[caption id="attachment_297508" align="aligncenter" width="434" caption="Salah satu Jalan di Simpang Lima Gumul Kediri | FOTO: Yosafati Gulo"]
[/caption] Pada 13 Februari 2014, Gunung Kelud memuntahkan segala isi bumi. Letusan gunung tersebut menyebabkan hujan abu di kota-kota sekitar yang mengitari Gunung Kelud, walaupun seusai meletus gunung tersebut hanya mengeluarkan abu vulkanis, abu tersebut membanjiri wilayah-wilayah sekitar salah satunya kota Kediri. Di sisi lain bencana ini bisa menjadi berkah karena pasir yang dikeluarkan dari abu vulkanis dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Namun karena jumlahnya yang terlalu banyak, pengurangan yang juga dibantu dengan air hujan ini masih kurang signifikan. Menurut laporan dari Kompasianer
Yosafati Gulo seluruh jalan di Kediri masih susah dibersihkan walaupun sudah diusahakan disapu ke pinggir jalan. Laporan yang ditulis pada bulan Februari ini mampu meraih hampir 2.000 pembaca, dan anda bisa membaca kembali laporan selengkapnya di
SINI. [caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="Dok. Ngesti Setyo Moerni"]
[/caption] Kali ini di kanal green, ada tips yang sangat bermanfaat dari Kompasianer
Ngesti Setyo Moerni. Tips ini mengajak dan menginformasikan kepada anda, bahwa menanam pohon nangka bisa dilakukan hanya melalui media pot dan juga dapat berbuah dengan lebat. Teknik yang biasa disebut Tambulapot yang kepanjangan dari Tanam Buah dalam Pot ini h
anya membutuhkan media tanam, air, matahari, dan juga menggunakan styrofoam agar air yang berada di dalam pot tidak menggenang yang dapat menggangu kesehatan tanaman. Tertarik untuk mencoba tips ini dirumah? Anda bisa simak langkah-langkahnya di SINI. [caption id="attachment_338604" align="aligncenter" width="436" caption="Salah satu pohon Baobab di Perpustakaan Pusat UI ketika baru diletakkan. (dhanusoftware.blogspot.com)"]
[/caption] Pohon Raksasa Baobab ini menjadi ikon tersendiri ketika kita mengunjungi Universitas Indonesia. Pohon yang ternyata daunnya bisa menjadi lalapan saat makan ini diprediksi usianya sudah mencapai 160 tahun. Bahkan menurut ulasan Kompasianer
Aljohan, diduga pohon tertua disini telah berusia 700 tahun dan ditanam sejak masaÂ
peninggalan penduduk setempat yang memperoleh bibit yang dibawa pedagang dari Timur Tengah. Semenjak dipindahkan posisinya demi penelitian dan keperluan riset, konservasi pohon tua dan juga menjadikan pohon raksasa Baobab sebagai tanaman produktif. Namun semenjak dipindahkan tersebut pohon Baobab terlihat seperti kurang terawat dan juga batang pohonnya semakin mengecil dan kurus. Ulasan yang ditulis pada bulan Mei ini bisa anda simak kembali di SINI. [caption id="" align="aligncenter" width="464" caption="Lampu LED-biru hasil pengembangan Shoji Nakamura, Hiroshi Amano, dan Isamu Akasaki. (io9.com)"]
Lampu LED-biru hasil pengembangan Shoji Nakamura, Hhiroshi Amano, dan Isamu Akasaki. (io9.com)
[/caption]
Light emitting diode, teknologi yang sebenarnya tidak baru namun baru saja dikembangan di tahun 90-an ini bisa dianggap inovasi teknologi yang paling efisien. Konsumsi lampu LED bisa dibilang lebih hemat jika dibandingkan dengan lampu pijar, dan tentunya umur lampu LED yang sangat jauh lebih panjang menjadi alasan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menyarankan untuk penggunaan lampu ini di rumah warga. Di balik kelebihan dari lampu LED, ternyata masih banyak kekurangan yang bisa menjadi pertimbangan di beberapa lokasi tertentu. Menurut ulasan Kompasianer
Fandi Sido , lampu LED masih belum direkomendasikan untuk wilayah yang memiliki suhu panas cukup tinggi, karena sifat LED yang tidak tahan dalam suhu tinggi. Namun bagaimana perkembangan lampu yang bisa dibilang lebih ramah lingkungan ini, anda bisa simak kembali ulasannya di
SINI. * Â * Â *
Itulah ke-14 artikel di kanal Green yang berhasil menarik perhatian pembaca dan mendapatkan respon yang cukup positif sepanjang tahun 2014. Bumi ini milik kita, kita sebagai penghuni, pengguna, juga wajib melestarikannya agar bumi tetap terjaga kondisinya. Kalau bukan kita yang jaga, siapa lagi? (KEV)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya