Selain itu, Leo juga mengungkapkan lima pelajaran yang dapat dipetik dari polemik yang kini melilit Metromini. Salah satu yang juga bisa menjadi solusi adalah pemerintah kota memang perlu mengambil alih pengelolaan sistem transportasi kota yang tentunya akan mempermudah dalam hal pengawasan.
5. Transjakarta (Mulai) Berjiwa Metromini
Sejak para sopir Metromini melakukan aksi mogok, praktis hanya beberapa armada Metromini yang beroperasi. Itu pun pada jam-jam tertentu. Hal itu tidak lantas membuat para penumpang bingung menggunakan transportasi apa karena masih ada alternatif seperti Transjakarta yang memiliki tarif lebih murah dan armada yang juga tidak kalah banyak.
[caption caption="Bus Transjakarta yang mulai berjiwa Metromini.| Ilustrasi: Widi Kurniawan"]
6. Metromini dan Pelajaran “Social Skills” Sederhana
[caption caption="Sejumlah sopir Metromini di Tanjung Priok, Jakarta Utara| Kompas.com/Robertus Belarminus"]
---
Kecelakaan yang melibatkan angkutan kota terutama Metromini bukan hanya sekali dua kali terjadi, dan Pemkot DKI Jakarta lewat Dinas Perhubungan dan Transportasi tentu tidak akan tinggal diam menyikapi hal tersebut. Sederet upaya tengah dilakukan untuk menata sistem transportasi Jakarta. Salah satunya adalah menjajaki kemungkinan bergabungnya Metromini ke PT. Transjakarta seperti yang sudah dilakukan oleh Kopaja.
Tujuan penggabungan tersebut jelas, selain untuk memperbaiki manajemen dan mempermudah pengawasan, juga demi menyejahterakan para sopir dari segi pendapatan, sehingga tidak akan ada lagi cerita sopir ugal-ugalan berebut penumpang hingga mengabaikan keselamatan.
Butuh waktu untuk mengurai benang kusut problematika Metromini khususnya dan transportasi Jakarta pada umumnya. Meski rumit, Pemkot DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Ahok tentu akan terus berusaha demi menciptakan sistem transportasi yang tidak saja laik, tetapi juga aman dan nyaman demi warga Jakarta agar di masa depan warga tidak lagi segan untuk meninggalkan kendaraan pribadinya di rumah dan beralih menggunakan transportasi publik. (NDY)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H