Masih banyak peristiwa lainnya yang menunjukkan kedekatan Joko Widodo dengan Prabowo.
Akan tetapi, yang terjadi di kelompok pendukung keduanya, justru sebaliknya.
Kedua kubu yang berseberangan ini kerap saling serang, terutama di media sosial, dan punya sebutan untuk masing-masing kelompok.
Kepala Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (PUSKAPOL UI), Aditya Perdana, menilai, dinamika seperti ini lumrah terjadi di politik.
Kalangan elite
Citra baik yang ditunjukkan para politisi di hadapan publik bisa berarti dua hal. Pertama, kedua tokoh sebenarnya memang memiliki hubungan baik.
Kedua, ingin menciptakan citra positif di masyarakat.
“Gimana caranya membangun persepsi positif di publik dengan perilaku, pernyataan, atau pun gesture tubuh. Biasanya akan menjadi perhatian para politisi. Tapi saya yakin sosok Pak Jokowi sama Pak Prabowo dalam konteks itu (Asian Games) sih sebenarnya biasa aja,” ujar Adit.
Namun, di balik para elite ini, ada tim konsultan yang memberikan masukan dan saran. Demikian pula dalam setiap kegiatan politiknya.
Hal itu membuka kemungkinan terjadinya disinterpretasi atau pembiasan makna pesan yang disampaikan oleh elite kepada masyarakat.
“Di belakang layar itu ada orang-orang yang diminta oleh si para kandidat atau para calon-calon politisi, yang sedang bermain juga. Bermain untuk membuat sebuah skenario tertentu terhadap pencitraan si A, si B, si C, dan sebagainya. Itu bagian dari usaha pemenangan," kata Adit.