Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Bumi Berguncang, Rinjani Bergemuruh, Ribuan Pendaki Lari Tak Tentu Arah...

1 Agustus 2018   08:33 Diperbarui: 1 Agustus 2018   08:49 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota tim SAR gabungan mengevakuasi jenazah korban pendaki Gunung Rinjani asal Makassar, Muhammad Ainul Takzim, di Pelawangan Sembalun, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Selasa (31/7/2018). Muhammad diduga meninggal dunia karena tertimpa longsor bebatuan akibat gempa yang melanda Lombok pada Minggu lalu ketika beranjak dari Danau Segara Anak, Gunung Rinjani.

Petugas membantu pendaki Gunung Rinjani yang sempat terjebak longsor akibat gempa bumi, Suharti (tengah), setelah berhasil dievakuasi dan tiba di Lapangan Sembalun Lawang, Lombok Timur, NTB, Selasa (31/7/2018). Tiga orang pendaki yang terjebak akibat gempa berhasil dievakuasi menggunakan helikopter.MATARAM, KOMPAS.com - Saat gempa terjadi pada Minggu (29/7/2018) pagi, pendaki Gunung Rinjani mengaku merasakan keras guncangannya dan durasinya cukup lama.

Hampir 1.000 orang yang berada di kawasan itu panik. Bagaimana tidak, saat bumi berguncang begitu keras, tanah tanah retak, batu dan longsoran tebing berjatuhan dari puncak Rinjani.

“Kami saat itu baru saja berjalan turun dari puncak dan berada di Pelawangan. Rencananya akan ke Danau Segara Anak. Tiba-tiba semua berguncang, gemuruh, dan kami tak saling lihat karena debu menutup pandangan kami, semua berteriak," kata Budi Kiswantoro alias Wawan, pendaki asal Makassar kepada Kompas.com, Selasa (31/7/2018).

Saat bertemu dengan Wawan, dan sejumlah rekannya di Kantor Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sembalun, Lombok Timur, mereka tengah menerima telepon dari keluarga Mochmad Ainul Taksim (26), pendaki yang meninggal akibat tertimpa longsoran dan bebatuan di kawasan Rinjani.

Saat itu, keluarga Ainul terus menanyakan proses evakuasi yang tengah dilakukan di kawasan pendakian Rinjani.

“Ini benar-benar sulit bagi kami, karena kami sama-sama berangkat dari Makassar dengan Bang Inul, muncak bareng, dan setelah gempa semua berubah. Semua tidak menentu. Kita semua berlarian tak terarah, panik, karena gemuruh, guncangan dan lonsoran tanah juga batu batu ke arah kami, semua tak terlihat, debu mengepul di mana-mana,” tutur Wawan.

Wawan tampak lusuh karena memang baru turun dari kawasan pendakian Gunung Rinjani setelah dievakuasi petugas. Baju yang dipakainya pun tak diganti. Namun dia bersedia menceritakan detik-detik terakhir bersama kawan terbaiknya, Ainul.

“Waktu itu dia kan lari, terus jatuh. Mungkin dia tertimpa batu. Waktu itu saya cari dia, saya menemukan dia dan saya angkat dia bersama kawan lain taruh ke tempat yang aman. Terus saya pangku. Karena darahnya mengucur dari telinga dan kepala, saya angkat kepalanya agar tidak banyak yang mengucur darahnya," suara Wawan bergetar menahan tangis.

“Dia meninggal di pangkuan saya,” katanya pelan.

Saat itu, gempa terus mengguncang. Getaran dan longsoran datang bertubi-tubi.

Ainul tergeletak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun