Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

14 Artikel Paling Banyak Dikomentari di 2014

1 Januari 2015   00:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:04 2981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasiana adalah tempatnya berbagi dan berkoneksi, sharing and connecting. Setiap artikel terpublikasi di Kompasiana, tentunya dapat diberikan tanggapan sehingga terjadi koneksi dengan sesama Kompasianer. Pro dan kontra kerap terjadi di kolom komentar dan hal tersebut tak masalah asalkan tidak melanggar ketentuan tata-tertib di Kompasiana. Berikut ini adalah 14 artikel yang menjadi perhatian Kompasianer sehingga mendapatkan komentar terbanyak sepanjang tahun 2014.

1.Tanggapan Tulisan Hazmi Srondol Mengenai Prabowo


[caption id="attachment_387474" align="aligncenter" width="496" caption="Prabowo Subianto /Kompasiana (kompas.com)"][/caption]

Sebenarnya tulisan ini hanya berupa tanggapan dari Jack Soetopo tentang artikel yang berjudul “Prabowo & Misteri ‘Kedaulatan Negara’ di Pabrik Kertas PT KIANI”. Menurutnya, ada beberapa yang ia rasa kurang tepat dan bahkan cenderung berupa penipuan publik mengenai peran Prabowo yang pada saat itu masih digandang sebagai calon presiden dari Partai Gerindera.

Dalam tulisan yang diangkat menjadi Headline ini menjelaskan kembali (dari artikel yang ditanggapi) fakta mengenai kasus Wilfrida. Menurutnya tidak tepat jika mengatakan Prabowo Mendesak PM Malaysia untuk membebaskan Wilfrida karena hukum di Malaysia tidak seperti di Indonesia. Ia juga menjelaskan tentang usaha Prabowo di Pabrik Kertas Kiani yang memiliki banyak hutang dan PT Kiani yang “disita” bukan “dibeli” oleh JP Morgan Amerika.

Artikel yang dengan komentar paling banyak di tahun 2014 ini mendapatkan tanggapan pro-kontra dari Kompasianer lain dan ditanggapi kembali oleh Jack Soetopo dengan memberikan link terkait.

2.Saya Cemas Jika Prahara Nanti Berkuasa, Anda?


[caption id="attachment_387476" align="aligncenter" width="403" caption="Ilustrasi: meetville.com"]

[/caption]

Dalam artikel yang ditulis beberapa hari setelah pemilihan presiden, Giri Lumakto menyampaikan kecemasannya akan presiden yang terpilih nanti. Pada saat itu, hasil Quick Count seolah-olah terbagi menjadi dua kubu, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Keduanya pun menampilkan hasil yang berbeda sesuai dengan pihak mana yang menyampaikannya. Di sini, Giri menulis bagaimana sikap Prabowo yang dirasanya “kurang pantas” menjadi sosok presiden.

Artikel ini pun mendapatkan perhatian dengan dibaca lebih dari sembilan ratus kali dan dikomentar sebanyak lebih dari 350 komentar baik dari Kompasianer lain maupun tanggapan dari Giri Lumakto sendiri. Komentar yang diberikan pun beragam, ada yang mendukung kubu Jokowi-JK, ada yang mendukung Prabowo- Hatta, dan ada pula yang berusaha bersikap netral.

3.Ulang Tahun Kedua Koplak Yo Band.. Ngebully Yukkkk

[caption id="attachment_387477" align="aligncenter" width="461" caption="Koplak Yo Band dan keluarga (dok. mbak dessy)"]

[/caption]

Artikel ini merupakan artikel kolaborasi untuk merayakan ulang tahun Koplak Yo Band yang ke-2. Koplak Yo Band merupakan komunitas yang menyiarkan live streaming acara-acara seru seperti Kompasianival. Segala kegiatan Koplak Yo Band bisa dilihat di website www.koplakyoband.com. Artikel yang ditayangkan pada bulan Januari 2014 ini mendapatkan tanggapan dari anggota-anggotannya di Kompasiana juga dari para kompasianer pada umumnya hingga mencapai 340 komentar.

4.MUI, LSM yang Bahayakan NKRI


[caption id="attachment_387478" align="aligncenter" width="320" caption="ilustrasi: kompas.com"]

[/caption]

Artikel ini seolah memberikan tanggapan tentang polemik seputar sesat-menyesatkan yang dilakukan oknum MUI (Majelis Ulama Indonesia) terhadap Syiah, seperti yang telah ditulis oleh beberapa kompasianer. Sutomo Paguci pun menelusuri kewenangan-kewenangan yang dimiliki MUI sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM). Sutomo pun menyarankan agar MUI tidak menimbulkan disintegrasi bangsa, pertentangan antar keyakinan, dan perpecahan dalam Bhinneka Tunggal Ika. Kompasianer lainnya pun memberikan tanggapan baik yang mendukung MUI dibubarkan maupun sebaliknya. Artikel ini mendapatkan respon sebanyak 331 komentar.

5.Tulisan "Terbodoh Sedunia", Menanggapi Tulisan Ester Lima berjudul Sekolah Terbodoh Sedunia vs Sekolah Juara Olimpiade Internasional

[caption id="attachment_387479" align="aligncenter" width="499" caption="Sekolah Dasar (KOMPAS/SAMUEL OKTORA)"]

[/caption]

Artikel ini ditulis untuk menanggapi artikel yang dibuat oleh Esther Lima yang berjudul “Sekolah Terbodoh Sedunia vs Sekolah Juara Olimpiade Internasional”. Wawan Kardiyanto berpendapat tulisan Esther tersebut sama sekali tidak merepresentasikan Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Kaaffah Lamongan, Jawa Timur yang disebutnya sebagai “sekolah terbodoh”. Data yang digunakan Esther pun sangat minim sehingga tidak bisa langsung disimpulkan. Pernyataan Esther bersifat tendensius dengan membandingkan MI tersebut dengan SMU Penabur dari lembaga Kristen dibanggakan sebagai “Sekolah Juara Olimpiade Internasional”.

Dalam artikel ini Esther Lima dan kompasianer lain pun memberikan tanggapannya di kolom komentar yang mencapai 331 komentar.

6. Di Mata Indonesia, Palestina Lebih Penting daripada Papua


[caption id="attachment_387481" align="aligncenter" width="499" caption="Papua (KOMPAS/WISNU WIDIANTORO)"]

[/caption]

Banyak jatuh korban akibat pertikaian yang terjadi antara Palestina dan Israel. Hal tersebut menimbulkan simpati dari berbagai negara termasuk Indonesia. Bahkan Indonesia mengirimkan pasukan perdamaian untuk Palestina. Tapi menurut Petrus Pit Supardi Jilung, hal tersebut tidak sesuai dengan realita yang ada di Indonesia. Lihat lah di Papua, kondisinya tak jauh berbeda dengan yang ada di Palestina. Setiap harinya ada korban meninggal akibat HIV, malaria, gizi buruk, hingga korban penembakan. Ada tanggapan pro kontra dari kompasianer yang membela Palestina dan yang membela Papua. Jumlah komentar dalam artikel ini adalah sebanyak 314.

7. Tak Tamat SMA Wanita Ini Jadi Menteri di Kabinet Jokowi


[caption id="attachment_387482" align="aligncenter" width="448" caption="Susi Pudjiastuti di depan salah satu dari 50 pesawatnya (sumber foto : bisnis.inspiratif.blogspot.com)"]

[/caption]

Keputusan Jokowi untuk menaikan seorang menteri yang tidak tamat SMA di kabinetnya telah menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Dialah Susi Pudjiastuti, seorang yang hanya memegang ijazah SMP tapi memiliki perusahaan penerbangan Susi Air dan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product. Semuanya ia dapatkan bukan dengan cara instan tapi Ibu 3 anak berusia 49 tahun ini memulainya dari nol. Seharusnya masyarakat lebih menilai Susi dari nilai positif yang ia miliki, karena belum tentu kita yang sarjana bisa seperti menteri Susi.

Ada tanggapan yang mendukung maupun menolak Susi menjadi menteri. Artikel dari Kompasianer Ifani ini mendapatkan 305 komentar sepanjang tahun 2014.

8.MMM Indonesia, Penipuan Baru yang Meresahkan


[caption id="attachment_387484" align="aligncenter" width="502" caption="Ilustrasi MLM/Kompasiana (Kompas.com)"]

[/caption]

Akhir-akhir ini banyak informasi bertebaran di media sosial yang menawarkan keuntungan sebesar 30% dari bisnis online MMM (Manusia Membantu Manusia). Hal tersebut menurut Alan Budiman tidak masuk akal atau cenderung suatu “penipuan”. Sangat tidak masuk akal jika uang yang diberikan member hanya diputar saja tanpa didagangkan tapi mendapatkan profit. Ia hanya menyarankan kepada teman-temannya yang bergabung ke bisnis tersebut agar berhati-hati. Dalam artikel tersebut berbagai tanggapan pun diberikan, baik orang yang sudah melakukan bisnis tersebut maupun mengganggapnya sebagai penipuan. Artikel ini pun mendapatkan total komentar sebanyak 305.

9. Uang: PKS Hancur (Bag. 2)

[caption id="attachment_387486" align="aligncenter" width="499" caption="Ilustrasi uang (Shutterstock/Kompas.com)"]

[/caption]

Dalam artikel ini Mahendra menjelaskan tentang bagaimana uang berkembang dan nilainnya menurun dari tahun ke tahun. Ia juga menyebutkan bahwa pangkal permasalahannya ada di sistem yang menganut “riba”. Mahendra menyertakan link di bagian akhir artikelnya sebagai referensi bacaan. Artikel ini pun mendapatkan komentar sebanyak 296, baik yang menyetujui, menentang, ataupun memberikan masukan terhadap opininya tersebut.

10. Konyolnya Dokumen Hoax Kementerian BUMN Ini



Gatot Swandito menulis artikel tersebut untuk menanggapi kiacauan yang diposting oleh akun Twitter-nya @estiningsihdwi (Dwi Estiningsih) dan tanggapan dari Hidayat Nur Wahid. Dwi memposting foto dokumen kriteria rekruitmen BUMN yang salah satu isinya tidak memperbolehkan pegawainya mengenakan jilbab syari. Kemudian Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menanggapinya dan meminta Menteri Rini Soewandi untuk mengklarifikasinya. Gatot menyayangkan Nur Wahid yang cepat-cepat menanggapi postingan Dwi padahal sudah terlihat jelas dokumen yang diberikan itu palsu. Artikel tersebut mendapatkan tanggapan sebanyak 292 komentar.

11. Mata Najwa Permalukan Kubu Prabowo


[caption id="attachment_387488" align="aligncenter" width="448" caption="Screenshot Mata Najwa (Kompasiana/Uwes Fatoni)"]

[/caption]

Setelah debat pemilihan presiden yang diadakan oleh MetroTV, Alan Budiman pun memberikan komentarnya dalam artikel ini. Debat di acara Mata Najwa itu seolah-olah mempermalukan kubu Prabowo yang diwakili Mahfud MD dan Fadli Zon. Hal tersebut tentu saja dengan profesionalitas Najwa Shihab, bukan karena ia sedang berada di televisi swasta yang pemimpinnya mendukung capres Jokowi. Wakil dari kubu Jokowi yang diwakili oleh Anies Baswedan dan Adian Napitupulu terlihat lebih tenang dalam menanggapi pertanyaan. Artikel ini tentunya mendapatkan respon dari pendukung Jokowi dan Prabowo hingga mencapai 290 komentar.

12. Admin Bukan, tapi Resah dan Rusuh

[caption id="attachment_387489" align="aligncenter" width="504" caption="Ilustrasi Kompasiana"]

[/caption]

Atas permintaan teman-temannya, Ellen Maringka memberikan tips-tips kepada Kompasianer agar artikelnya banyak disukai dan banyak dibaca orang. Pertama, jangan mengomentari artikel atau komentar dengan pedas, tidak mengatur pengelompokan suatu artikel, dan tidak mengatakan suatu tulisan tidak berkualitas. Artikel ini pun mendapatkan komentar-komentar dari Kompasianer lain sebanyak 289 komentar.

13. Jokowi Menyodorkan Leher Bangsa Ini pada Facebook


[caption id="attachment_387491" align="aligncenter" width="499" caption="Jokowi dan Zuckerberg (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)"]

[/caption]

Artikel ini berupa opini dari Goenawan yang berpendapat tindakan Jokowi yang mengiklankan dirinya di media sosial Facebook adalah sebuah kesalahan. Jika mengiklankan di FB ataupun Google, berarti pendapatan akan masuk ke dompet mereka dan merampas pendapatan kita. Ia mengambil kasus dari China yang tetap berkembang walaupun tanpa Google dan Facebook. Artikel ini pun mendapatkan pro-kontra dari Kompasianer lain dan komentar sebanyak 282.

14. Prabowo Benar, Terbukti Jokowi Memang Curang


[caption id="attachment_387492" align="aligncenter" width="499" caption="Konser Dua Jari (KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO-RODERICK ADRIAN MOZES)"]

[/caption]

Artikel ini membandingkan antara cara kampanye Prabowo dan Jokowi. Prabowo dalam kampanyenya menjanjikan uang sebesar satu milyar per desa. Namun, Sang Pujangga justru heran dan merasa dicurangi dengan Jokowi karena mampu mengerahkan relawannya tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Malah relawan-relawannya rela menyumbangkan energi, biaya, dan pikiran dengan cuma-cuma. Artikel ini pun menyedot perhatian Kompasianer untuk berkomentar baik yang mendukung Jokowi maupun Prabowo dengan total 281 komentar.

Selamat kepada 14 Kompasianer yang memiliki artikel dengan komentar paling banyak sepanjang tahun 2014. Seperti motto Kompasiana, sharing and connecting, semoga di tahun depan kita tetap saling berbagi informasi dan saling terhubung di Kompasiana. (NFZ)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun