juga dapat menyelesaikan masalah tenaga kerja outsourcing yang menjadi polemik di berbagai perusahaan termasuk BUMN.
Selama bertahun-tahun persoalan ini memang menjadi masalah laten dalam dunia ketenagakerjaan. Dari sisi perusahaan sepintas memang status pegawai tersebut cukup menguntungkan. Sementara dari sisi pegawa, status ini merupakan status yang tidak mengenakkan. Tidak ada jenjang karir yang jelas bagi pegawai. Bahkan setiap saat juga bisa dikenai PHK.
Perlakuan PT Pos Indonesia pada para pegawainya ini patut untuk dicontoh oleh perusahaan lain yang masih banyak mempekerjakan pegawainya dengan status outsourcing.
5. Mayday 2016: Penuhi 12 Tuntutan Jaringan Buruh Migran Jika Negara Melindungi Buruhnya
Jaringan Buruh Migran adalah gabungan dari sedikitnya 27 organisasi yang terdiri dari serikat buruh migran dalam dan luar negeri, serikat buruh, LSM, dan pemerhati masalah buruh migran, yang di Hari Buruh Internasional 2016 mempertanyakan dimana peran negara dalam perlindungan buruh migran Indonesia.
Seperti itulah yang dituliskan Okti Li dalam ulasannya. Berdasarkan data yang diperoleh, kasus buruh migran lima tahun terakhir sebanyak 24.972 kasus dan BNP2TKI mengklaim berhasil menyelesaikannya sebanyak 75,14% Â dari total pengaduan kasus TKI.
Masih banyak buruh migran yang tidak melaporkan kasusnya. Data dari Kementerian Luar Negeri menyebutkan bahwa dari tahun 2011 hingga 2015, terjadi kenaikan kasus perdagangan manusia, deportasi maupun ABK baik prosedural maupun non prosedural yang mencapai 52,5%. Jika benar negara melindungi tentunya kasus kaum buruh ini tidak membengkak.
Persoalan kekerasan dan pelanggaran pekerja migran memang telah berlangsung sistematis dan struktural. Bahkan meskipun Jokowi-JK telah memberikan berbagai perbaikan, kebijakan nasional terkait buruh migran belum dilakukan.
Oleh karena itu pada perayaan Hari Buruh Internasional lalu, Okti Li dan para aktivis buruh migran lainnya menyerukan 12 tuntutan kepada para pengambil kebijakan. Keduabelas tuntutan ini bisa Anda lihat lebih lengkap dalam artikel yang ia tuliskan. Namun pada intinya, dua belas tuntutan tersebut adalah agar pemerintah dapat mengambil kebijakan yang benar-benar akan melindungi buruh migran. (YUD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H