Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

7 Refleksi Natal: Tak Terbius "Kemasan" Tradisi

30 Januari 2016   12:01 Diperbarui: 30 Januari 2016   12:03 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Hidup Itu Perkara Tafsir, Meributkan Natal di Medsos Itu Ngehe

Liburan Swadestawasesa pada Desember lalu nyaris sempurna. Bangun pagi, sarapan, ngopi, utak-utik medsos, membersihkan kandang kura-kura, lalu bikin jingle. Namun, tampaknya ada setitik nila yang merusak hari-harinya, yakni di kala mengutak-atik medsos dan menemukan banyak akun di Facebook yang kontennya riuh soal perdebatan ucapan Natal. Debat kusir berlatar agama pun seolah menjadi bahan perbincangan yang “asyik” di media sosial ini.

Saat membaca status Facebook tersebut, ia jadi teringat adagiumnya Pramoedya Ananta Toer yang mengatakan bahwa “hidup itu sederhana, hanya tafsirannya yang hebat-hebat,” kata Pram. Saling lempar tafsir pun tak terbendung. Namun Swadestawasesa menyayangkan, tafsir yang sebenarnya untuk individu itu dihegemoni melalui media sosial.

Menurut Swadestawasesa, pada dasarnya hidup itu bebas. Sesuai kesenangan dan tafsiran masing-masing. Bebas pula sebenarnya mau meributkan hal yang itu-itu saja di medos sampai ngehe. Pertanyaannya kalau begitu, apa enggak bosen?

Lagi-lagi kita bertanya, kapan ‘kebosanan’ itu tiba?

[caption caption="Kotak pos untuk mengirim kartu pos dari Kantor Pos Utama Santa Klaus di Finlandia dengan cap pos yang unik dan khas. (KOMPAS/SRI REJEKI)"]

[/caption]

4. Maulid Natal Nabi Ibrahim Bersama dalam Perbedaan

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 2015 memang hampir bersaman dengan hari raya Natal. Momentum ini menjadi tampak istimewa untuk menumbuhkan toleransi, dan kebersamaan dalam perbedaan. Walaupun secara legal dua keyakinan ini berbeda, bagi Musni Umar harus terus memelihara dan menjaga kebersamaan.

Bahkan menurutnya, para pemimpin agama harus sering silaturrahim. Melalui kegiatan silaturrahim, akan terbangun kedekatan dan saling pengertian. Saling mengikat, mengisi dan bergandeng tangan dapat mewujudkan keutuhan dan esensi kebhinekaan bangsa kita tercinta Indonesia.

5. Cirebon Merayakan Keberagaman

Kirab Panjang Jimat, Muludan, dan Perayaan Natal umat Nasrani yang digelar bersama dalam merayakan keberagaman di Kota Wali, Cirebon sangatlah indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun