Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

7 Sudut Pandang Kompasianer di Balik Panama Papers

21 April 2016   13:30 Diperbarui: 21 April 2016   23:19 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang, dokumen ini dibocorkan dan kemudian diolah oleh jaringan jurnalis internasional yang berbasis di Amerika Serikat. Ini seakan memberi angin segar pada Amerika untuk kemudian menjatuhkan Russia di hadapan publik.

Namun Ibnu menulis, perang data seperti ini bukan akan menjadi menjadi kerugian bagi publik tapi malah menjadi keuntungan. Publik dapat mengetahui data buruk yang diungkap. Masyarakat diuntungkan dengan transparannya informasi.

Dengan perang data, seseorang mampu membuat musuhnya jatuh secara sosial, moral bahkan psikolgis. Terlihat bahwa data adalah senjata paling mengerikan jika ingin digunakan sebagai alat perang.

3. Panama Papers dan Sikap Tanggung Jawab Bangsa Indonesia

Dalam kasus Panama Papers, ada banyak nama besar individu tercatat di sana. Berkaitan dengan hal ini berbeda-beda pula setiap pihak menyikapinya. Ada yang mundur secara langsung, tapi yang paling canggih ada di Indonesia, secara umum, ngeles dan akhirnya tidak peduli.

Lantas bagaimana cara pembuktian yang seharusnya dilakukan? Meunurut Kompasianer Susy Haryawan harus dilakukan pembuktian terbaik, jika sudah sangat mendesak. Sehingga semua orang berani jujur dan menjadi kebiasaan.

Praduga tak bersalah sebagai perlindungan hukum yang adil dipakai untuk berlindung atas kejahatan. Jika demikian dalam kasus khusus, korupsi, narkoba dan terorisme, biar saja asas praduga bersalah.

Kemudian bisa juga dilakukan pencabutan hak politik. Jangan heran maling bisa maling lagi bahkan teriak maling dan terus terusan berkuasa. Oleh karena itu pencabutan hak politik bisa jadi salah satu solusi.

4. Tak Ada Paman Gober di Panama Papers

[caption caption="Paman Gober. Sumber: McDuck"]

[/caption]Analogi menarik diulas oleh Moh. Sidik Nugraha. Ia menerangkan bahwa dalam bahasa Inggris, Paman Gober bernama Scrooge McDuck dan pertama kali muncul di Amerika Serikat tahun 1947.

Dalam cerita fiksi, Paman Gober digambarkan sebagai tokoh yang menyebalkan, kikir dan bergelimang harta. Saking menyebalkannya, Kota Bebek menunggu-nunggu ajal si bebek terkaya di dunia ini. Setidaknya itulah yang ada dalam cerita pendek "Kematian Paman Gober" karya Seno Gumira Ajidarma yang kala itu ditafsirkan sebagai sindiran pada Presiden Soeharto.

Kemudian kisah Paman Gober ini juga dijadikan sindiran untuk Newt Gingrich, anggota Kongres Amerika Serikat dari Partai Republik kala itu dengan menyebutnya "Uncle Scrooge".

Dalam sebuah kisah, Paman Gober pernah diceritakan ia pernah dituduh menghidari pajak. Dia memang pelit tapi tidak licik. Dia adalah sosok hartawan sejati yang tidak perlu mengalihkan kekayaannya di negara dengan pajak rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun