Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

7 Apresiasi untuk Tawan Si "Iron Man" dari Bali

20 Februari 2016   16:27 Diperbarui: 20 Februari 2016   16:31 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Tawan dan Lengan Robot Ciptaanya | Foto : medan.tribunnews.com"][/caption]I Wayan Sumardana alias Tawan (31) mendadak tenar setelah sebuah surat kabar lokal di Bali menuliskan kisahnya yang menggunakan "lengan robot". Tukang las ini memang menderita lumpuh pada tangan kirinya dan agar tetap bisa bekerja, ia merakit perangkat lengan robotik dari barang-barang rongsokan. Lengan robotik itu kemudian dipasangkan di lengan kirinya dan membantu Tawan menggerakkan lengan kirinya.

Setelah pemberitaan di surat kabar lokal tersebut, Tawan pun dijuluki si "iron Man" dari Bali dan menjadi dibicarakan di media arus utama hingga media sosial. Pihak Pemerintah hingga akademisi pun mengunjunginya, sekadar mengapresiasi, memberikan bantuan, atau menuntaskan rasa penasaran akan cara kerja lengan robotik tersebut. 

Namun, karena banyaknya keraguan atas kecanggihan lengan buatan Tawan, belakangan, tuduhan hoax atau tipuan dari netizen dialamatkan kepada Tawan. Banyak tanggapan beragam yang disampaikan Kompasianer terkait polemik lengan robot Tawan si“Iron Man” dari Bali. Berikut ini 7 artikel pilihan dari topik pilihan Polemik Tawan Si "Iron Man".

1. Mengungkap Rahasia Lengan Robot Bli Tawan

[caption caption="Tawan dan Istri | Dokumentasi Pribadi"]

[/caption]Melalui reportase yang ditulis Kompasianer Agung Soni, kita disuguhi pandangan lain tentang kisah kehidupan Tawan dan lengan robotik ciptaannya, pandangan yang tentunya berbeda dari apa yang –sebelumnya kita ketahui- melalui media massa dan berbagai macam opini yang telah menyebar luas di media sosial. Terlepas dari canggih atau tidaknya lengan buatan Tawan, barangkali, semangat dan historical yang melatarbelakangi proses penciptaannyalah yang perlu kita jadikan inspirasi.

“Saya tidak mencari kekayaan. Juga terkenal. Nggak, sama sekali. Kalau ini bisa membuat banyak orang menjadi terinspirasi, saya bersyukur. Orang dengan keadaan seperti saya ini, harus bisa menghidupi sendiri. Siapa yang mau kasih makan istri anak saya, kalau bukan saya?”

2. Agar Alat Robotiknya Bergerak, Tawan Harus Terus Berbohong

Darwin Arya adalah kompasianer yang ikut berkunjung ke kediaman Tawan bersama Agung Soni. Sama seperti ulasan di atas, melalui reportase Darwin Arya, kita lagi-lagi disuguhi kisah tentang Tawan dan lingkungan terdekatnya. Sebuah pendekatan kemanusiaan, yang barangkali sering kita lupa karena terlalu sibuk mencari celah kesalahan atas lengan robot yang telah Tawan ciptakan. (Simak artikel Darwin Arya berikutnya: Tawan Ciptakan Alat untuk dapat Hidup Normal)

"Kalau Pak Dosen bilang harus begini, pakai komponen ini itu, saya ngga bisa. Tambah pusing saya. Lagian, mana ada biaya untuk membeli alat-alat itu?" tukasnya.

3. Kisah Tawan "Iron Man Bali" Bukan tentang Teknologi

[caption caption="(Foto: asset Kompas / Tribun Bali)"]

[/caption]Kisah Tawan, seorang "Iron Man" dari Bali memang sempat menjadi polemik di media massa. Banyak pihak yang menduga lengan robotik buatan Tawan adalah berita bohong alias hoax. Terlepas benar atau tidak berita/lengan robot buatan Tawan (hasil kerja elektronikal), Kompasianer Motulz Anto menilai bahwa ada aspek lain yang perlu kita pahami dari seorang Tawan, jauh lebih bijak ketimbang meributkan nyata atau tidaknya lengan robot buatannya itu.

Secara mekanik, elektronik, dan robotik, sangat mungkin tangan robot Tawan itu tidak nyata. Tapi jika kenyataannya tangan robot itu mampu membuat sugesti Tawan untuk tumbuh berkali-kali lipat dan akhirnya bisa bekerja untuk anak istrinya? Kenapa harus dibunuh semangatnya itu? Jangan sampai rasa penasaran publik ini menjadi hakim atas kejadian-kejadian yang sebetulnya tidak merugikan kita juga.

4. Fenomena Budaya Nyiyir Tanpa Karya

Kompasianer Tatas berpendapat bahwa saat arus informasi semakin mudah didapat, budaya berkomentar pun lahir. Tidak hanya mendapatkan, saat ini, orang juga dapat dengan mudah menyampaikan. Fenomena Tawan merupakan salah satu contohnya. Ia menjadi bahan nyiyiran netizen karena dianggap mengabarkan berita hoax, namun, banyak pula yang mengapresiasi kerja kerasnya tersebut.

Fenomena nyinyir, mengkritisi, mencari kesalahan tentang hidup dan karya orang lain, sepertinya sudah menjadi budaya baru untuk masyarakat negeri ini, terutama masyarakat yang memiliki kemudahan untuk berinteraksi dan mengakses internet.

5. Tidak Semua Berita Hoax Itu Howeekk! (Soal Tawan si 'Iron Man' dari Bali)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun