Kandungan ini menjadi temuan penting karena serupa dengan penduduk yang tinggal di sebelah barat Inggris, yaitu Wales.
Baca juga: Sisa Pesta Prasejarah Ungkap Alasan Stonehenge Dibangun
Sebenarnya, isotop strontium bukanlah dasar kuat untuk dijadikan acuan pembeda tempat-tempat dengan nilai yang serupa.
Meski begitu, kaitan ini menunjukkan Wales barat adalah asal yang paling mungkin dari orang-orang tersebut.
Dengan kata lain, ini menunjukkan bahwa penduduk Wales (tepatnya Pegunungan Preseli) tidak hanya berkontribusi dalam material Stonehenge saja. Mereka juga terlibat dalam proses pemindahan batuan besar (bluestone) tersebut pada masa Neolitik.
Selanjutnya, kemungkinan beberapa dari mereka yang meninggal dan dikubur di bawah Stonehenge seperti yang ditemukan saat ini.
Hasil penelitian ini memberikan wawasan baru tentang pentingnya hubungan antar-wilayah yang melibatkan perpindahan skala besar baik dari sisi material, orang-orang dalam konstruksinya, dan penggunaan Stonehenge pada 5000 tahun yang lalu.
“Penemuan terbaru ini (juga menunjukkan) bahwa beberapa informasi biologis yang bertahan dari suhu tinggi (1.000 derajat Celcius) yang diperoleh selama proses kremasi menawarkan kemungkinan untuk mempelajari asal-usul mereka yang dimakamkan di Stonehenge,” ungkap Snoek dikutip dari Science Daily , Jumat (03/08/2018).
John Pouncett, penulis utama penelitian ini, menambahkan bahwa kombinasi kuat dari isotop dan teknologi spasial memberikan wawasan baru tentang siapa yang membangun Stonehenge.
Beberapa ahli mengomentari temuan baru ini. Salah satunya adalah Dr Rick Schulting, profesor ilmiah dan arkeologi prasejarah.
Dr Schulting berekomentar, penelitian ini menyoroti betapa pentingnya peninjauan kembali temuan lama.