BANDUNG, KOMPAS.com – Warga terdampak reaktivasi jalur kereta Cibatu-Garut meminta bantuan Guberbur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk memberikan jalan masuk ke kampungnya.
“Pak Ridwan Kamil, tolong bantu kami warga Cibodas punya jalan. Seukuran satu mobil saja. Tolong pak,” ujar salah satu warga, Iyen Nuryeni kepada Kompas.com, Rabu (12/12/2018).
Iyen menceritakan, ia dan warga lainnya tinggal di Kampung Cibodas, Desa Keresek, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut. Mereka tinggal di tanah PT KAI sejak jalur tersebut tak lagi digunakan tahun 1982.
Selain sebagai tempat tinggal, mereka menggunakan tanah PT KAI sebagai jalan masuk mobil.
Baca juga: Titik Rawan Jalur KA di Selatan Jawa Lebih Banyak Dibanding di Utara
Kini, PT KAI akan mengaktifkan kembali jalur tersebut. Warga pun diminta pindah dan diberikan uang bongkar.
Sebagian warga menggunakan uang tersebut untuk membeli tanah di daerah Cibodas. Persoalannya, mereka tidak memiliki jalan masuk jika PT KAI menggunakan semua tanahnya.
“Ada tanah PT KAI beberapa meter yang tidak digunakan untuk rel. Kami berharap tanah itu bisa digunakan untuk jalan masuk,” katanya.
Sebab jika tidak, warga kebingungan bagaimana mereka bisa menjalankan bisnisnya. Sebab jalan yang ada sekarang hanya seukuran motor matic berukuran standar.
Baca juga: Fakta di Balik Perjalanan 9 Jam KA Argo Parahyangan, Penumpang Lapar, Main Games, hingga Ganti Bus
“Motor gede gitu ga masuk. Kalau ada motor masuk, kami yang jalan kaki harus berbalik menghadap ke tembok,” imbuhnya.
Permintaan serupa ia sampaikan langsung kepada Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro. Menanggapi permintaan itu, Edi mengaku akan mempertimbangkannya.
“Saya tadi sampaikan ke Pak Dirut (PT KAI). Kami, warga, tidak masalah untuk meninggalkan tanah PT KAI karena itu memang bukan punya kami. Tapi kami mohon berikan kami jalan,” ucapnya.
Iyen mengaku, rumahnya tidak terkena dampak. Namun tempat usaha suaminya, berupa kandang ayam, terkena dampak. Ia pun mendapat dana bongkar Rp 20 juta dari PT KAI.
“Kami membutuhkan jalan, karena biaya yang harus kami keluarkan sangat besar. Untuk satu truk pengangkut bahan bangunan, ongkosnya saja Rp 500.000 karena tidak ada jalan,” pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H