Amien Rais adalah salah satu politisi yang pada masa pilpres 2014 omongannya terkesan plintat-plintut alias berubah-ubah. Socrates Jadul sampai menuliskan empat unek-uneknya atas sikap Amien Rais dalam sebuah artikel. Pertama, ia mengeluhkan sikap pura-pura Amien Rais mendirikan MARA (Majelis Amanat Rakyat) seolah berjasa dalam reformasi namun kemudian mengubahnya menjadi PAN yang hanya mewakili Muhammadiyah. Kedua, atas kecerdikannya, Amien Rais bisa menjegal Megawati menjadi presiden lalu mendudukkan Gus Dur namun kemudian menurunkan Gus Dur pula. Ketiga, saat pilkada DKI, Amien Rais menjelekkan Jokowi secara frontal tapi kemudian memuji Jokowi untuk memasangkannya dengan Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014 dan berubah lagi menjadi menjelekkan Jokowi. Keempat, Amien Rais bermanuver dengan membentuk "Koalisi Indonesia Raya" dan menyebut merangkul partai nasionalis, tapi dalam praktiknya yang berkumpul hanya partai berbasis Islam. Socrates Jadul mengharap klarifikasi dari Amien Rais dalam artikel yang dibaca sebanyak lebih dari 51.651 kali.
13. Saya Ingin Pilkada Langsung, tapi Saya Benci Jokowi
[caption id="attachment_389498" align="aligncenter" width="448" caption="Setelah Pilpres, beberapa partai politik berubah haluan tentang RUU Pilkada. (Sumber foto: RMOL dan Republika)"]
Pengesahan RUU Pilkada yang mengubah pilkada secara langsung menjadi tidak langsung pada 26 September 2014 membuat rakyat terhenyak seolah-olah kecolongan oleh tindakan diam-diam DPR. Menurut Maulana Syuhada, pilkada tak langsung jelas menguntungkan politisi yang tujuannya berkuasa, juga menguntungkan Koalisi Merah Putih. Meskipun demikian, tidak semua kader parpol Koalisi Merah Putih mendukung pilkada tak langsung. Demikian sebaliknya, tidak semua kader parpol Koalisi Indonesia Hebat mendukung pilkada langsung. Secara nalar dan hati nurani, pilkada langsung jelas lebih baik. Sayangnya, hak rakyat untuk secara langsung memilih pemimpin daerah ini direbut oleh DPRD. Opini ini dibaca sebanyak lebih dari 50.897 kali.
14. Pidato 3 Menit Capres di KPU Ungkap Segalanya
[caption id="attachment_389493" align="aligncenter" width="450" caption="Pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Jokowi-JK menunjukkan nomor urut saat acara pengundian dan penetapan nomor urut untuk pemilihan presiden Juli mendatang di kantor KPU, Jakarta Pusat, Minggu (1/6/2014). Pada pengundian ini, pasangan Prabowo-Hatta mendapatkan nomor urut satu sedangkan Jokowi-JK nomor urut dua. (TRIBUNNEWS/HERUDIN)"]
Satu momen dalam hajatan pilpres 2014 yang cukup menyedot perhatian rakyat adalah pidato capres-cawapres setelah mengambil nomor urut di kantor KPU. Rini Elrealvira menilai 3 menit pidato capres-cawapres mengungkap siapa sesungguhnya mereka, meliputi pola pikir, karakter, dan ide-idenya. Berdasarkan pidato 3 menit Prabowo, Rini Elrealvira menilai bahwa Prabowo menunjukkan sikap tegas, tidak basa-basi, tak curang dengan berkampanye, menghormati pilihan rakyat, menghormati rival politiknya, membanggakan koalisi dan cawapresnya, dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang lain. Sementara itu, melalui pidatonya, Jokowi menunjukkan sikap sebaliknya, yakni tidak menunjukkan penghargaan terhadap rival politik dan cawapresnya. Jokowi semakin buruk karena beberapa kali berbicara dengan JK ketika Prabowo sedang berpidato. Lanjut Rini, pidato 3 menit tidak dapat mengakomodasi niat pencitraan capres-cawapres. Opini ini mampu menarik perhatian sebanyak lebih dari 50.056 kali.
Itulah 14 artikel politik terpopuler sepanjang 2014. Tentu hal yang patut disyukuri bahwa pada 2014 ini kesadaran rakyat untuk turut peduli pada politik praktis semakin meningkat. Pun Kompasianer yang setia menuliskan reportase dan opini politiknya demi Indonesia yang lebih baik. Terima kasih yang sebesar-besarnya dari Kompasiana. Salam! (NUR)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H