Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

11 Cerita yang Tersisa dari Polemik Gafatar

28 Februari 2016   15:37 Diperbarui: 28 Februari 2016   16:11 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sejumlah anak dari warga eks Gafatar bermain bersama anggota prajurit Yon 643 Wanara Sakti Anjungan di permukiman di kawasan Monton Panjang, Kalbar, 19 Januari 2016. Sebanyak 796 warga eks Gafatar yang datang dari Pulau Jawa ini dipaksa pindah oleh masyarakat setempat karena dinilai telah meresahkan. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang"][/caption]Pada akhirnya, ia mengganti identitas dirinya, menjadi Saman. Barangkali itu usahanya untuk melarikan diri supaya tidak dikenali. Namun, adakah yang bisa mengubah isi hati? Satu-satunya yang tidak bisa dibohongi ialah masa lalu. Ia memilih jalan hidupnya menjadi aktivis dan mendirikan sebuah LSM yang fokus mengurusi kasus perburuhan. Ayu Utami mengisahkan kisah Saman pada sebuah novel dengan judul yang sama: Saman. Novel itu memenangkan sayembara menulis novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 1998.

Ya, semula Saman adalah Pastor. Pastor Wis, Wisanggeni nama lengkapnya, sebelum ia mengganti identitas diri. Dulu ia orang paling dicari, entah oleh polisi, entah oleh tentara, entah oleh orang-orang bayaran. Alasannya pun sederhana: karena membatu warga Lubukrantau, sebuah dusun di Prabumulih, atas lahan karet kepemilikan mereka yang ingin diakuisisi menjadi lahan kelapa sawit. Yang jelas, ia dianggap sebagai penggerak atas penolakan tersebut.

Segala upaya telah dilakukan: menebang pohon-pohon karet, membakar rumah penduduk, menghilangkan satu per satu peliharaan ternbak, sampai menuduh Wisanggeni melakukan kristenisasi kepada warga Lubukrantau.

Pada satu malam, ketika pertikaian terjadi antara warga yang ingin mempertahankan lahannya dengan perusahaan yang ingin mengakuisisi lahan tersebut, Wis tertangkap. Ia dibawa ke penjara dan disiksa.

***

Seperti halnya yang terjadi pada kelompok Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara), kelompok yang memiliki paham Al Qiyadah Al Islamiyah ini diduga memiliki keterkaitan dengan jaringan teroris ISIS. Permukiman kelompok Gafatar di Mempawah, Kalimantan Barat, dibakar oleh sekelompok orang tak dikenal.

Atas nama keamanan negara, pengikut Gafatar dipulangkan ke daerah asalnya. Kemudian ini menjadi polemik berkepanjangan. Isu semakin berkembang menjadi kelompok Gafatar menyebarkan paham-paham yang dianggap sesat.

Benarkah demikian? Berikut beberapa ulasan yang kami rangkum dari topik pilihan Polemik Gafatar.

1. Menghilang, Dokter Wulan Tinggalkan Buku "Tradisi Tuhan" untuk Orang Tua

[caption caption="Lembar ketiga dari 16 halaman yang sempat ditulis Doktek Wulan sebelum pergi"]

[/caption]Menarik apa yang ditulis Monique Rijkers. Ia mencoba menerjemahkan “tanda-tanda” yang ditinggalkan Dokter Wulan sewaktu ia pergi dari rumah bersama suami dan anaknya. Dokter Wulan meninggalkan 16 lembar tulisan tangannya beserta satu buku berjudul "Memahami dan Menyikapi Tradisi Tuhan, Kebangkitan yang Dibenci Tapi Dirindukan" yang ditulis oleh Ahmad Mesiyyakh.

Dokter Wulan percaya pada tahun 2024 sesuatu yang luar biasa akan terjadi, di dalam buku yang ia tinggalkan untuk orang tuanya ada sebuah tanda tanya dekat angka 2024. Berikut analisa Monique Rijkers:

“Jika orang Kristen percaya Mesias akan datang untuk kedua kalinya, sedangkan orang Yahudi percaya kedatangan Mesias yang akan terjadi itu merupakan kedatangan yang pertama, maka apa yang akan terjadi pada 2024? Boleh jadi, jika keinginan mereka hanya untuk membentuk komunitas yang bertapa menanti "mesias" Gafatar tidak terlalu merisaukan. Namun jika komunitas ini lalu melatih diri untuk berperang, nah inilah yang menimbulkan kecemasan.”

2. Ketua Umum Gafatar yang Saya Kenal: Kesaksian Kawan Akrab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun