Tapi lihat ketika harga BBM turun. Hampir tidak ada penyesuaian harga dari yang lain. Sembako tetap mahal dan tarif angkutan tetap tinggi. Yang ada baik pedagang sembako maupun kondektur tetap berdalih dan mencari-cari alasan.
Apalagi jika penurunan harga BBM ini hanya berlaku untuk tiga bulan mendatang. Masih ada kemungkinan untuk kembali naik setelah evaluasi dari pemerintah. Ketika hal ini terjadi, dapat dipastikan harga-harga akan kembali mengalami guncangan.
3. Harga BBM Turun, Apa yang Terjadi?
Penurunan harga BBM ini sangat wajar jika kita menyikapinya dengan penuh harapan. Berharap harga-harga lain akan ikut turun menyesuaikan harga. Namun tentu saja tetap ada rasa pesimistis.
Tidak sedikit pelaku pasar yang menanggap kebijakan ini hanya angin lalu. Mereka mungkin beranggapan pemerintah hanya main-main karena hanya melakukan uji coba.Imbasnya, mereka tidak buru-buru menurunkan harga di pasaran.
Itulah yang dituliskan Asron Da Finsie dalam opininya. Menurutnya adalah suatu kewajaran jika masyarakat bersikap pesimistis.
Harapan sekarang menunggu hukum pasar supply dan demand terjadi. Dan apakah ini akan terjadi, persediaan melimpah, permintaan sedikit sehingga harga menjadi turun karena persaingan. Atau karena jika tidak terjual produk akan menjadi rusak, layu atau hancur. Hal ini dapat diruntut dari jenis produk barang dan jasa itu sendiri.
Tentu saja pemerintah tidak akn terlalu berani berspekualis untuk tetap bertahan dengan harga BBM yang turun saat ini. Karena bisa jadi malah menjadi beban penyelenggaraan negara.
Dengan mensubsidi rakyat dengan BBM murah, sedangkan untuk membeli minyak mentah saja harganya masih tinggi maka ini akan membebani.
Untuk membeli minyak di pasaran global itu harus menggunakan sumber uang dari mana, apakah dari pinjaman utang luar negeri yang sudah semakin besar itu?
Atau bisa menggunakan sumber uang hasil pendapatan Negara dari pajak, sedangkan PTKP (Pendapatan Tidak Kena Pajak) bagi penghasilan pribadi sekarang ini semakin diperbesar dengan harapan akan meningkatkan daya beli masyarakat di pasaran yang berimbas laku atau hidupnya proses jual beli di pasaran.
Hal ini tentu menjadi anomali. Penilaian juga tentu bergantung pada masyarakat itu sendiri. Jika masyarakat berpenghasilan menengah ke atas tentu masih bisa berasabar. Tapi bagaimana dengan berpenghasilan menengah bawah?