Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

7 Tanggapan Kompasianer Soal Kontroversi Deparpolisasi

5 April 2016   12:10 Diperbarui: 5 April 2016   12:27 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Istilah deparpolisasi bisa diartikan semakin banyak rakyat yang jemu melihat tingkah laku elit politik," seperti itulah yang opini Mike Reyssent yang tertuang dalam tulisannya.

Deparpolisasi memang sebuah istilah baru yang mencuat lantaran PDIP terlihat berang atas penolakan Ahok. Saking ebrangnya PDIP, bahkan sampai Megawati memerintahkan kadernya untuk melawan Ahok yang memilih jalur independen.

Masyarakat di sini seakan ingin memberi hukuman kepada parpol. Hal tersebut jelas tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Seharusnya, parpol berterima kasih telah diberikan peringatan ini oleh publik dan bisa menjadikan meomentum untuk sadar serta melakukan introspeksi diri. Bukan malah gerah dan marah selayaknya anak kecil.

Bahkan lebih jauh, Mike menilai bahwa setelah parpol tidak dapat mendiskreditkan Ahok dengan istilah deparpolisasi, muncul satu manuver baru yang mempersoalkan istilah mahar politik. Sebenarnya, mahar politik ini bukanlah hal baru yang harus disanggah oleh elite parpol, karena dengan begitu malah semakin membuktikan bahwa orang-orang di dalam parpol yang tidak mau berubah.

---

Politik sejatinya adalah hal yang dinamis. Kita tidak bisa memprediksi seperti apa pergerakannya. Mungkin sekarang politisi bisa mengatakan A, tapi hari berikutnya malah mengatakan B. Dan hal ini sah-sah saja ketika memang dilakukan untuk kepentingan masyarakat luas. Namun jika hanya dilakukan untuk kepentingan pribadi dan partai, masyarkat malah akan menilai tindakan ini adalah sikap yang tidak konsisten.

Kemudian,istilah deparpolisasi yang mencuat mungkin memang benar adalah cerminan publik yang tidak puas atas adanya kepentingan parpol yang ditempatkan di atas kepentingan publik. Jika parpol tidak melakukan introspeksi diri, maka arti sesungguhnya dari deparpolisasi (kondisi politik yang menghancurkan partai) akan benar-benar terjadi. (Yud)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun