Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

5 Hal yang Harus Diingat Terkait Virus Zika

5 Maret 2016   20:47 Diperbarui: 5 Maret 2016   20:59 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Solange Ferreira meletakkan bayinya yang menderita mikrosefali, Jose Wesley ke dalam ember di rumahnya di Brasil. Menurut Ferreira, Jose menikmati berada di dalam air. (AP Photo/Felipe Dana
)"][/caption]Peningkatan kelahiran bayi dengan kecacatan pertumbuhan otak atau dikenal dengan mikrosefali pada 2015 lalu di Brazil diduga karena penyebaran virus zika. Virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini pertama kali diidentifikasi di Uganda tahun 1947 pada monyet rhesus dan diidentifikasi pada manusia tahun 1952 di Uganda dan Republik Tanzania. Dilansir dari website who.int, bahwa virus zika telah tercatat penyebarannya di Afrika, Amerika, Asia, dan Pasifik.

Kini dunia internasional sedang mewaspadai virus zika. WHO sudah mengumumkan status darurat internasional terkait virus zika ini. Di Indonesia sendiri sudah ada laporan adanya identifikasi virus zika. Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menemukan virus zika di Indonesia ketika meneliti sampel darah dari endemi demam berdarah dengue di Jambi. Dari 103 sampel yang diperiksa, ternyata ada satu sampel yang positif virus zika. Sampel darah dari pria 27 tahun ini terinfeksi virus zika padahal dia belum pernah berpergian ke luar negeri. Sebelumnya pria ini mengeluh demam tinggi, nyeri sendi, dan ada ruam merah di tubuhnya, namun beberapa hari kemudian dia sembuh. Masyarakat pun mulai khawatir akan penyebaran virus ini.

Berikut 5 ulasan pilihan mengenai virus zika yang diambil dari topik pilihan Waspada Virus Zika.

1. Virus Zika Mengancam Dunia, Indonesia Perlu Waspada

[caption caption="Ditemukannya sekitar 4.000 kasus microcephaly di Brasil sejak Oktober tahun lalu. (BBC/Kompas.com)"]

[/caption]Kasus mikrosefali di Brazil sejak Oktober 2015 lalu merupakan ancaman terbesar pada kehamilan. Tercatat ada 4.000 bayi lahir dengan otak kecil. Mikrosefali disebabkan oleh virus zika yang disebarkan oleh gigitan nyamuk menyerang ibu yang sedang mengalami kehamilan. Dari beberapa rujukan, Ronny Noor memaparkan bahwa kasus pertama virus zika pertama kali terjadi di Hawai di mana terlahir bayi dengan kondisi mikrosefali yang diduga tertular virus zika.

Kehebohan penyebaran virus ini membuat WHO juga mengeluarkan peringatan bagi orang yang akan berpergian ke 22 negara yang umumnya terletak di Amerika Latin dan Karibia karena negara-negara ini dianggap rawan terhadap wabah virus zika. Selaras dengan hal itu, Indonesia pun harus mewaspadai penyebaran virus ini di mana tingkat kehamilan yang tinggi dan cepatnya penyebaran virus melalui gigitan nyamuk.

2. Dari Hutan Zika, Siaga Ancaman "Teror" Zika Minus Kalang Kabut

[caption caption="Presiden Brasil, Dilma Rousseff, telah menyeru kepada para pemimpin negara Amerika Latin untuk bersatu dalam memerangi virus Zika. (BBC/kompas.com)"]

[/caption]Virus zika pertama kali diidentifikasi di Uganda pada 1947 pada seekor monyet melalui jaringan pemantauan demam kuning sylvatic. Hal itu juga dipaparkan oleh Webe bahwa zika sesungguhnya bukan nama baru. Zika adalah sebuah hutan yang terletak 25 km dari Kota Uganda.

Dari beberapa rujukan, Webe mengatakan bahwa di Indonesia zika dikenal sejak 1977-1978 dan 2015 virus zika teridentifikasi kembali. Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menemukan virus zika di Indonesia ketika meneliti sampel darah dari endemi demam berdarah dengue di Jambi pada 2015 lalu.

Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan travel advisory bagi warga yang hendak bepergian ke negara-negara yang dilanda kejadian luar biasa virus zika. Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek menganjurkan warga Indonesia terutama perempuan yang sedang hamil untuk tidak berkunjung ke negara-negara tersebut.

3. Virus Zika Sudah Ada di Indonesia?

[caption caption="Ilustrasi - Deteksi virus zika (Kompas.com)"]

[/caption]Dalam artikelnya, Trisno Utomo merangkum beberapa pemberitaan mengenai virus zika dari laporan beberapa negara. Hal yang membuat masyarakat lebih khawatir adalah bahwa belum ada vaksin yang dapat melawan virus ini. Para ilmuwan Amerika Serikat yang mengkaji virus zika ini menyebutkan bahwa diperlukan waktu sepuluh tahun untuk menyediakan vaksin bagi masyarakat.

Menurut Trisno Utomo, Penemuan virus zika di Jambi ibarat fenomena puncak gunung es karena kemungkinan menyebar luas, tetapi warga yang terinfeksi dianggap kena demam berdarah dengue (DBD). Oleh karena itu, masyarakat harus melakukan pencegahan penyebaran nyamuk seperti yang dilakukan pada pencegahan penyakit demam berdarah untuk menjaga kebersihan lingkungan seperti dengan pemberantasan sarang nyamuk.

4. Virus Zika Bisa Ditularkan melalui Hubungan Seks dan Transfusi Darah

[caption caption="Virus zika menular lewat hubungan seksual. (Shutterstock)"]

[/caption]Penularan virus zika ternyata bukan melalui gigitan nyamuk saja. Dr. Ari F Syam memaparkan dalam artikelnya bahwa virus zika ternyata bisa ditularkan secara langsung melalui hubungan seksual. Dari rujukan yang diperolehnya, virus zika juga dapat ditularkan melalui transfusi darah. Selain itu, virus zika ditemukan juga pada air liur dan urine. Hal ini membuat pemerintah Amerika melarang bagi siapa pun yang baru datang dari daerah outbreak untuk melakukan transfusi darah sampai 28 hari sejak kedatangannya. Pria yang datang dari daerah outbreak juga dilarang untuk melakukan hubungan seks dengan istrinya yang sedang mengalami kehamilan.

5. Transgender, Harapan Dunia Kendalikan Wabah Virus Zika

[caption caption="Nyamuk aedes aegypti penyebar virus zika. (Shutterstock)"]

[/caption]Virus yang disebarkan oleh nyamuk diprediksi akan menyebar lebih cepat karena nyamuk dapat berkembang biak dengan cepat. Kekhawatiran atas penyebaran virus ini salah satunya karena belum ada vaksin atau pengobatan untuk virus ini. Vaksin tidak dapat disediakan secara cepat karena para peneliti membutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkan dan melakukan uji coba vaksin untuk virus zika.

Ronny Noor dalam artikelnya memaparkan bahwa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran virus ini adalah mengendalikan penyebaran nyamuk penyebar virus ini. Transgender diharapkan dapat mengendalikan penyebaran virus ini. Peneliti ahli serangga dari Virginia Tech menggunakan teknologi transgender untuk mengubah jenis kelamin nyamuk betina menjadi nyamuk jantan. Nyamuk betina adalah pembawa virus zika melalui gigitannya. Teknologi Transgender ini diharapkan dapat membantu pencegahan penyebaran virus zika.

Penyebaran virus zika yang tinggi, harus dijadikan kewaspadaan bagi kita semua. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah perkembangan nyamuk di antaranya dengan pemberantasan sarang nyamuk, menguras dan menutup genangan air. Antisipasi pemerintah terhadap penyebaran virus ini dapat dilakukan dengan salah satu cara, yaitu mengaktifkan thermal scanner pada pintu masuk internasional ke indonesia agar bisa terdeteksi lebih awal. Semoga virus zika tidak menyebar luas di Indonesia. (IM) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun