Alan Budiman menuliskan sepakbola Indonesia berjalan mundur tanpa adanya perbaikan sama sekali. Menteri-menteri sebelumnya tak pernah ada yang berani mengatur PSSI dan PSSI dengan arogannya mengatakan bahwa pemerintah tidak boleh mengintervensi atau FIFA akan memberikan sanksi.
Namun kali ini berbeda. Era Jokowi ini zamannya bersih-bersih mafia di berbagai sektor, termasuk sepakbola. Menurut Alan, Menpora Imam Nahrawi mengambil keputusan yang sangat tepat. Keputusan ini sangat dinanti oleh masyarakat Indonesia karena memberi harapan baru bagit terciptanya iklim sepakbola yang kondusif.
Menurut Alan, La Nyalla adalah pihak yang tidak paham kondisi. PSSI sudah mendapat surat teguran tiga kali tapi tidak pernah merespon. Laporan tentang bobroknya PSSI sudah menumpuk, sekarang giliran mengambil langkah tepat untuk memperbaiki semua sistemnya.
3. Menelisik Keputusan Menpora untuk PSSI
[caption caption="Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi. Sumber: bola.kompas.com"]
Menurut Daniel, yang dilakukan Menpora adalah tidak memberikan izin legalitas terhadap organisasi bernama PSSI. Sebagai pemerintah yang menjalankan hukum dan perundang-undangan di Indonesia, Menpora berhak mengambil tindakan sanksi bagi organisasi yang tidak mau menaati hukum di Indonesia.
Memang secara implisit, menurut Daniel, Menpora tidak melanggar hukum FIFA ini karena Menpora sejatinya tidak "mengganggu urusan internal PSSI" dan Menpora hanya tidak mengakui PSSI sebagai organisasi yang legal.
Lantas soal turunnya hukuman dari FIFA, apakah Indonesia tidak akan bermain sepakbola? Tidak juga. Bukan karena adanya sanksi kemudian Indonesia tidak memiliki liga atau turnamen. Indonesia tetap bisa memiliki liga meski tidak diakui dunia internasional.
Semoga dengan pembekuan PSSI membuktikan bahwa sepakbola adalah milik seluruh masyarakat penikmat sepakbola.
4. Presiden PSSI Merana, Rakyatnya Ikut Turnamen Pemerintah
[caption caption="Trofi Piala Jenderal Sudirman Cup. Sumber: olahraga.kompas.com"]
Menurut Hery Sofyan jika dicermati, keduanya memang memiliki tujuan yang sama yaitu menormalkan kondisi sepakbola nasional dari sanksi FIFA. Hanya saja keanggotaannya saja yang berbeda. Melihat prosesnya yang begitu lama tidak heran jika kemudian muncul kompetisi-kompetisi lokal untuk mengisi kekosongan liga.
Ada beberapa turnamen yang muncul untuk mengisi kekosongan ini diantaranya adalah Piala Kemerdekaan, Piala Presiden, dan Piala Jenderal Sudirman. Hery menyoroti soal penyelenggaraan turnamen ini yang cukup membantu kebingungan para pemain dan klub untuk mendapatkan penghasilan.