[caption caption="Sumber ilustrasi : perawatilmiah.com"][/caption]Dunia saat ini sedang geger dengan virus Zika yang berasal dari gigitan nyamuk. Para ilmuwan di seluruh dunia pun frustrasi atas wabah itu. Bahkan, pemerintah Brasil menolak untuk membagikan sampel data terkait virus Zika. Padahal, Zika sesungguhnya bukan nama baru, ia adalah sebuah hutan seluas 12 hektar, 25 kilometer dari Kampala, ibu kota Uganda. Hutan Zika atau Ziika, istilah dalam bahasa Luganda (bahasa lokal di Uganda), berarti "tumbuh terlalu cepat" itu ditinggali 60 rumpun nyamuk.
 Namun, sejak tahun 2015, 1.248 kasus terjadi di 14 negara bagian seluruh Brasil dipublikasikan, Zika yang tidak dikenal, kini ramai diperbincangkan di kolong jagat nyata dan maya. Zika pun menjadi merk sebuah virus yang berselancar lintas benua. Sebab, Zika adalah tempat virus ditemukan pertama kali, 69 tahun silam. Zika memiliki silsilah keluarga flaviviridae, genus flavivirus pernah dilaporkan menimpa monyet di Uganda.Â
Di Indonesia, Zika dikenal sejak tahun 1977-1978, selisih sembilan tahun dengan ditemukannya demam berdarah. Seperti yang diberitakan Antara sebagaimana dikutip dari laman Tempo. Namru (The Naval Medical Research) Unit No. 2 atau dikenal Namru-2 ini pernah menemukan virus Zika di Indonesia pada tahun 1977--1978. Waktu itu, lembaga tersebut tengah meneliti sampel darah pasien dengan gejala klinis seperti demam berdarah dengue yang dirawat di Rumah Sakit Tegalyoso, Klaten, Jawa Tengah.
Sampel darah tujuh pasien menunjukkan terinfeksi virus Zika. Nyaris 40 tahun kemudian, Zika terdeteksi kembali di Indonesia, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman ternyata sudah menemukan virus Zika di Indonesia pada 2015. Deputi Direktur Eijkman Herawati Sudoyo mengatakan waktu itu Eijkman diminta meneliti sampel darah dari daerah endemi demam berdarah dengue di Jambi. "Kami meneliti 200 sampel yang gejala klinisnya mirip demam berdarah, tapi setelah diuji dengue, hasilnya negatif," kata Hera.Â
Pemerintah melalui Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) pun mengunggah travel advisory sebagai pesan kepada masyarakat bahwa bagi warga negara Indonesia yang hendak melakukan perjalanan ke negara  untuk waspada. Menteri Kesehatan Nila Moeloek menganjurkan warga Indonesia, terutama perempuan yang sedang hamil, untuk tidak berkunjung ke negara yang sedang dilanda Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit virus Zika, Brazil, Cape Verde, Colombia, El Savador, Honduras, Martinique, Panama, dan Suriname. Sedangkan negara-negara yang memiliki status transmisi aktif, yaitu: Barbados, Bolivia, Curacao, The Dominican Republic, Ecuador, Fiji, French Guiana, Guadalope, Guatemala, Guyana, Haiti, Meksiko, New Caledonia, Nicaragua, Paraguay, Puerto Rico, Saint Martin, Samoa, Tonga, US Virgin Islands, dan Venezuela.
Australia tetangga Indonesia, melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia juga mengeluarkan peringatan baru bagi warga Australia, terutama ibu hamil, untuk mempertimbangkan kembali rencana melakukan perjalanan ke 22 negara yang terkena virus, termasuk banyak negara di Amerika Selatan dan Tengah, dan negara kepulauan Pasifik, Samoa.Â
Surat edaran yang berstatus waspada Menteri Kesehatan Nila Moeloek patut disiarkan. Publik tidak perlu bingung, resah, tegang, dan kalang kabut berlebihan menghadapi edaran itu, namun jangan menyepelekannya. Virus Zika yang menjalar melalui gigitan nyamuk sejenis aedes aegypti ini, hampir mirip dengan gejala infeksi virus demam berdarah dengue (DBD), gejalanya demam. Namun, virus Zika tampaknya lebih garang. Meski para ahli belum menyimpulkan mikrosefali, cacat otak langka di bayi itu akibat Zika. Namun, sebagai bagian kewaspadaan virus tersebut diduga memiliki hubungan kuat dengan kasus mikrosefali di Brasil.
Seperti diberitakan Foxnews, lebih dari 4.000 bayi lahir dengan kepala yang berbentuk tidak normal. Satu anak di Hawaii, yang ibunya pernah tinggal di Brasil selama kehamilan, juga mengalami mikrosefali. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyatakan telah mengidentifikasi virus Zika pada sampel jaringan dari dua bayi yang meninggal karena mikrosefali di Brasil. Hal ini semakin membuktikan pengaruh virus Zika pada ibu hamil. Pada bulan November, Kementerian Kesehatan Brasil mengatakan bahwa virus Zika terkait dengan deformasi janin yang dikenal sebagai ‘microcephaly’, kondisi di mana bayi dilahirkan dengan otak yang lebih kecil dari biasanya, sindrom Guillain Barre yang membuat lumpuh. Brasil telah melaporkan 3.893 dugaan kasus ‘microcephaly’, yang disebut WHO berjumlah lebih dari 30 kali lipat dari tahun sebelumnya –bahkan sejak 2010 -dan setara dengan 1-2% dari semua bayi yang baru lahir di negara bagian Pernambuco, salah satu daerah yang paling terdampak parah. Situasi genting tersebut mendapatkan reaksi Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan status darurat atas 'teror' penyebaran virus Zika.Â
Apa jurus penangkal Zika? Bu Menteri memberikan jurus 3 M, menguras, menutup, dan memanfaatkan barang bekas supaya tidak menjadi sarang nyamuk. Resepnya, dengan cara memakai pakaian panjang dan tertutup, menggunakan obat oles anti nyamuk, dan tidur menggunakan kelambu atau dalam kamar dengan kawat kassa anti nyamuk. Selanjutnya, dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter bila mengalami sakit.Â
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Oscar Primadi menyatakan saat ini konfirmasi pemeriksaan virus Zika hanya bisa dilakukan di laboratiorium tertentu, yaitu Balitbangkes Kemenkes dan Lembaga Biomolekuler Eijkman.Â
Tentunya, kesiagaan menangkal virus nyamuk asal Zika ini, pada saat yang sama juga waspada terhadap persoalan demam berdarah. Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten, pada Januari 2016 saja, tercatat sebagai provinsi dengan kasus demam berdarah dengue terbanyak di Indonesia. Seperti dimuat Kompas edisi cetak, 2 Februari lalu, berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Timur, ada 1.680 kasus DBD dengan 39 orang meninggal, yang tersebar di lima kabupaten (Jombang, Sumenep, Jember, Banyuwangi, dan Malang).