Baca juga: Cerita Repotnya Kerupuk dan Indomie Muncul di Harbolnas China…
Mulanya, Fajar berkisah, penjualan aksesori baru sebatas ke teman-teman saja. Baru pada Januari 2009, Adorable Projects yang berarti proyek yang manis sekali atau mengagumkan, memulai penjualan secara daring melalui Friendster, Facebook, dan Twitter.
Penjualan perdana lewat kanal online mendulang sukses besar. Hanya dalam tempo tiga menit, 50 pieces aksesori terjual.
Untuk pembagian kerja, itu tadi, Ira lebih ke bagian produksi aksesori, mulai pemilihan bahan, warna, sampai desain. Sementara Fajar fokus ke bidang pemasaran, pengemasan, dan foto produk.
Untuk foto produk, Fajar dan Ira awalnya hanya menggunakan kamera ponsel. Setelah mendekap keuntungan, mereka pun membeli kamera poket digital buat memotret produk. Demi hasil jepretan yang lebih bagus lagi, keduanya kemudian membeli kamera digital single-lens reflects (DSLR).
Gandeng perajin
Setelah dua tahun jualan aksesori, Fajar dan Ira banting setir dengan berdagang sepatu. “Karena istri saya tuh, suka beli sepatu dan dia mau nyoba jualan sepatu,” jelas Fajar.
Akhir 2010 jadi awal Adorable Projects jualan sepatu. Saat itu, mereka belum memproduksi sendiri, tapi sebagai reseller. Mereka memulai dengan menjual 38 pasang sepatu flat wanita. Ternyata laku keras.
Tiga bulan menjadi reseller, Fajar dan Ira mulai kepikiran untuk membuat sepatu sendiri khusus untuk perempuan. Soalnya, di daerah Bandung banyak perajin sepatu.
Setelah melakukan penjajakan, keduanya ketemu dengan perajin yang sanggup mengerjakan sepatu sesuai pesanan mereka. Yakni, berkualitas, namun dengan harga jual yang terjangkau.
Untuk desain sepatu, Ira yang membuatnya. Cuma sesekali, lulusan Jurusan Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Nasional, Bandung, ini membeli karya desainer lepas.