Petani lain di Bugel, Suparman (55), juga merasakan hal serupa. Ia mengatakan, kalau dihitung sejak pertama kali menanam, sebenarnya tidak rugi besar.
Namun, kini ia berencana mengganti cabai dengan tanaman lain. Kebetulan harga sudah lama di titik terendah.
"Harga sekarang Rp 5.000 per kg itu tidak cucuk (jauh dari BEP). Setidaknya Rp 15.000. (Karenanya) habis ini saya mau bongkar dan ganti tanaman lain," kata Suparman.
Kulon Progo sejatinya digadang sebagai salah satu lumbung cabai nasional. Produksi cabai keritingnya bisa mencapai 40 ton perhari.
Baca juga: Ganjar Minta Bupati/Wali Kota di Jateng Ikut Intervensi Harga Cabai
 Sebanyak 90 persen produksi cabai dari kabupaten ini memenuhi kebutuhan cabai berbagai daerah di Indonesia. Utamanya, Provinsi DKI Jakarta, seperti Pasar Kramat Jati, Cibitung, dan Tanah Tinggi.
Cabai juga dikirim ke Sumatera. Produksi cabai Kulon Progo meningkat tajam di 2018 lalu, bahkan sampai 25.362 ton atau 225,82 persen dari target 11.231 ton.
Produksi cabai Kulon Progo merupakan produksi terbesar dari semua jenis holtikultura yang ada. Semua didukung oleh luas tanam yang besar mencapai 2.240 hektar.
Luas tanam ini melebihi masing-masing kabupaten yang ada di DIY.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI