[caption caption="Alat berat digunakan untuk menggusur bangunan di Kalijodo. Sumber: Kompas.com"][/caption]29 Februari 2016 menjadi akhir dari gemerlapnya Kalijodo. Bangunan-bangunan tempat prostitusi, perjudian, hingga penjualan minuman keras kini tinggal kenangan. Semua rata dengan tanah dan hanya menyisakan puing-puing reruntuhan bangunan. Penertiban ini berawal dari kejadian kecelakaan antara sebuah mobil dengan sepeda motor yang menewaskan 4 orang. Kala itu si sopir mobil menyebutkan bahwa Kalijodo menjadi biang keladi kecelakaan. Seketika itulah Kalijodo menjadi sorotan.
Keputusan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, untuk meratakan kawasan ini lantaran selama ini bangunan-bangunan di Kalijodo menempati lahan negara. Dengan demikian, bangunan itu dianggap liar dan tanah negara harus segera diambil alih.
Keputusan ini memang tidak serta-merta datang karena kejadian kecelakaan yang membawa Kalijodo sebagai biang keladi. Ahok memang berencana menertibkan kawasan yang menjadi sarang prostitusi dan penyakit sosial tersebut. Kala itu, rencana penertiban Kalijodo mengudang beragam respons, baik positif maupun negatif. Tidak sedikit yang mendukung rencana Ahok dan tidak sedikit pula yang memberi sentimen negatif. Apalagi warga yang tinggal di kawasan ini menjadikan Kalijodo sebagai lahan pencaharian. Kendati demikian, pada 29 Februari kemarin eksekusi tetap dilakukan.
Penertiban ini tentu menuai respons dari berbagai pihak, termasuk Kompasianer. Berikut ini adalah 5 catatan dari Kompasianer terhadap penertiban Kalijodo yang terangkum dalam topik pilihan Kalijodo Ditertibkan.
1. Ahok Menggusur Kalijodo dengan Damai
[caption caption="Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Sumber : Kompas.com"]
2. Kalijodo Kampanye Efektif Ahok 2017
Mr. Sae menganggap penggusuran Kalijodo adalah sebuah kampanye efektif dalam menghadapi Pilkada 2017 mendatang. Ia membandingkan sikap Ahok terhadap tempat asusila dengan penjualan minuman keras. Memang beberapa waktu silam Ahok berusaha melegalkan minuman keras yang beredar di supermarket. Namun, tindakannya berbanding terbalik dengan fenomena prostitusi ini. Mr. Sae menilai ada dua makna dari sikap yang ditampilkan Ahok. Pertama adalah Ahok memang benar marah karena Kalijodo berada di jalur hijau. Kedua, Ahok hanya memanfaatkan momentum untuk menarik simpati masyarakat Jakarta sebagai persiapan Pilkada 2017 mendatang.
3. Ahok Ratakan Kalijodo, Gunakan Taktik Blitzkrieg, Hadirkan Negara Lawan Preman
[caption caption="Proses pembongkaran Kalijodo. Sumber: Kompas.com"]
4. Penertiban Kawasan Kalijodo dan Harapan Konsistensinya
Beda orang, beda juga tanggapannya. Kali ini Kompasianer Triwisaksana Sani menaruh harapan setelah dilakukannya penertiban Kalijodo ini. Ia meminta agar Pemprov DKI terus menjaga konsistensi dalam menutup tempat prostitusi lainnya. Selama ini tempat prostitusi yang beradar memang tersamarkan di balik nama tempat pijat atau spa. Kompasianer ini menilai jika Pemprov DKI ingin konsisten, seluruh tempat ini juga harus ditertibkan dan jangan menunggu sampai ada peristiwa yang memakan korban seperti Kalijodo. Selain itu, ia juga menyoroti penanganan pasca penertiban. Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu relokasi warga dan dampak penggusuran.
5. Ahok Pemberani, Kalijodo Rata Dengan Tanah, Semua Terdiam, dan J.J Rizal yang Jadi Meriang-meriang
[caption caption="Sejarawan, JJ Rizal, dalam acara Polemik Soempah Pemoeda di Tengah Sumpah Serapah, di Warung Daun, Cikini, Jakarta. Sumber: Tribunnews.com"]
--
Itulah beberapa respons Kompasianer pasca penggusuran Kalijodo beberapa waktu lalu. Memang penggusuran Kalijodo ini menuai bermacam-macam respons dari berbagai kalangan. Hal ini tentu saja membuat pemerintah khususnya Pemprov DKI harus lebih pintar dalam menangani masalah-masalah yang ada agar Jakarta menjadi kota yang lebih tertib, aman, dan lebih baik. (yud)