Ia menilai keterpurukan kaum perempuan sejak orde baru terus berlanjut bahkan ke era reformasi. Pada iklan televisi banyak ditayangkan "kemolekan" perempuan sebagai komoditi sekaligus sasaran produk yang hendak dipasarkan. Ditambah lagi sinetron-sinetron yang menampilkan sosok perempuan sebagai kaum diagungkan.
Sedangkan pada kenyataannya, di pabrik-pabrik maish banyak buruh perempuan yang mendapatkan perlakuakn tidak menyenangkan bahkan menjadi penindasan ganda. Hak-hak perempuan yang seharusnya didapatkan sebagai seorang buruh belum di dapat. Hal-hal negatif inilah yang masih menghampiri kaum perempuan di Indonesia saat ini.
5. Catatan di Hari Perempuan Internasional
[caption caption="Walikota Makassar ikut rayakan Hari Perempuan Internasional. Sumber: tribunnews.com"]
Meski tidak sedikit perempuan yang haknya dirampas, ia juga memiliki pandangan bahwa banyak juga kaum hawa yang malah berperilaku buruk. Menurutnya konteks benar-salah, baik-buruk sejatinya tidak melihat jenis kelamin. Selama ini publik lebih banyak melihat sisi buruk ada pada laki-laik atau pria. Padahal perempuan juga tidak selamanya baik dan benar.
Ia juga menilai, perempuan dilahirkan tidaklah untuk berseteru dengan laki-laki untuk memperebutkan hak. Perempuan yang berjuang di masa sekarang adalah bagaimana perempuan bisa menempatkan diri dengan baik.
---
Wanita sejatinya diciptakan untuk bersanding dengan pria. Tidak untuk menjadi bawahan, juga tidak untuk menempati strata yang lebih tinggi, juga tidak untuk saling bersaing. Wanita dan pria tercipta agar saling melengkapi satu sama lain. Keduanya memiliki hak dan kewajiban yang berbeda namun tetap setara. Dan tentu saja pada dasarnya pria diciptakan untuk dapat melindungi wanita dan wanita diciptakan agar ia mau berjuang untuk berjalan beriringan dengan pria. (YUD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H