Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

7 Tanda Cinta Kompasianer Kepada Film Indonesia

16 Mei 2015   04:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:58 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya juga cinta. Meskipun benci, tapi hati ini tetap terpagut di sana. Mungkin itulah yang sekiranya cocok untuk menggambarkan perasaan Kompasianer kepada Film Indonesia. Selama puluhan tahun kita mengharapkan sineas dalam negeri terus menghasilkan karya yang berkualitas dan dapat dibanggakan baik di dalam maupun di luar negeri.  Dan selama itu pulalah dunia perfilman Indonesia mengalami naik-surut prestasi.

Pada Hari Film Nasional yang diperingati setiap tanggal 30 Maret, sejumlah Kompasianer menuliskan reportase dan opininya tentang film Indonesia. Ada yang mengkritik, mengulas, mengapresiasi, dan bahkan memberikan tips. Beberapa di antaranya malah membahas seputar kebijakan  yang dikeluarkan oleh Kemenbudpar dan Kemenparekraf untuk merayakan Hari Film Indonesia tahun 2015. Tetapi apapun topik bahasannya, semua Kompasianer masih menyelipkan dukungan supaya Film Indonesia dapat menjadi raja di negeri sendiri. Berikut ini adalah 9 artikel Kompasiana yang patut Anda tengok ulasannya.

1. Hadiah dari Sang Pembuat Kebijakan untuk Film Indonesia Dalam artikel yang berjudul Proyek dan Utopia Hari Film Nasional, Kompasianer Herman Wijaya menuliskan euforia kegembiraan para pelaku seni yang sedang dirundung nasib baik. Setelah merasa kecewa dengan kinerja Barekraf yang tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap perfilman Indonesia, Kemenbudpar mengucurkan dana sebesar Rp2,3 miliar hanya untuk merayakan Hari Film Nasional 2015. Berbagai proyek dicanangkan, mulai dari merestorasi film tua hingga menyulap Gedung Perum Produksi Film Negara (PFN) menjadi museum. Proyek-proyek tersebut seperti membawa angin segar kepada para pekerja film, tetapi kembali muncul keraguan apakah proyek-proyek tersebut akan sungguh terjadi. [caption id="" align="aligncenter" width="491" caption="Sumber: Kompas Print"][/caption] 2. Petisi dari Dewan Kreatif Rakyat Tidak hanya Kemenbudpar, pihak Dewan Kreatif Rakyat juga menunjukkan perhatiannya kepada film Indonesia dengan menggelar aksi penandatanganan petisi. Petisi ini berisi 8 butir uraian yang kurang lebih meminta Presiden Joko Widodo untuk memberikan peluang bagi film Indonesia untuk lebih berjaya di negeri sendiri. Dalam waktu 10 hari, telah terkumpul 13.000 tanda tangan dari seantero Indonesia. Reportase yang ditulis langsung oleh Dewan Kreatif Rakyat ini dapat Anda baca pada artikel berjudul Petisi Dewan kreatif Rakyat. [caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: Dewan Kreatif Rakyat"]

Sumber: Dewan Kreatif Rakyat
Sumber: Dewan Kreatif Rakyat
[/caption] 3. Mari Mengenal Proses Produksi Film! Tidak kalah oleh pihak komunitas dan pemerintah, para pekerja film membuat sendiri ‘hari raya’ bagi dunia perfilman yang setiap harinya mereka geluti.  Sejak tanggal 27 hingga 29 Maret, para insan film menyelenggarakan Film and Art Celebration 2015 (disingkat Filartc) di pelataran Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Acara yang berkonsep semikarnaval ini dimeriahkan oleh sejumlah penampilan musisi, pertunjukan tari dan teater. Jika biasanya booth sebuah acara kerap diisi oleh penjual makanan, maka Filartc 2015 menyajikan yang berbeda. Tak sekadar jajanan, pada beberapa booth Filartc 2015, Anda bisa menjajal akting dan mengetahui proses produksi film langsung dari ahlinya. Ingin tahu lebih lanjut? Simak ulasan Fathurrozak Jek dalam tulisannya yang berjudul Memasyarakatkan Film Dalam Negeri. [caption id="" align="aligncenter" width="539" caption="Sumber: Dokumen Fathurrozak Jak "]
Sumber: Fathurrozak
Sumber: Fathurrozak
[/caption] 4. Nonton Lagi, Lagi, dan Lagi. Merasa kesulitan mencari film Indonesia lawas? Atau ketinggalan menyaksikan film incaran? Nindya Prismahita dalam artikelnya yang berjudul Nostalgia Sehari di Film Nasional menginformasikan sejumlah program bioskop yang memberikan harga promo bagi para pecinta film Indonesia. Tetapi para peminat harus memperhatikan jadwal dan daftar film apa saja yang akan ditayangkan karena beda bioskop, berbeda pula filmnya. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber: Dokumen Cinema21"]
Sumber: Dokumen Cinema21
Sumber: Dokumen Cinema21
[/caption] 5. Aktor dari Negeri Seberang Di tengah-tengah gegap gempita kemajuan film Indonesia, Hendra Wardhana mewarnai ulasan Kompasiana dengan menuliskan kritik  atas banyaknya aktor Bollywood yang berperan pada film-film buatan Indonesia. Meski demikian, ulasan Hendra yang berjudul Shaheer Sheik, Turis Romantis dan Jeleknya Film Indonesia lebih menajamkan kritik pada poin proses pembuatan film. Menurutnya, kekeliruan pose yang terlihat pada poster film telah menunjukkan betapa minimalnya proses riset pada film Indonesia. Apakah Anda punya opini sendiri mengenai hal tersebut? [caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="Sumber: Dokumen Hendra Wardhana"]
[/caption]

6. Film Hasil Kerja Sama Indonesia, Korea Selatan dan Amerika Serikat Meski tak sedikit film Indonesia yang menuai kritik, tetapi ada juga yang berhasil mendapatkan penghargaan pada ajang luar negeri. Salah satunya adalah film From Seoul to Jakarta. Mengenai kabar baik ini, Review Film menuliskan reportasenya dalam artikel berjudul From Seoul to Jakarta, Film Kolaborasi Indonesia-Korea Selatan Raih 3 Penghargaan di Amerika Serikat. Film tersebut memenangkan Award of Merit untuk kategori artis dan sinematografi terbaik pada ajang Accodale Global Film Competition. Selain itu, film From Seoul to Jakarta juga mendapatkan Award of Merit untuk kategori Featured Film pada Festival San Fransisco Film Award. Anda sudah menonton film ini? [caption id="" align="aligncenter" width="513" caption="Sumber: tribunnews.com"]

Sumber: tribunnews.com
Sumber: tribunnews.com
[/caption] 7. Mau Nonton Film Indonesia yang Murah, Gampang dan Legal? Tulisan terakhir ini adalah jalan keluar bagi Anda yang tetap ingin menonton film Indonesia di rumah tanpa mengganggu idealisme untuk tetap mendukung keberlangsungan film Indonesia. Kompasianer Gibb membagikan kiatnya menonton film Indonesia melalui layanan Netflix. Melalui layanan internet Netflix, Anda tetap bisa menonton film secara legal (sejauh tidak mengunduh dan menyebarkannya). Tak hanya membagikan kiat, Gibb juga menuliskan opininya tentang pembajakan dan karakter penikmat film dari berbagai kalangan. Mari ketahui lebih lanjut soal kiat yang dibagikan Gibb melalui uraiannya yang berjudul Pasar Film Indonesia. [caption id="" align="aligncenter" width="496" caption="Sumber: Kompas Female"]
Sumber: Kompas Female
Sumber: Kompas Female
[/caption] Setelah membaca 7 surat cinta ala Kompasianer kepada film Indonesia, bagaimana dengan Anda? Punya rasa cinta yang serupa? (WK)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun