Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

14 Artikel Paling Banyak Dirating Sepanjang 2014

31 Desember 2014   16:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:06 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu indikator “kualitas” sebuah artikel bisa dilihat dari banyaknya nilai yang diberikan oleh pembaca. Di Kompasiana, ada nilai Aktual, Inspiratif, Bermanfaat, dan Menarik. Jika Kompasianer membaca satu artikel, maka masing-masing Kompasianer berhak merating artikel tersebut sesuai dengan pendapatnya. Satu Kompasianer hanya dapat merating sekali untuk satu tulisan. Artikel yang paling banyak dirating akan terpampang di kolom Teraktual, Inspiratif, Bermanfaat, dan Menarik di welcome page Kompasiana sesuai dengan nilai paling banyak diberikan. Berikut adalah artikel-artikel yang paling banyak dirating  sepanjang  2014.

1. Tanggapan Tulisan Hazmi Srondol Mengenai Prabowo

[caption id="attachment_387129" align="aligncenter" width="496" caption="Prabowo Subianto /Kompasiana (kompas.com)"][/caption]

Artikel ini telah dibaca sebanyak lebih dari 24 ribu kali , diberi komentar sebanyak 361, dan mendapatkan rating paling tinggi sepanjang 2014 dengan jumlah 135 bintang. Tulisan ini adalah tanggapan dari Jack Soetopo tentang artikel yang berjudul “Prabowo & Misteri ‘Kedaulatan Negara’ di Pabrik Kertas PT KIANI”. Menurutnya, ada beberapa yang ia rasa kurang tepat dan bahkan cenderung berupa penipuan publik mengenai peran Prabowo yang pada saat itu masih digandang sebagai calon presiden dari Partai Gerindera.

Dalam tulisan yang diangkat menjadi Headline ini menjelaskan kembali (dari artikel yang ditanggapi) fakta mengenai kasus Wilfrida. Menurutnya tidak tepat jika mengatakan Prabowo Mendesak PM Malaysia untuk membebaskan Wilfrida karena hukum di Malaysia tidak seperti di Indonesia. Ia juga menjelaskan tentang usaha Prabowo di Pabrik Kertas Kiani yang memiliki banyak hutang dan PT Kiani yang “disita” bukan “dibeli” oleh JP Morgan Amerika.

2. Anggito Abimanyu Menjiplak Artikel Orang? (Bersumber dari Kolom Opini Harian Kompas 10 Februari 2014)


[caption id="attachment_387148" align="aligncenter" width="499" caption="Anggito Abimanyu (Dhoni Setiawan/Kompas.com)"]

[/caption]

Artikel yang dibuat oleh Penulis Ugm ini mengulas tentang opini yang diberikan oleh Anggito Abimanyu di Harian Kompas 10 Februari 2014. Anggito adalah salah satu pengajar di Universitas Gadjah Mada yang bergelar Doktor dari luar negeri. Artikel opini Anggito diduga menjiplak dari Hatbonar Sinaga dan penulis blog awam. Dalam artikel ini juga diulas berbandingan antara tulisan Anggito dan kedua penulis tersebut. Tak seharusnya seseorang yang berpendidikan dan bonafide harus melakukan plagiarisme saat menulis sebuah artikel. Tulisan ini telah dibaca sebanyak lebih dari 22 ribu kali, diberi 187 komentar, dan menjadi artikel kedua paling banyak dirating dengan 124 bintang.

3. Luar Biasa, Inikah Cara Tuhan Melindungi Jokowi?


[caption id="attachment_387149" align="aligncenter" width="499" caption="Joko Widodo (Kompas.com, Robertus Belarminus)"]

[/caption]

Artikel ini mengulas tentang ketepatan langkah-langkah yang diambil Joko Widodo saat masih mencalonkan sebagai Presiden. Mulai dari peringatan Taufik Kiemas kepada Jokowi (seusai pilgub DKI Jakarta) agar menjauhi Prabowo, pemilihan Jusuf Kalla sebagai calon presiden, dan PPP yang akhirnya memilih ke kubu Prabowo-Hatta. Menurut Bejo Al-Bantani, semua hal tersebut adalah campur tangan Tuhan untuk melindungi orang baik seperti Jokowi. Dan sudah seharusnya kita mendukung orang baik.

Artikel ini mendapatkan perhatian para pembaca walaupun tidak masuk ke Headline ataupun Trending Article di Kompasiana dengan lebih dari 54 ribu pembaca dan mendapatkan rating terbanyak ketiga sepanjang 2014 sebanyak 117 bintang.

4. Surat Getir buat Joko Widodo


[caption id="attachment_387151" align="aligncenter" width="499" caption="Joko Widodo (Tribunnews/Herudin)"]

[/caption]

Menjelang pilpres 2014, Yusran Darmawan menuliskan opininya tentang salah satu capres Joko Widodo yang membuatnya merinding. Dalam artikel tersebut, ia menggarisbawahi perkataan Jokowi dalam suatu debat presiden. Jokowi terlihat sangat berpihak pada rakyat kecil yang ia sebutkan namanya. Walaupun pada saat itu Jokowi mengatakannya dengan sangat datar, tak menggetarkan hati, dan mungkin banyak orang yang tidak tertarik, tapi menurut kompasianer satu ini kalimatnya itu laksana embun penyubur nasionalisme yang lama tertanam di dasar hati.

Kompasianer terbaik tahun 2013 ini juga menyamakan Jokowi dengan legenda aktivis pergerakan Soe Hok Gie yang selalu menginspirasi pejuang rakyat. Dalam tulisan yang menyedot perhatian pembaca sebanyak lebih dari 37 ribu kali ini, Yusran menyebutkan agar Jokowi tidak berkecil hati terhadap segala tuduhan yang ditujukan padanya dan tetap mengabdi pada level yang lebih tinggi. Tulisan ini mendapatkan rating terbanyak ke-empat sebanyak 110 bintang yang didominasi “inspiratif”.

5. Tak Tamat SMA Wanita Ini Jadi Menteri di Kabinet Jokowi


[caption id="attachment_387155" align="aligncenter" width="448" caption="Susi Pudjiastuti di depan salah satu dari 50 pesawatnya (sumber foto : bisnis.inspiratif.blogspot.com)"]

[/caption]

Keputusan Jokowi untuk mengangkat menteri yang tidak tamat SMA di kabinetnya telah menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Dialah Susi Pudjiastuti, seorang yang hanya memegang ijazah SMP tapi memiliki perusahaan penerbangan Susi Air dan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product. Ibu tiga anak berusia 49 tahun memulai semuanya dari nol, sama sekali bukan didapatkan dengan cara instan. Seharusnya masyarakat lebih menilai Susi dari nilai positif yang ia miliki, karena belum tentu kita yang sarjana bisa seperti menteri Susi. Artikel dari Kompasianer Ifani ini mendapatkan perhatian besar dari para pembaca sebanyak lebih dari 53 ribu kali dibaca dan  mendapatkan rating sebanyak 110 bintang dari kompasianer lain.

6. Curhat Anak Jokowi di Media Sosial


[caption id="attachment_387157" align="aligncenter" width="498" caption="Screenshot FB Kaesang (Niken Setyawati)"]

[/caption]

Seiring dengan ketenaran ayahnya, anak bungsu Jokowi Kaesang Pangarep pun menjadi sorotan masyarakat. Termasuk status-status yang ia buat di media sosial terutama Facebook mulai dari yang remeh-temeh, lucu, sampai yang serius mengenai isu yang menipa Bapaknya. Dari curahan hatinya di FB, kita akan mengetahui bahwa kedua orangtua Kaesang, Bapak Jokowi dan Ibu Iriana sangat perhatian dan tak lupa memberikan wejangan kepada anaknya walaupun sedang sekolah di Singapura. Kaesang juga sempat beberapa kali terbawa emosi dengan isu-isu yang diberitakan media tentang Bapaknya dan menuliskan isi hatinya di FB.

Dalam artikel tersebut, Niken Satyawati berharap agar Kaesang lebih memperhatikan isi dari status-status yang ia posting di media sosial, lebih selektif menambahkan pertemanan, dan mementingkan keamanan akunnya. Artikel ini pun dijadikan Headline dengan dibaca lebih dari 20 ribu kali dan dirating 107 bintang dengan paling banyak “menarik”.

7. Jangan Main Minta Hapus Tulisan di Kompasiana!


[caption id="attachment_387159" align="aligncenter" width="496" caption="TNI/Kompasiana (Kompas Images/Kristianto Purnomo)"]

[/caption]

Di media warga seperti Kompasiana, orang-orang berhak memberikan opini ataupun reportasenya secara bebas. Namun di Kompasiana, artikel yang melanggar tata-tertib akan dihapus, lalu diberikan pesan oleh admin atas pelanggarannya tersebut. Ada saja Kompasianer yang meminta agar suatu artikel dihapus. Alasannya pun bermacam-macam mulai dari mendiskreditkan seseorang, menghina seseorang, memfitnah orang, mempertentangkan SARA, menyerang kehormatan atasan, atau komandan dan menyerang nama baik keluarga, dan berbagai alasan lainnya. Admin pun tak langsung menghapus begitu saja, tapi menelusurinya terlebih dulu apakah artikel tersebut melanggar aturan atau tidak.

Dalam artikel ini, Pepih Nugraha mengambil contoh salah satu artikel di Kompasiana yang berjudul “10 Juni Presiden akan Copot Panglima TNI atau KSAD” dari Erika Avalokita. Artikel tersebut mendapat tanggapan langsung dari Kepala Pusat Penerangan TNI yang kini dijabat Mayor Jenderal Fuad Basya. Hebatnya, ia tidak meminta agar artikel tersebut dihapus tetapi ia menanyakan ke Pepih Nugraha bagaimana cara untuk menanggapi artikel tersebut . Ini adalah sikap demokratis dari TNI yang tentunya patut dicontoh oleh kita semua. Artikel ini pun mendapat tanggapan baik dari Kompasianer dengan mendapatkan rating 105 bintang.

8. Di Manado Ada yang Lebih Kuat dari Banjir


[caption id="attachment_387161" align="aligncenter" width="500" caption="Jembatan putus (Dok. Ellen Maringka)"]

[/caption]

Awal tahun 2014, Manado ditimpa musibah banjir bandang yang memporak-porandakan kota tersebut. Rumah-rumah dipenuhi dengan lumpur, jembatan putus, sampai-sampai ada mobil yang tersangkut di tiang listrik seperti jemuran baju. Di artikel tersebut, Ellen Maringka menceritakan salah satu kisah menyedihkan dari keluarga seorang dokter. Anak dan istrinya harus terkubur hidup-hidup oleh longsor yang mengenai mobil yang ditumpangi keluarga itu. Tentu saja kesedihan mendalam dialami sang Bapak. Sampai-sampai ia sendiri yang ingin mengurusi jenazah anaknya tanpa bantuan perawat rumah sakit.

Namun, di balik itu semua, masih ada semangat dari sesama warga Manado untuk bangkit dan tidak meratapi musibah. Mereka saling membantu, saling menguatkan, saling meyemangati, dan saling mengasihi satu sama lain. Artikel ini pun mendapatkan rating 104 bintang dan yang terbanyak adalah “aktual”.

9. Kompasiana Menjadi Sorotan Pers Dunia


[caption id="attachment_387163" align="aligncenter" width="448" caption="Laporan Ijnet tentang Kompasiana (Nurul)"]

[/caption]

Dewasa ini, media untuk jurnalisme warga (citizen journalism) tidak dapat dipandang sebelah mata lagi. Bahkan tak jarang hasil laporan atau opini warga menjadi rujukan utama bagi media mainstream. Salah satunya, seorang Kompasianer pernah melaporkan tentang kurangnya apresiasi sastra rektorat UIN Sunan Gunung Jati Bandung yang  kemudian mendapatkan respon dari rektor universitas tersebut.

Kompasiana yang merupakan media warga berbasis user generated content (UGC) mampu memberikan lahan bagi warga untuk menyampaikan reportase atau opininya. Media arus utama pun mau-tak-mau harus mengakui kredibilitas dan validitas laporan dari warga. Dalam artikel, Nurul juga menyampaikan bahwa sebuah jaringan jurnalisme internasional (Ijnet) memasukan Kompasiana ke dalam tujuh media warga yang berhasil dan menjadi contoh dalam merangkul warga. Artikel tersebut pun mendapatkan rating sebanyak 103 bintang dengan nilai paling banyak “aktual”.

10. Joko Widodo: "Objek Hinaan Paling Enteng di Muka Bumi"


[caption id="attachment_387164" align="aligncenter" width="435" caption="Joko Widodo (pontianak.tribunnews.com)"]

[/caption]

Arikel ini dibuat ketika seorang Gubernur DKI Jakarta akan dicalonkan sebagai Presiden pada Pemilu 2014. Tentunya banyak yang mendukung dan banyak pula yang tak mendukung atau bahkan menghinanya. Artikel yang ditulis oleh Maria Citinjaks ini menceritakan bagaimana sosok Jokowi yang baik, mau turun ke gorong-gorong, dan tidak berkomentar ketika ada fitnah tentangnya. Tak seharusnya kita egois, arogan, dan hanya bisa mengata-ngatai Jokowi dengan kasar tentang apa yang ia kerjakan. Bukankah seseorang dinilai dari perkataannya? Artikel ini pun berhasil menarik perhatian pembaca sebanyak lebih dari 28 ribu kali dan dirating sebanyak 101 bintang.

11.Kalau Prabowo "Bocor" Melulu; Mengapa Pilih Hatta Rajasa?


[caption id="attachment_387166" align="aligncenter" width="448" caption="Hatta dan Prabowo (Kompas Images/Kristianto Purnomo)"]

[/caption]

Artikel yang ditulis oleh Ellen Maringka ini membahas tentang debat capres putaran ke dua yang dilaksanakan pada tanggal 29 Juni lalu. Prabowo yang pada saat debat sering mengungkapkan “kebocoran” APBN, dianggap Ellen “mengherankan” saat Prabowo memilih Hatta Rajasa sebagai calon wakil presidennya. Seperti yang diketahui, Hatta Rajasa memegang peranan penting terhadap segala keputusan Presiden SBY selama 2 periode kepemimpinannya. Apalagi, jabatan terakhirnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebelum ia mengundurkan diri karena mau mencalonkan diri sebagai cawapres. Selain itu, Hatta juga merupakan besan dari SBY yang tentunya ada ikatan emosional. Apabila memang terjadi kebocoran, tentu saja HR lah yang ikut terlibat aktif dalam segala pengambilan keputusan SBY.

Artikel tersebut telah mendapat lebih dari empat ribu pembaca dan dirating sebanyak 100 bintang oleh Kompasianer.

12. Mengapa Publik Menolak Pemimpin Poligami


[caption id="attachment_387167" align="aligncenter" width="495" caption="Aa Gym dan Teh Ninih (Tribunnews.com)"]

[/caption]

Secara umum, rakyat akan menolak jika pemimpinnya berpoligami. Salah satu contohnya adalah Aa Gym dan Anis Mata. Keduanya sudah dikenal baik oleh publik namun langsung dianggap jelek karena memutuskan untuk berpoligami. Mengapa? Padahal berpoligami tidak dilarang oleh agama. Namun masyarakat berpikiran lain. Mereka menganggap seorang pemimpin yang berpoligami itu memiliki sifat individualis, tidak bertanggung jawab, dan tidak dapat diteladani. Karena itu, pada saat kampanye pemilu 2014 berlangsung, media sosial ramai dengan hastag #TolakPartaiPoligami dan menjadi trending topic worldwide.

Artikel yang ditulis oleh Kicau Pemilu ini mendapatkan perhatian para kompasianer dan diberi rating mencapai 98 bintang.

13. Mengapa Pria Beristri Justru pada Seksi, Mbak?


[caption id="attachment_387168" align="aligncenter" width="418" caption="Ilustrasi (http://datingbycommittee.wordpress.com)"]

[/caption]

Artikel yang dibuat oleh Ellen Maringka ini mengulas tentang alasan dibalik “keseksian” pria beristri. Banyak wanita lajang yang justru lebih tertarik terhadap pria beristri, walaupun ia mengetahui pasti hukum mengencani pria beristri itu “dosa”. Sebenarnya ada 3 alasan utama dibalik ketertarikan wanita terhadap pria yang beristri tersebut yaitu, faktor kemapanan, ketenangan menghadapi wanita, dan menguasai keadaan. Namun, ada cara lain agar wanita tersebut tidak mengambil keputusan hingga dapat menyakiti hati wanita lain yaitu dengan menjadikan pria lajang lebih seksi dari sebelumnya. Artikel ini pun mendapatkan nilai dari Kompasianer sebanyak 98 bintang.

14.PKS Sedang Mencari Selamat?

[caption id="attachment_387169" align="aligncenter" width="499" caption="Tifatul Sembiring (Kristianto Purnomo/Kompas.com)"]

[/caption]

Artikel ini mengulas tentang pernyataan Tifatul Sembiring sebagai anggota majelis syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) karena cenderung mendukung Jokowi-JK. Seperti yang diketahui bahwa Partai ini telah masuk ke partai koalisi Prabowo-Hatta. Selain itu, PKS juga pernah menyatakan memilih menjadi partai oposisi dibanding harus mendukung pemerintahan Jokowi. Roe Ardianto berharap pernyataan Tifatul di media online tersebut hanya pernyataan pribadi bukan dari partai dan berharap PKS tetap terhormat dan bermartabat menerima kemenangan Jokowi-JK. Artikel ini telah mendapatkan perhatian Kompasianer dan memperoleh nilai sebanyak 97 bintang.

Selamat kepada Kompasianer yang tulisannya berhasil menjadi magnet dan mencatat sejarah rating terbanyak sepanjang 2014. Kami tunggu artikel AktualInspiratifBermanfaat, dan Menarik lainnya tahun depan! (NFZ)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun