Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

5 Kemiripan Duyung dengan Manusia, dari Jari sampai Air Mata

28 April 2018   17:24 Diperbarui: 28 April 2018   17:39 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerangka Dugong di Desa Pengudang, Bintan

BINTAN, KOMPAS.com – Walaupun memiliki penampakan yang berbeda jauh, duyung rupanya memiliki banyak kemiripan dengan kita.

Adriani Sunuddin, dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tergabung dalam Dugong & Seagrass Conservation Project (DSCP) Indonesia mendiskusikan beberapa di antaranya kepada Kompas.com di Bintan, Kamis (26/4/2018).

1. Memiliki tulang belakang, rusuk, dan tulang leher

Kerangka Dugong di Desa Pengudang, Bintan
Kerangka Dugong di Desa Pengudang, Bintan
Usai menyusun kerangka paus sperma yang terdampar di Pulau Tidung pada 2013, Adriani dan timnya di IPB berkesempatan untuk menyusun kerangka duyung yang terjerat kelong nelayan pada 2015.

Kerangka yang kini dapat dilihat di kantor Kepala Desa Pengudang, Bintan tersebut menunjukkan beberapa kemiripan dengan kerangka manusia.

Baca juga : Indonesia Cuma Punya Dua Kerangka Duyung, Salah Satunya di Sini

Duyung yang merupakan mamalia laut memiliki tulang belakang dan rusuk untuk melindungi paru-parunya. Kepalanya, kata Adriani, juga cukup mirip dengan manusia karena memiliki rahang atas dan bawah.

“Kalau ikan kan tipis-tipis dan bukaannya lebar. Bedanya giginya cuma geraham saja karena duyung makan rumput. Jumlah (giginya) juga sedikit,” katanya.

Lalu, berbeda dengan paus yang juga mamalia laut, duyiung memiliki enam tulang leher yang membuatnya bisa menengok.

2. Struktur seperti tangan manusia

Satu hal yang membuat banyak wartawan terkejut ketika pertama kali melihat kerangka duyung adalah struktur seperti jari-jari yang ada pada hewan tersebut.

Dari penampakannya, duyung memiliki sirip seperti dayung. Namun, di balik tumpukan otot dan kulit yang tebal ada tungkai atau lengan. Duyung menggunakan tungkainya untuk bergerak bebas di dalam air dan memeluk anaknya.

Adriani menjelaskan bahwa setiap tungkai duyung terdiri dari tulang-tulang yang menyusun tangan hasta, pengumpil, dan struktur seperti jari. Menariknya, telapak tangan duyung lebih kecil dari telapak tangan kita.

Baca juga : Kisah dari Desa Pengudang, Selamatkan Ikon Bintan dengan Menjaga Lamun

3. Bisa berusia 70 tahun dan melalui masa penyapihan

Duyung memiliki masa hidup yang panjang dan bisa mencapai usia 70 tahun. Bandingkan dengan orang Indonesia yang angka harapan hidupnya 69,07 tahun menurut data Bank Dunia pada 2016, atau 69,8 tahun untuk anak laki-laki dan 73 tahun untuk anak perempuan menurut Global Burden of Disease Study, cukup mirip bukan?

Kemudian, pada 18 bulan pertamanya, duyung juga melalui masa penyapihan dan bergantung pada induknya seperti manusia. Ke mana pun sang induk pergi, bayi duyung akan selalu ikut dalam keadaan diapit satu lengan induknya.

Adriani mengatakan, pada masa pengasuhan, sepertinya duyung akan lebih banyak mengonsumsi susu dibandingkan dengan lamun.

Hal itu diungkapkannya karena merujuk pada kasus keterdamparan bayi duyung di Pulau Kanawa, Labuan Bajo pada 2016. Selama dirawat, duyung diberi susu khusus yang telah dicampur lamun.

4. NICU untuk bayi duyung

Seperti yang diungkapkan di artikel Kompas.com sebelumnya, bayi duyung yang terdampar tidak boleh langsung dikembalikan ke laut. Ia perlu diberi perawatan khusus dulu di lingkungan yang bisa selalu diobservasi manusia.

Baca juga : Bagaimana Cara Terbaik Menyelamatkan Duyung yang Terdampar?

“Jadi dibuatkan semacam kandang supaya aman ketika dirawat dan dicek,” ujar Adriani.

Kandang ini biasanya berupa pasak-pasak kayu dan jaring yang mengelilingi area perairan yang luas. Ada beberapa celah bagi duyung bila ia ingin keluar.

Akan tetapi, kandang semacam itu masih riskan apabila berada di laut. Adriani pernah memiliki pengalaman telah merawat dan menyembuhkan bayi duyung, tetapi hewan tersebut kemudian meninggal karena daya jelajahnya yang masih kurang sehingga tidak bisa mencari tempat berlindung dari badai.

Idealnya, kolam rehabilitasi bagi bayi duyung yang terdampar berupa bangunan fisik yang dilengkapi dengan perawatan intensif 24 jam seperti Neonatal Intensive Care Unit (NICU) bagi manusia. Lebih bagus lagi bila areanya berada di pinggir laut, kata Adriani.

5. Air mata

Seperti manusia, duyung juga bisa mengeluarkan air mata seperti menangis. Namun, air mata yang keluar ini bukan karena duyung merasa sedih.

“Sebetulnya, air mata duyung itu adalah lubrikasi karena pada saat duyung berada di darat, tekanan cairan matanya jauh lebih berat dari yang ada di luar sehingga terjadi osmosis. Otomatis, air matanya menetes,” kata Adriani.

Baca juga : Jalan Pertobatan Pemburu Duyung dari Desa Air Glubi

Sayangnya, masih banyak orang yang percaya bahwa air mata duyung memiliki kekuatan sebagai pengasih atau pelet. Mitos yang secara ilmiah tidak ada kebenarannya ini membuat duyung sering kali diburu oleh manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun