Arief Fierhanusa melihat, meski AA dianggap pengobral dosa dan RA disebut mucikari yang layak dimejahijaukan, keduanya bisa saja dianggap pahlawan oleh kalangan tertentu. Kalangan pebisnis esek-esek dan pria-pria hidung belang pun mendadak tersentak dari lamunan.
Meledaknya kasus prostisusi online ini secara tak langsung justru menggeliatkan praktik-praktik pemuas nafsu yang belakangan mati suri tertimbun berbagai persoalan dalam negeri (politik hingga ekonomi). Di pihak lain, perempuan-perempuan penghibur pun memetik keuntungan. Mereka tampil di TV untuk eksistensi.
6. Prostitusi via BBM-WA Indonesia vs Peppr Jerman
Bukan hanya kompasianer yang berdomisili di Indonesia saja yang mengikuti perkembangan pemberitaan prostitusi kelas atas, Gaganawati Stegmann, kompasianer yang berdomisili di Jerman pun memberikan tanggapan. Dalam opininya ia memberikan informasi pembanding bagaimana prostitusi ini juga menggeliat di Jerman. Negeri modern dan maju yang nilai, norma dan budayanya beda dengan Indonesia, mereka melegalkan praktek prostitusi (bukan di bawah umur) sejak tahun 2002, tidak akan menuntut atau memberi hukuman bagi mucikari atau pekerja seks.
7. Setelah AA, Selanjutnya Siapa?
Yang jelas mencuatnya bisnis prostitusi online kelas atas ini adalah puncak gunung es dari persoalan sosial yang terjadi akibat sikap kita yang permisif dan sering acuh. Siapa pun AA dan bagaimanapun bantahan Amel Alvi, yang jelas dunia keartisan Tanah Air mendapat tamparan telak dengan terungkapnya kasus ini. Dan di saat pertanyaan klise itu terlontar, publik juga dibuat semakin penasaran, siapa artis yang akan dipanggil berikutnya?
Logika transaksi pasar yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang kita lihat adalah “Jika ada produk, maka ada konsumen”. Jelas bahwa adanya fenomena prostitusi kelas atas ini merupakan buah dari sebuah interaksi pasar yang menggeliat di pusaran arus kehidupan sosial masyarakat. Jernih melihat, cermat mencatat peristiwa sebagai sarana pembelajaran (JAC).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H