[caption caption="Damayanti Wisnu Putranti jadi anggota DPR pertama yang tertangkap oleh KPK jilid baru di bawah komando Agus Rahardjo| Ilustrasi: liputan6.com"][/caption]Pada 21 Desember 2016, lima pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi masa jabatan 2015-2019 dilantik oleh Presiden Joko Widodo. Pelantikan yang diiring dengan harapan besar masyarakat agar pimpinan jilid baru di bawah komando Agus Rahardjo ini tetap mampu menjadi KPK yang tegas, independen dan tidak pandang bulu mengungkap kasus korupsi di negeri ini. Terutama jika melihat munculnya berbagai spekulasi yang terbentuk akibat adanya upaya dari DPR untuk melakukan revisi UU KPK yang dinilai banyak pihak sarat muatan untuk memperlemah kinerja KPK.
Namun, di tengah usaha banyak pihak yang tidak suka dengan kinerja KPK dan ingin memperlemahnya, KPK sekali lagi membuktikan dan membayar kepercayaan masyarakat dengan menangkap basah salah satu anggota DPR dari fraksi PDIP, Damayanti Wisnu Putranti pada 13 Januari 2016. Ironisnya, DWP ditangkap di sekitar gedung tempatnya bekerja atas kasus dugaan suap terkait proyek di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Operasi penangkapan DWP adalah operasi tangkap tangan pertama yang dilakukan oleh KPK di bawah pimpinan Agus Rahardjo. Selain DWP, ada tiga orang lainnya yang ditangkap dan akhirnya ditahan oleh KPK untuk kasus yang sama. Tertangkapnya DWP juga seolah membuktikan bahwa anggota DPR kita masih belum mampu menangkal jeratan menggoda dari suap dan korupsi.
Masyarakat yang miris melihat kelakuan para wakil rakyat tersebut mengungkapkan berbagai opini dan berikut adalah enam opini pilihan terkait kasus tangkap tangan DWP ala Kompasianer yang terangkum dalam topik pilihan DWP Ditangkap.
1. Terbukti, Operasi Tangkap Tangan Masih Efektif
Layaknya masyarakat lainnya, Putu Djuanta juga menguraikan harapan dan dukungannya terhadap lima pimpinan KPK yang baru. Dan harapan besar tersebut sejalan dengan komitmen kuat Agus Rahardjo sebagai pimpinan baru KPK untuk memberantas korupsi dan tidak akan menghilangkan operasi tangkap tangan (OTT).
Selain itu menurut Putu Djuanta mengatakan bahwa wewenang melakukan penyadapan sudah seharusnya tetap menjadi senjata utama untuk menjerat koruptor karena dari sanalah faktor keberhasilan KPK dalam menjalankan operasi tangkap tangan.
2. KPK Mulai Bereaksi, Wanita Cantik Damayanti Dicokok, Menjadi Tangkapan Pertama yang Menggiurkan dan Bernilai Strategis
Aksi "bersahabat" Agus Rahardjo dan empat pimpinan KPK jilid IV saat melakukan fit and profer test dengan DPR membuat anggota komisi III jatuh hati dan terpikat dengan aksi simpati terutama ketika Agus dan kawan-kawan secara implisit menyatakan bahwa tidak akan mengganggu DPR lagi jika mereka terpilih sebagai pimpinan baru KPK.
Namun, menurut Asaro Lahagu, apa yang dilakukan oleh Agus Rahardjo, Saut Sitomorang, Laode Muhamad Syarif, Alexander Marwata, dan Basaria Panjaitan adalah sebuah jebakan karena setelah terpilih dan memulai aksinya, kelima pimpinan KPK tersebut langsung membidik para anggota DPR yang selalu haus akan uang kotor hasil suap dan korupsi. Hasilnya adalah penangkapan yang dilakukan terhadap anggota DPR cantik asal Tegal, Damayanti Wisnu Putranti.
3. Lagi-lagi Anggota DPR dari PDIP Ditangkap KPK
Tertangkapnya Damayanti Wisnu Putranti menambah panjang daftar kader PDIP yang terjerat kasus korupsi dan suap. Melihat beruntunnya anggota parlemen dari PDIP yang ditangkap KPK, kesalahan terbesar tentunya harus ditimpakan kepada DPP PDIP.
Dalam artikelnya, M Jaya Nasti mempertanyakan proses kaderisasi yang dilakukan oleh PDIP yang pada kenyataannya telah gagal mengubah sikap mental para kadernya menjadi lebih baik dan membuat rakyat semakin yakin bahwa proses kaderisasi di tubuh PDIP tidak berjalan secara efektif dan efisien.
4. Andai DWP Konsisten dengan Petani Bawang dan Peternak Bebek, Masihkah Tangkap Tangan KPK?
Kompasianer Tamita Wibisono dalam guratannya menjelaskan secara singkat mengenai sepak terjang Damayanti Wisnu Putranti (DWP) yang ditelusurinya melalui situs pribadi milik anggota DPR tersebut.
Sebelum menjadi anggota DPR, DWP adalah sosok yang menaruh perhatian terhadap kehidupan masyarakat daerah asalnya, Tegal, terutama para petani bawang, nelayan dan peternak bebek yang berharap jika nantinya Damayanti terpilih menjadi anggota DPR, akan menyuarakan dan memperjuangan nasib para petani dan peternak di Tegal.
Sayangnya, harapan dari para konstituen itu berbelok nyaris 90%. Ketika DWP duduk di DPR RI bukan lagi sebagai figur yang memperjuangkan petani, nelayan dan peternak karena Damayanti malah ditempatkan di komisi yang membidangi infrastruktur sebelum akhirnya tertangkap karena menerima suap untuk memuluskan proyek Kemen PUPR.
5. DWP Menyerah, Ajukan Jadi “Justice Collaborator”, Buka Keterlibatan Anggota DPR Lain
Setelah tertangkap tangan pada 13 Januari 2016 lalu, DWP menghadapi tekanan berat yang tidak saja datang dari proses penyidikan KPK dan bayangan akan hukuman yang diterimanya, tetapi juga datang dari para mafia yang menekan DWP untuk tetap tutup mulut serta dari tekanan dari mereka yang menginginkan tegaknya keadilan dari pembungkaman nama para anggota DPR yang terlibat korupsi yang dikoordinir secara sistematis, terstruktur dan masif.
Adanya tekanan dari berbagai macam pihak itulah yang menurut Ninoy Karundeng akhirnya membuat DWP mengajukan diri menjadi justice collaborator, meski keputusannya untuk mengajukan diri sebagai justice collaborator tentu tidak serta merta membuat DWP akan mendapatkan potongan hukuman dari kejahatan pencurian uang rakyat yang dilakukannya.
6. Lingkaran Setan di Perkara Damayanti Wisnu Putranti, Ada 24 Anggota DPR?
Kasus penangkapan Damayanti Wisnu Putranti atau kasus suap tidak akan pernah lahir dari aksi tunggal. Kejahatan jenis ini timbul sebab permainan oknum pejabat yang memiliki kekuasaan dan pelaku dunia usaha.
Kompasianer Webe mengungkapkan beberapa info terkait perkembangan kasus suap DWP yang juga diduga melibatkan dan menyeret 24 nama anggota Dewan lainnya yang berada dalam pusara lingkaran setan korupsi dan suap yang semakin hari semakin menggerogoti tubuh DPR.
---
Penangkapan Damayanti Wisnu Putranti selain menambah daftar anggota DPR wanita yang terlibat kasus suap dan korupsi juga seolah menjadi pembuktian bahwa anggota DPR yang mengatasnamakan wakil rakyat tersebut nyatanya belum dapat menjalankan amanah yang diberikan rakyat dan malah menunjukkan secara terang-terangan tanpa sedikit pun merasa malu mencuri uang rakyat.
Menilik dari semakin banyaknya anggota DPR yang mengkhianati kepercayaan rakyat dengan melakukan tindakan tidak terpuji tersebut, sudah tentu menyakiti rakyat yang semula mengharapkan para wakilnya bekerja sesuai dengan apa yang mereka janjikan di masa-masa kampanye dan membuat kita bertanya-tanya patutkah mereka masih pantas disebut sebagai Wakil Rakyat yang Terhormat. (ndy)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H