Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kilau Emas Papua dan "Tangan Panjang" Kontrak Freeport

17 Januari 2016   12:28 Diperbarui: 17 Januari 2016   13:39 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, yang untung dalam kasus Setya Novanto adalah Setya Novanto( SN) sendiri sebagai Ketua DPR RI. Sebuah kedudukan yang sangat terhormat, karena dari kurang lebih 250 juta penduduk Indonesia, hanya satu orang yang menduduki jabatan ketua DPR RI tersebut.

Bukan hal yang main-main. Dengan fasilitas negara yang tak kurang banyaknya itu, jika pun ia salah, masih banyak yang membelanya, terutama dari partai-partai di dalam KMP, Koalisi Merah Putih.

Kedua, siapa yang lagi yang diuntungkan dalam kasus SN ini. Tentu saja Presiden Jokowi, iya Presiden Jokowi diuntungkan dengan adanya kasus SN.

Jokowi bisa mengebrak meja dan Jokowi bisa marah, dan memang harus marah. Jokowi yang jarang marah terlihat marah, dan ini marah sungguhan! Karena selama ini Jokowi terkenal dengan kesabarannya, dihina, dicaci-maki, di-bully, dikatakan apa saja Jokowi diam saja, ora opo-opo.

[caption caption="KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Anggota DPR, dari kiri Adian Napitupulu (PDI Perjuangan), Taufiqulhadi (Nasdem), Inas Nasrullah (Hanura), dan Harvin Hakim Thoha (PKB), memberi keterangan kepada wartawan terkait kasus Ketua DPR Setya Novanto di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (20/11)."]

[/caption]

7. MKD Tetap Fokus, Kejagung Luaskan Fokus
Hebohnya soal Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), menurut Susy Heryawan malah tidak karu-karuan. Kinerja yang cenderung adu otot dan ngotot siapa yang hendak diteliti. Rekaman yang malah dikatakan menyadap yang melanggar hukum, ketika dikupas mereka yang salah bergeser menyebarkan rekaman. 

Luar biasa luas implikasi rekaman ini jangan sampai berhenti dengan tidak ada bukti, atau mengorbankan dua orang atau lebih demi kepentingan kelompok yang sejatinya jahat namun berkedok seperti penyelamat.

***

Mengekstraksi dan menjernihkan riak-riak kontrak PT Freeport ibarat duduk di laboratorium kimia organik yang penuh rantai dan struktur yang ikatannya sulit terlepas. Dengan jernih melihat dan mengurai penuh cermat, polemik sumber daya yang tampak menguat dapat menguarkan ruas-ruas manfaat nan bermartabat. (KOB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun