Baca juga: Bandara Paling Tepat Waktu di Dunia Tahun 2018, Jepang Sabet Dua Gelar
Di masa inilah, jam tangan menjadi benda populer dan konsep 24 jam sehari menjadi hal yang familiar bagi warga biasa.
Di atas semua itu, menurut peneliti Ichiro Oda, saat itulah warga Jepang menyadari konsep "waktu adalah uang".
Pada 1920-an, ketepatan waktu dilembagakan dalam berbagai propaganda negara.
Berbagai poster soal ketepatan dan penghematan waktu disebar. Misalnya bagaimana cara perempuan menata rambut dalam lima menit jika tak ada acara khusus.
Sejak saat itulah, ketepatan waktu dikaitkan dengan produktivitas di perusahaan dan organisasi. Demikian penjelasan Makoto Watanabe, guru besar ilmu komunikasi dan media di Universitas Bunkyo Hokkaido.
"Jika pekerja datang terlambat, perusahaan dan pekerja lain akan menderita," kata dia.
"Secara pribadi, jika saya terlambat, maka saya tak bisa menyelesaikan tugas yang seharusnya saya kerjakan," tambah dia.
Sedangkan Mieko Nakabayashi, guru besar ilmu sosial di Universitas Waseda mengatakan, amat penting para pekerja datang tempat waktu.
"Jika Anda tak bisa melakukan itu, maka Anda dengan cepat mendapat reputasi buruk di dalam perusahaan," kata Mieko.
Meski demikian, lanjut Mieko, ketepatan waktu tidak berbanding lurus dengan efisiensi.