[caption caption="Penampakan armada bus Metromini yang diamankan Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta| Ilustrasi: Andri Donnal Putera"][/caption]Padat dan macet, mungkin dua kata yang bisa menggambarkan lalu lintas di Jakarta. Gambaran itu tentu hadir bukan tanpa sebab, tengoklah berapa banyak sepeda motor dan mobil yang menjejali jalanan Ibu Kota setiap harinya, ditambah dengan jumlah moda transportasi yang dinilai belum memadai membuat sebagian masyarakat kita lebih nyaman menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan menggunakan transportasi umum.
Alasan yang kerap terdengar tentang kurang memadainya transportasi Jakarta adalah perilaku ugal-ugalan sopir angkutan kota seperti Kopaja dan Metromini. Hampir setiap tahun kecelakaan yang melibatkan dua angkutan kota tersebut terjadi dan menimbulkan korban jiwa. Salah satu yang terjadi adalah kecelakaan fatal yang melibatkan Metromini dan Commuter Line yang terjadi di dekat Stasiun Angke, Jakarta Barat pada medio Desember 2015.
Kecelakaan fatal yang membuat Gubernur Ahok marah besar hingga mengancam akan mencabut izin trayek 1.600 Metromini yang saat ini beroperasi di Jakarta. Kemarahan Gubernur Ahok tentu bisa dimaklumi, karena kecelakaan yang melibatkan angkutan kota tersebut terjadi di tengah usaha Pemkot DKI Jakarta menata transportasi Ibu Kota agar menjadi lebih nyaman dan aman untuk warganya. Namun, sudah tepatkah keputusan untuk mencabut izin trayek Metromini yang tidak bisa dipungkiri jadi salah satu angkutan pilihan favorit warga Jakarta?
Berikut adalah kumpulan artikel Kompasianer yang menyoroti problematika tak berkesudahan yang melilit Metromini.
1. Kecelakaan Metromini dan Commuter Line di Muara Angke
Suasana Minggu pagi yang ceria pada 6 Desember 2015 seketika berubah menjadi duka. Kecerobohan sopir Metromini B80 jurusan Jakarta Kota-Kalideres yang menerobos palang pintu perlintasan kereta di dekat Stasiun Angke tepat pada saat KRL Jakarta-Bogor melintas menjadi penyebabnya. Delapan belas nyawa melayang, sementara 7 orang lainnya harus menjalani perawatan di rumah sakit.
[caption caption="Kecelakaan Metromini-Commuterline di Angke, Minggu 6 Desember 2015| Ilustrasi: Ganendra "]
2. Perlunya Pembinaan terhadap Sopir Metromini
[caption caption="Sering terlibat kecelakaan, sopir Metromini perlu dibina| Ilustrasi: Kompas.com/Robertus Belarminus"]
3. Metromini Mogok Massal Memancing Kepiawaian Ahok
Pasca munculnya wacana menghentikan izin trayek Metromini yang dicetuskan Gubernur Ahok, para sopir Metromini melakukan demo dan mogok beroperasi. Aksi mogok itu merupakan wujud dari penolakan terhadap wacana pencabutan izin trayek tersebut.
[caption caption="Awak bus sedang seperti Metromini dan Kopaja mendatangi pul bus Dinas Perhubungan DKI Jakarta di Rawa Buaya, Jakarta Barat, Jumat (18/12). Mereka menuntut bus-bus mereka yang dikandangkan untuk segera dibebaskan.| Ilustrasi: Kompas/Priyombodo"]
Jadi, sudah sepatutnya usaha Gubernur Ahok dan Pemkot DKI Jakarta harus didukung. Bahkan sudah seharusnya warga Jakarta bekerja sama dengan sang Gubernur DKI untuk mencari solusi dan jangan biarkan beliau berjuang sendiri.
4. Metromini Mogok, Potret Transportasi Umum di Indonesia
[caption caption="Suasana di dalam bus Metromini.| Ilustrasi: Kompas.com/Nadia Zahra"]
Selain itu, Leo juga mengungkapkan lima pelajaran yang dapat dipetik dari polemik yang kini melilit Metromini. Salah satu yang juga bisa menjadi solusi adalah pemerintah kota memang perlu mengambil alih pengelolaan sistem transportasi kota yang tentunya akan mempermudah dalam hal pengawasan.
5. Transjakarta (Mulai) Berjiwa Metromini
Sejak para sopir Metromini melakukan aksi mogok, praktis hanya beberapa armada Metromini yang beroperasi. Itu pun pada jam-jam tertentu. Hal itu tidak lantas membuat para penumpang bingung menggunakan transportasi apa karena masih ada alternatif seperti Transjakarta yang memiliki tarif lebih murah dan armada yang juga tidak kalah banyak.
[caption caption="Bus Transjakarta yang mulai berjiwa Metromini.| Ilustrasi: Widi Kurniawan"]
6. Metromini dan Pelajaran “Social Skills” Sederhana
[caption caption="Sejumlah sopir Metromini di Tanjung Priok, Jakarta Utara| Kompas.com/Robertus Belarminus"]
---
Kecelakaan yang melibatkan angkutan kota terutama Metromini bukan hanya sekali dua kali terjadi, dan Pemkot DKI Jakarta lewat Dinas Perhubungan dan Transportasi tentu tidak akan tinggal diam menyikapi hal tersebut. Sederet upaya tengah dilakukan untuk menata sistem transportasi Jakarta. Salah satunya adalah menjajaki kemungkinan bergabungnya Metromini ke PT. Transjakarta seperti yang sudah dilakukan oleh Kopaja.
Tujuan penggabungan tersebut jelas, selain untuk memperbaiki manajemen dan mempermudah pengawasan, juga demi menyejahterakan para sopir dari segi pendapatan, sehingga tidak akan ada lagi cerita sopir ugal-ugalan berebut penumpang hingga mengabaikan keselamatan.
Butuh waktu untuk mengurai benang kusut problematika Metromini khususnya dan transportasi Jakarta pada umumnya. Meski rumit, Pemkot DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Ahok tentu akan terus berusaha demi menciptakan sistem transportasi yang tidak saja laik, tetapi juga aman dan nyaman demi warga Jakarta agar di masa depan warga tidak lagi segan untuk meninggalkan kendaraan pribadinya di rumah dan beralih menggunakan transportasi publik. (NDY)