Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

7 Faktor Eksternal yang Bisa Hambat Ahok di Pilgub 2017

2 April 2016   16:38 Diperbarui: 2 April 2016   16:40 1690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ahok harus konsisten di jalur independen dan tidak boleh dipengaruhi pengusaha. Sumber: kompas.com"]

[/caption]Fenomena Ahok yang maju sebagai calon independen kembali menjadi sorotan. Jalur independen adalah hal wajar karena memang telah dijamin oleh undang-undang. Banyak pihak menilai jika satu orang maju secara independen tanpa intervensi parpol, hampir dapat dipastikan tidak ada politik "bagi-bagi jabatan" atau apa pun itu untuk menguntungkan parpol pengusung sehingga bakal calon dengan jalur independen diklaim adalah sosok yang lebih bersih.

Padahal nyatanya tidak. Menurut Satria Zulfikar Rasyid, calon dengan jalur independen belum menjamin elektabilitasnya akan berjalan mulus tanpa diganggu unsur lainnya. Permasalahan lainnya adalah pada pengusaha. Ahok bisa saja lepas dari parpol, namun tidak menjamin bisa lepas dari pengusaha. Tentu saja untuk melakukan kampanye, Ahok membutuhkan sumber dana. Ketika masyarakat mengasumsikan Ahok berdiri di luar partai dan benar-benar tanpa gangguan unsur apa pun, apakah betul-betul berdiri di luar pengusaha juga saat maju pada Pilgub?

Menurut Satria, pihak yang memiliki banyak tuntutan dan mengganggu kinerja pejabat bukan hanya parpol, tetapi juga pengusaha. Kita tahu bahwa produk hukum dipengaruhi oleh politik sedangkan produk politik kerap dipengaruhi juga oleh pengusaha yang bermain bersama oknum Legislatif atau Eksekutif.

5. Kesalahan Strategi Ahok dan Teman Ahok Sebaiknya Jangan Diteruskan

[caption caption="Kontroversi ilustrasi gambar dari Teman Ahok. Sumber: kompas.com"]

[/caption]Media sosial kerap dijadikan tempat berkampanye yang efektif. Ketika satu hal dimuat, dengan cepat juga dapat disebarluaskan. Media sosial seolah memiliki jaringan tidak terbatas untuk menyebarkan kabar. Mudah dan cepat juga menjadi salah satu keunggulannya. Namun, ketika salah langkah dalam menggunakan media sosial, tentu saja konsekuensinya adalah perlakuan bully dari netizen.

Media sosial ini dimanfaatkan betul oleh politisi dan pendukungnya, salah satunya adalah Teman Ahok. Teman Ahok menggunakan berbagai platform media sosial untuk menyuarakan dukungannya. Sayang, menurut Reza aka Fadli Zontor, ada satu blunder yang dilakukan oleh Cyber Army Ahok dalam berkampanye, yaitu ketika memainkan isu SARA dengan mengusung tagline "Gw Muslim dan Gw Dukung Ahok".

Menurut Reza, kampanye di media sosial butuh strategi yang matang. Jika dilakukan terburu-buru justru akan memberikan dampak negatif pada calon yang bersangkutan. Bersabar sejenak, atur strategi dengan hati-hati dan lakukan kampanye dengan cara simpatik adalah langkah yang tepat. Jangan sampai menggunakan cara-cara konyol ataupun sporadis tanpa koordinasi.

6. Ada 5 Alasan Pilih Ahok, tetapi Ada 20 Alasan Juga untuk Tolak Ahok

[caption caption="Ormas Islam tolak kepemimpinan Ahok. Sumber: Tribunnews.com"]

[/caption]Masyarakat tentu lebih banyak melihat sisi baik dan kinerja Ahok melalui media massa. Namun, akan lebih bijak jika kita melihatnya dari kedua sisi, baik dan buruk. Itulah yang diungkapkan Revaputra Sugito dalam ulasannya. Menurutnya, sangat tidak salah jika Ahok ingin kembali menjabat sebagai gubernur. Itu adalah hak setiap orang dan warga negara untuk berpolitik serta telah dijamin oleh undang-undang. Namun, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan apakah Ahok layak untuk kembali menjabat atau tidak.

Setidaknya ada 20 poin yang diutarakan, di antaranya adalah: Pertama adalah Ahok orang yang tidak amanah. Reva melihat hal ini karena Ahok hanya menjabat selama 16 bulan sebagai bupati Belitung. Ia mempertanyakan apa hasil dan kinerja yang diberikan dengan waktu sesingkat itu. Kedua, Ahok adalah orang yang curang. Ahok kerap bergonta-ganti partai dan memang dicap sebagai "kutu loncat". Reva menilai Ahok melakukan hal tersebut demi tujuan pribadinya. Ketiga, Ahok adalah pemimpin yang kasar. Hal ini terlihat dari sikap Ahok yang sering "nyemprot" sana-sini tanpa pandang bulu. Bahkan, terkadang Ahok menggunakan kata-kata yang tidak baik dalam melakukannya.

7. Mengapa Ahok Harus Dihentikan?

[caption caption="Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Sumber: Kompas.com"]

[/caption]Kompasianer Goenawan memiliki pandangan bahwa bangsa ini tengah diperdaya oleh Ahok dan Teman Ahok. Ia menilai Ahok membuat masyarakat mengira tidak ada lagi pemimpin atau DPRD yang baik di negeri ini. Padahal, pemimpin lain seperti Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, Risma, dll. bisa membangun daerahnya tanpa mem-bully atau menyebut DPRD sebagai maling. Bahkan menurutnya konsep Ahok dalam membangun Jakarta ini sangat membahayakan.

Goenawan menilai bahwa mengalahkan Ahok sebenarnya relatif mudah. Kekuatan Ahok berada pada Teman Ahok sebagai pendukung dan menurutnya Teman Ahok ini tidak memiliki akar rumput yang kuat. Mereka sebagian besar adalah ABG atau remaja dari kalangan bawah dengan iming-iming yang sebenarnya tidak seberapa. Jika kita melemahkan Teman Ahok, diperkirakan 90 persen suara Ahok akan terganggu.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun